Aku adalah istri seorang pengusaha yang bisa di bilang cukup kaya. Anakku ada dua, kebetulan cowok semua dan usianya pun sudah menginjak dewasa. Mereka memilih bersekolah di luar negeri. Sedangkan suamiku seorang pengusaha yang cukup sibuk dengan usaha – usahanya.
Alhasil tinggallah diriku dengan segala kesepian yang ada. Bila bangun pagi hari, aku selalu termenung. Karena suasana rumah yang cukup besar sehingga aktifitas yang dikerjakan pembantu pembantuku nyaris tak terdengar, apalagi di dalam kamarku yang cukup luas. Malam hari pun sama, setelah pembantuku beraktifitas mereka segera pergi tidur dalam waktu yang bisa dibilang masih sore. Hanya acara televisi yang selalu menemani, itupun sudah membuatku bosan. Karena semua acara sudah aku hafal dan semua menjadi tidak menarik lagi. Aku mencoba untuk mulai beraktifitas dengan tetangga, tapi menjadi percuma karena tetanggaku semua sibuk dengan urusan masing – masing. Karena stress di rumah, aku memutuskan untuk pergi ke tempat sahabatku Lena, di Jakarta. Hal itulah yang membuat aku berubah total dan drastis.
“Hai Len, udah tidur belon?”
“Belon, lagi nonton TV. Ada apa ? Koq tumben loe malem malem nelpon.”
“Gue lagi stress banget nih, sejak anak-anak pergi ke Singapore di rumah sepi banget. Mana Ruben gak pulang-pulang. Boleh gak gue nginep di rumahmu ?”
“Jelas bolehlah, loe kayak ama siapa aja. Kita khan udah kayak sodara.”
“Iya tapi gue khan takut ngeganggu elo en suami loe.” ( Lena anaknya dua satu cowok, satu lagi cewek. Yang cowok kuliah di Amerika, sedangkan yang cewek udah nikah trus ikut suaminya ke Aussie )
“It’s oke koq, William lagi pergi ke Amrik mungkin 2 – 3 minggu lagi baru pulang.”
“Ya udah kalo gitu, besok jemput gue di airport ya. Gue naek pesawat paling pagi.”
“Oke, ntar pagi gue suruh sopir standby di bandara.”
Itulah pembicaraan singkat dengan sahabatku malam sebelum keberangkatanku.
Ketika mobil berhenti tepat di depan pintu rumah, ku lihat Lena bergegas menghampiriku, lalu kami berpelukan sambil bercipika cipiki. “Wah wah makin cantik dan sexy aja nih” kata Lena sambil menatapku dari atas sampai ke bawah. Ah, biasa aja, loe sendiri juga oke , spa di mana ? Gue pengen di pijit nih biar relax. “Ah bisa aja deh, gue cuma luluran aja di rumah. Kalo cuma pijit sih, Iwan juga bisa. Yang ngelulur en mijitin aku khan si Iwan. Do’i jago lho, di jamin ketagihan deh. “ Iwan .. ? Siapa Iwan ? “Sopir pribadi gue, yang tadi ngejemput loe. Sekarang loe ke kamar, ntar gue suruh si Iwan ke kamar loe” Tapi Len.., gue khan malu. Masak yang mijit cowok, masih muda lagi. “Udah loe tenang aja, ntar gue temenin deh biar loe nggak risih”
Sesampainya di kamar, aku berbaring sejenak membayangkan Iwan yang akan memijitku, menyentuh bagian-bagian tubuhku yang sudah lama tidak disentuh oleh suamiku. Orangnya masih muda kira-kira umur 25 tahun, tinggi sekitar 177 cm, berat sekitar 70 kg, berkulit sawo matang tapi bersih sehingga memberi kesan macho, dengan rambut berpotongan rapi, sopan dan ramah terlebih sorot matanya yang tajam dan rahang yang memberikan kesan gagah. Apabila dalam setelan safarinya, terlihat seperti seorang bodyguard. Sehingga aku merasakan ada suatu desiran aneh dalam diriku. Seperti adrenalin yang bergejolak, membuatku darahku bergejolak, dan aku pun terbuai dalam lamunanku sendiri.
Tok…tok…tok… suara ketukan pintu membuyarkan lamunanku. “Siapa ?” Iwan, bu. Lalu akupun melangkah dan membuka pintu. Ku lihat Iwan sudah berganti pakaian, dari setelan safari berganti dengan celana jeans dan kaos ketat tipis warna putih yang semakin memperlihatkan otot-otot lengannya yang kekar, juga six pack perutnya terlihat menonjol. Aku sempet berpikir, koq kayak model iklan susu L-men, tadi kayak body guard. Hebat juga Lena nyari sopir pribadi, jangan-jangan dia sopir plusnya Lena, tapi segera ku tepis pikiranku. “Mari masuk, lho.. bu Lena mana ?” tadi sedang terima telpon, saya disuruh duluan, jawab Iwan dengan sopan. “Hm, ya udah kamu tunggu sebentar saya ganti dulu.” Iya bu, permisi…, jawabnya.
Lalu aku pun berjalan ke kamar mandi, setelah pintu ku tutup, ku buka pakaianku. Ku pandang tubuhku dari kaca besar yang terletak di atas wastafel. Ku putar ke kiri dan ke kanan, benar juga apa yang di katakan sahabatku tadi. Tubuhku, walaupun sudah beranak dua masih terlihat seperti iklan Tropicana Slim, memang agak montok sedikit membuat terlihat lebih sekal. Di usia yang hampir memasuki kepala empat, dengan tinggi 169 cm dan berat 53 kg, di tunjang dengan payudara 34 B, aku masih tidak kalah dengan anak-anak remaja sekarang. Maklumlah aku sering spa untuk mengurangi stress yang ku alami, tak heran jika kulitku pun putih mulus. Bahkan selulitku telah ku buang melalui operasi di Singapore setelah aku melahirkan anak yang kedua. Lalu kuperhatikan wajahku, meski ada sedikit keriput samar di daerah mata, tapi menurutku wajahku masih cukup cantik. Karena di kala aku pergi shopping atau sekedar jalan-jalan di mall, banyak lelaki termasuk remaja melirik ke arahku, bahkan ada di antara mereka bersuit ke arahku. Ku libatkan handuk di sekeliling tubuhku, lalu kurapikan rambutku, aku pun berjalan ke luar.
Ketika ku tutup pintu kamar mandi dari luar, Iwan bangkit berdiri dan menatapku. Ku lihat dia terpana melihatku yang hanya berbalut selembar handuk dengan rambut yang tergerai di bahu. ”kenapa Wan ?” Eh, enggak bu. Ibu terlihat cantik sekali, mirip cerita bidadari yang di filem – filem. “Ah, kamu bisa aja Wan, pinter ngerayu. Udah berapa pacar yang kena ama rayuan kamu?” kataku sambil duduk di springbed. Enggak ada bu, saya gak punya pacar. Dulu waktu sma pernah punya pacar, tapi pas lulus langsung di nikahin sama bapaknya. Bapaknya gak mau anaknya pacaran sama orang miskin kayak saya. Ibu mau dipijit sekarang ? “Ehm, boleh deh” kataku sambil berbaring. Iwan pun melangkah ke kasur sambil membuka tutup body lotion. Permisi bu, lalu kurasakan tangan Iwan menyentuh telapak kakiku. Ada rasa geli dan nyaman ketika Iwan memijit telapak kakiku. Setelah beberapa menit, pijitan mulai naik ke betis dan setengah pahaku, karena separuh pahaku yang atas masih terlilit handuk. Hem, benar juga yg dibilang Lena, nyaman juga pijitannya. Tapi koq Lena gak nongol-nongol, sahabatku itu kadang kalo nelpon bisa ber jam-jam lamanya, paling cepat 1 – 2 jam. Ah terserahlah, aku udah gak peduli karena terhanyut dalam pijitan-pijitan Iwan, sehingga tanpa sadar akupun terlelap.
Entah sudah berapa menit, tiba-tiba aku merasa ada yang memanggilku. Bu..bu..Vina “ya, ada apa” jawabku dalam keadaan setengah sadar. Maaf, saya buka handuknya ya bu. Kakinya udah selesai dipijit, sekarang mau mijit punggungnya “Ya, silahkan” jawabku spontan.
Ketika tangan Iwan menyentuh bahu dan pundakku, kesadaranku mulai pulih. Aku teringat keadaan saat ini, di mana Lena masih belum selesai menerima telepon. Sedangkan aku hanya berdua dengan Iwan, sedangkan tubuhku hanya bagian depan yang tertutup, karena aku berbaring tengkurap, sebagian dari payudaraku yang tertekan pasti terlihat. Berbagai perasaan terbersit dalam hatiku, karena ini pengalaman pertamaku disentuh oleh lelaki selain suamiku. Biasanya aku selalu dipijit oleh wanita, hal inilah yang membuatku menolak saat sahabatku menyarankan Iwan untuk memijitku. Dengan pemijat segagah Iwan, dan juga setelah sekian lama aku belum melakukan hubungan intim hal ini membuat hatiku berdebar-debar. Antara rasa malu dan nafsu yang mulai menghinggapi diriku.
Hilang sudah rasa nyaman, berganti dengan perasaan aneh yang perlahan muncul seiring dengan pijatan Iwan. Sehingga saat perasaan aneh itu sudah menguasai diriku, tanpa sadar aku mulai mendesis kala tangan Iwan mengenai daerah-daerah sensitifku. Dia mengurut dari pinggul bawah ke atas, lalu tangannya beralih menuju pundak, ketika tangannya menyentuh leherku, aku langsung menggelinjang antara geli dan nafsu. Di situ merupakan daerah sensitif keduaku, di mana yang utama adalah clitorisku. Sehingga aku semakin liar mendesis dan tanpa sadar aku berbalik. Dengan napas tersengal-sengal ku buka kelopak mataku, kutatap Iwan yang menatapku dengan posisi berdiri diatas lututnya. Ku lihat peluhnya bercucuran sehingga kaosnya basah oleh keringat, membuat tubuhnya jadi semakin sexy. Aku sudah kehilangan akal sehatku, sehingga aku sudah tak ingat lagi bahwa tubuhku yang telanjang kini terpampang jelas di hadapan Iwan. Iwan pun seolah mengerti akan keadaanku lalu di ambilnya handuk yang tadi melilit tubuhku. Di lapnya keringat di wajah, lalu ketika dia membuka kaosnya langsung aku ambil handuk ditangannya. Ku seka keringatnya sambil kuraba tubuhnya, karena tubuh suamiku sangat berbeda dengannya. Kuraba dadanya yang bidang, lalu tangan kiriku turun hingga six packnya sambil kuciumi dadanya. Sedangkan tangan yang satu lagi membelai punggungnya yang juga berotot. Ketika tangan kiriku meraih kancing celana jeans nya, tangan kanannya menangkap tangan kiriku, lalu tangan kirinya meraih pinggangku.
Sambil menarik pinggangku ke atas, dilumatnya bibirku. Oohh.. aku merasakan sentuhan yang berbeda dari yang pernah aku rasakan. Kubalas dengan melumat bibir bawahnya, lalu kurasakan lidahnya menerobos masuk ke dalam mulutku, kami saling melumat. Lalu di rebahkannya aku, dan dia membuka kancing celananya. Pemandangan itu sungguh erotis sekali di hadapanku, aku bangkit lagi dan ku elus celana dalamnya yang terlihat kepenuhan itu. Ku cium bagian atasnya, tak tercium bau kejantanannya, tampaknya dia cukup merawat miliknya itu. Ku kecup kepalanya sambil ku pelorotkan celana dalamnya. Oohh, gelegak nafsuku semakin menggelora. Segera kumasukkan batangnya ke dalam mulutku, ku sedot keluar masuk, ku dengar rintihannya yang membuatku semakin panas. Ketika ku lihat ke atas, tampak dia terpejam menikmati sedotanku. Setelah ku hisap selama kurang lebih sepuluh menit, Iwan menghentikan gerakanku.
Di lumatnya lagi mulutku sembari membaringkan aku di tempat tidur. Lalu dilumatnya leherku, sehingga aku kembali menggeliat liar. “Ekhs.., wan…” Ku cengkeram sprei tempat tidur, sementara tangan yang satu lagi mencengkram punggungnya. Tampaknya Iwan sudah mengetahui kelemahanku, dia segera berpindah untuk melumat bukit kembarku. Lidahnya melumat habis kedua bukitku beserta ujung ujungnya. Sementara tangannya terus turun meluncur melalui perutku, sampai pada bukit kecilku yang berbulu tipis yang kini sudah semakin basah. Aku memang selalu rajin mencukur bulu jembutku, karena aku suka memakai celana dalam G-string. Tangannya kini sudah mencapai lipatan vaginaku, dan tersentuhlah clitorisku.
Aku langsung tersentak, seperti terkena setrum ribuan volt. “akhs….. wan……” jeritku sambil meremas rambutnya. Sementara tangan Iwan bermain di selangkanganku, lidahnya kini turun ke perutku, bermain sebentar di seputar perut lalu kembali turun ke vaginaku. Kedua belah tangannya memegang kedua belah pahaku, sambil di pandanginya meqi ku yang basah oleh cairan kewanitaanku. “Meqi bu Vina indah sekali..” perkataan itu seakan memberi suntikan gairah sehingga ku berkata dengan merintih “ayo wan.. jangan di liatin aja” langsung di benamkannya bibirnya ke dalam meqi ku, sementara hidungnya mengenai clit ku, sehingga aku langsung tersentak mendongak ke atas. Di julurkannya lidahnya menyapu bagian dalam vaginaku, sehingga aku merasa seperti ada yang menggelitiki memekku itu. “oohhh….terus wan…..terus….” rintihku sambil terus meremasi rambut di kepalanya. Tangannya menggapai kedua belah payudaraku, sambil meremasi sesekali dia pelintir kedua pentilku. Membuatku menjadi semakin liar, dan ku rasakan badai kenikmatan yang terus menggelora di dalam diriku. Sampai akhirnya saat bibir iwan mengecup lalu menghisap clit ku, aku tersentak sedemikian hebatnya sambil menjerit “Aaakkhhsss…… wwaaannnn………” ku jepit kepalanya sambil kuangkat pinggulku tinggi tinggi, kedua tanganku menjambak rambutnya. Iwan pun tak henti hentinya terus menusuki memekku dengan lidahnya sembari memutarkan kepalanya, dihisap dan dijilatinnya hingga habis cairan yang keluar meleleh dari memekku, aku pun serasa terbang di awan-awan.
Seketika itu tubuhku melemas, iwan pun merangkak naik ke arahku, di peluknya diriku, di kecupnya keningku lalu dilumatnya bibirku. Akupun membalasnya dengan melumat kembali bibirnya yang menurutku cukup sexy untuk dilumat. Kami saling berpandangan beberapa saat, aku serasa kembali menemukan sesuatu yang kini mengisi relung-relung hatiku yang sepi. “Masukin kontolmu wan, tapi pelan-pelan dulu ya. Aku masih agak lemas nih” kataku dengan lirih di telinganya. “Baik, bu.” “Jangan panggil ibu terus ah, gak enak didengernya. Maukah kamu memanggilku sayang ?” “Baik, sayang. Aku masukin ya.” “He eh, tapi pelan pelan lho” dan kurasakan kepala kontolnya yang mengkilap merah menempel pada kemaluanku. Ada rasa berdebar di hatiku, inilah kejantanan selain milik suamiku yang beruntung dapat memasuki liang senggama milikku. Kurasakan perih ketika kepalanya masuk sedikit di bibir lubangku “wann, pelann.. agak perih nih.” “Iya sayang, ini juga pelan-pelan koq.” Iwan kembali menekan pantatnya, dan penisnya kurasakan semakin menyeruak masuk ke dalam memekku. Akupun spontan memeluk iwan “aakh..wann….”
“tahan sedikit sayang!” Iwanpun menghentakkan pantatnya dengan sekali hentakan dan seketika kurasakan perih yang kurasakan saat keperawananku hilang. Iwan pun mengangkat pantatnya pelan-pelan, sehingga aku merasa memekku seperti tersedot keluar seiring dengan ****** iwan. Lalu ditekannya kembali kontolnya ke dalam memekku, rasa perih yang semula kurasa itu hilang berganti sensasi nikmat di kala punya iwan keluar masuk dengan berirama menggelitiki dinding kewanitaanku. “akhs…enak wan….teruss sayang….”
“memekmu seret banget yang, kontolku kayak di urut nih” dilumatnya kembali bibirku, kamipun berpagutan sambil bergoyang pelan. Setelah beberapa saat iwan mengentotiku dengan irama pelan, yang membuatku seakan sedang bercinta dengan kekasih yang telah lama tak bersua, gairahku timbul bersama dengan kekuatan yang mulai pulih setelah orgasme tadi. Dengan berpelukan, ku gulingkan tubuhnya ke sampingku, kini posisiku ada di atas tubuhnya dengan penis tetap tertancap di memekku. “giliranku sayang.. , aku ingin memberikan kamu kenikmatan, seperti yang udah kamu berikan kepadaku.” Ku tekan dadanya yang bidang dengan kedua tanganku, lalu ku angkat pelan pelan pantatku “Oookhh…..” iwan memegang kedua tanganku sambil matanya membeliak “kenapa sayang ?” “kontolku kayak di sedot ke atas.” Akupun tersenyum sambil menurunkan kembali pantatku, ku lakukan beberapa saat, hingga ku lihat iwan pun merem melek keenakkan. Sesekali ku goyangkan pantatku ke kanan dan ke kiri.
Tiba-tiba pintu kamar terbuka, Lena pun masuk sambil ketawa-ketawa “Wah, enak koq gak ngajak-ngajak. Gimana ? bener khan yang gue bilang, iwan tuh jago banget, gue aja udah gak tau berapa kali gue di KO in dia.” “Iya Len, kamu dapet dari mana sih ?” “rahasia donk, ya gak say ?” jawabnya sembari mencium iwan.
Mereka pun berpagutan, lalu Lena berhenti dan melepas pakaiannya. Dikangkanginnya muka Iwan dengan posisi berhadapan denganku. Iwanpun tanpa disuruh langsung dilahapnya memek Lena, sehingga Lena pun mendesis keenakan. Buah dada ku disambar oleh Lena dan dihisap hisapnya, tangan yang satu memilin milin putingku. Hal ini membuatku merem melek keenakan, sungguh suatu sensasi luar biasa timbul dalam diriku, inilah threesome pertamaku. Gairahku terus memuncak sehingga datanglah gelombang orgasme ku yang ke dua. Lena dan Iwan seperti mengetahui akan keadaanku, akupun dipeluk oleh Lena dan dikulum nya bibirku. Ada perasaan yang sulit diungkapkan ketika Lena menciumku, tapi yang kuingat adalah gelora birahi membara yang menuntunku menuju gerbang orgasme. Iwan pun menyambut hentakanku dengan mengangkat pantatnya ke atas sehingga batangnya terbenam habis ke dalam memekku dan menyentuh G-spot ku. Akupun mengerang panjang Aaakkkkhhhh……….. cairan orgasme ku mendesir keluar membasahi ****** Iwan, akupun terkulai dalam pelukan Lena. Lena memandangku sambil membelai rambutku, dia menciumku mesra. Akupun membalasnya, aku merasa bahagia seperti menemukan kembali cinta yang hilang.
Aku membaringkan diriku ke sebelah, ku lihat Lena mengulum batang kemaluan Iwan. “Ehm.. peju mu enak banget Vin” aku hanya tersenyum mendengar perkataan sahabatku itu. Lalu Lena pun berubah posisi, dia berbalik menghadap Iwan, di enjotnya ****** Iwan. Dengan liar ia bergoyang sambil mulutnya terus menceracau dan mendesis, payudaranya yang satu dihisap iwan, yang satu putingnya di pilin pilin.
Lalu tubuhnya bergetar hebat, dicengkeramnya pundak Iwan Ooohhhh……. Wwaannnn……. aakkuuu kelluuaarrrr…….. Iwanpun lalu bangkit, sambil mengangkat tubuh Lena dia membaringkan Lena lalu menggenjotnya. Sodokannya begitu cepat sehingga tubuh Lena terguncang guncang. Lalu diapun mengerang Aaakkkkhhhh……….. bbbuuuu………. Aakkuuu uuddaahh mmooo kelluuaarrrr…….. Lena dengan sigap langsung menyambar ****** Iwan dan mengulumnya. Iwan pun langsung mengejang, seketika ditariknya kepala Lena sambil menyemprotkan pejunya ke dalam mulut Lena. Tampak cairan kental keputihan meleleh dari sela sela bibir Lena. Akupun beringsut maju, turut serta mengulum batang dan peju Iwan. Akhirnya kami bertiga tidur bareng dalam keadaan bugil.
Itulah awal cerita yang membawaku ke dalam petualangan sex yang lebih liar. Mohon saran, kritik dan komentarnya, supaya di tulisan selanjutnya bisa lebih baik dari sekarang.
Aku merasa ada sesuatu yang menggelitiki tubuhku, rasa itu terus bertambah sehingga menarikku dari alam bawah sadar. Perlahan, seiring dengan pulihnya kesadaranku, aku merasa ada yang mengusap usap payudaraku, di tambah dengan ulasan basah menyentuh putingku yang satunya. Ku buka mataku, ku lihat Lena sedang mencumbu putingku. “Hai sayang, udah bangun “ Lena bangkit dari tubuhku, di kecupnya bibirku, ada sensasi aneh yang menjalari tubuhku. Sekarang aku sudah dapat mengingat apa yang telah terjadi, di mana kami ( Aku, Lena dan Iwan ) telah melakukan threesome. Ku lihat Iwan sudah tidak ada, ku pandang Lena, yang kini berbaring di sampingku.
Kami masih dalam keadaan bugil, tubuh kami berdempetan, sementara tangan Lena melingkar di leherku sedangkan tangan yang satu terus membelaiku. Aku terbuai dalam pelukan sahabatku, “Len…” jari Lena langsung menutup bibirku yang terbuka “Sstt…it’s oke” sahutnya, lalu diciumnya lagi bibirku. Aku kini mulai tidak asing dengan ciuman yang dilakukan sahabatku, ku pejamkan mataku, ku nikmati sensasi yang kudapat. Ku balas ciumannya, lidah kamipun saling meliuk saling menelusuri rongga mulut kami. Ku peluk Lena, tangan kami saling meraba, ku rasakan halusnya tubuh sahabatku. Lena mengendorkan ciumannya, dia beralih menelusuri leherku, sejenak dia mainkan lidahnya di leherku. Akupun mendongak sambil mendesah geli bercampur nikmat, Akh…Len… kujambak rambut Lena, kujauhkan dari leherku “Jangan di situ Len, aku gak tahan” dia tersenyum padaku, lalu diserbunya payudaraku sembari tangannya merabai pahaku. Dijamahnya daerah kewanitaanku, dielusnya jembutku yang tipis dan tercukur rapi, lalu jarinya meluncur turun ke liang vaginaku. Vaginaku sudah basah oleh karena gairah yang dicurahkan oleh sahabatku. Diangkatnya jari yang basah oleh cairan kewanitaanku, sambil memandang ke arahku di jilatnya perlahan jari itu. Oohhh… pemandangan ini membuatku memanas, aku bangkit lalu ku cium bibir Lena.
Dalam posisi setengah berdiri di atas ranjang, kuciumi Lena dengan ganas dan liar, kuremasi pantatnya yang halus dan montok itu, diapun tak kalah serunya membalas lumatanku. Kupegang rambut sahabatku, lalu kuhempaskan tubuhnya ke belakang, ku ciumi leher dan teteknya, diapun mengerang sambil meremasi rambutku. Ku susurkan lidahku ke perutnya yang putih mulus itu, dia pun menggelinjang, ku cupangi perutnya. Lalu aku bergeser lebih ke bawah lagi, ku elus jembutnya yang halus, ku sibakkan kedua belah pahanya. Lena menatapku sambil tangannya yang satu memegang rambutku, ku pandang wajahnya sambil perlahan ku turunkan bibirku menyentuh memeknya. Memeknya pun sudah basah, kujulurkan lidahku menyentuh bibir vaginanya, ku sapukan lidahku sambil menghisap cairan yang ada. Lena mendesis sambil memegang kencang kepalaku. Kujulurkan lidah ku semakin ke dalam, lalu ku jilat ke atas sehingga mengenai clit nya. Lena pun terdongak sambil kedua tangannya mencengkeram kepalaku dan menarik kepalaku untuk membenamkan lebih dalam lagi ke dalam meqinya. Ku serbu memeknya sehingga Lena terus mengerang dan menggoyangkan pinggulnya.
Tiba-tiba ditariknya kepalaku, “tunggu bentar Vin…” katanya sambil bangkit dari ranjang. Dengan setengah berlari dan dalam keadaan telanjang Lena keluar kamar. Tak lama berselang dia datang dengan membawa sesuatu seperti selang. Ternyata ‘selang’ itu adalah dildo atau sex toy dengan kedua ujung yang berkepala seperti penis. Dengan segera dipasangkannya ujung yang satu ke dalam memeknya dan ujung yang satu langsung diarahkan ke pada memekku. Bless.. kurasakan ujung yang masuk ke dalam meqiku, mirip dengan penis yang sebenarnya tapi yang satu ini agak lembek dan kenyal. Apabila di suruh memilih, aku lebih suka yang aslinya, tapi untuk keadaan darurat seperti sekarang ini, ya boleh lah. Kami dalam posisi duduk saling berhadapan, kakinya yang satu berada di atas pahaku sedangkan yang satu di bawah pahaku yang lain. Kakipun sama hanya dalam posisi yang berlawanan. Aku agak canggung karena belum pernah menggunakan sex toy. Lena mulai memainkan clitorisnya, dia pun mendesah sambil menggerakkan pinggulnya.
Ku ikuti gerakannya, aku mulai merasakan kenikmatan, rasanya seperti saat saat masturbasi plus dengan keberadaan penis buatan itu ditambah dengan Lena dengan desahannya yang membuat gairah kami berdua makin lama makin memuncak. Lena memelukku, badannya yang bergoyang meliuk terlihat seksi dan menggairahkan. Akupun tak mau kalah, ku goyangkan pinggulku mengiring irama goyangan Lena. Kupeluk tubuhnya yang mulai basah dengan keringat, ku lumat bibirnya yang langsung dibalasnya dengan lumatan yang tak kalah membara. Ku ciumi lehernya di bagian samping, di bawah telinga, di mana terdapat bulu bulu halus. Dia pun mendesah sambil menggigit bibir bawahnya. Kurasakan tubuhnya mulai bergetar, kurasakan kukunya ketika Lena mencengkeram pundakku. Aku tahu Lena sedang memasuki masa masa puncak untuk mendapatkan orgasme. “Tunggu aku Len…” aku pun mulai menggoyangkan pinggulku lebih cepat lagi.
Goyangan kami semakin cepat dan liar sehingga meqiku serasa diaduk aduk. G-spot yang ada di dalam liang vaginaku terobrak abrik oleh dildo yang keluar masuk seiring dengan goyangan kami. Akupun merasa ada sesuatu yang mendesak keluar dari dalam memekku. Ku cengkeram pantat Lena, ku tarik agar dildo itu semakin membenam kedalam meqi kami berdua. Lena pun tak kalah seru, dia menggigit pundakku, sehingga aku pun semakin kesetanan. Lalu kamipun melepas orgasme kami bersamaan….. erangan panjang mewarnai orgasme kami. Inilah orgasme pertamaku pada saat aku melakukan hubungan sejenis, apalagi hubungan itu aku lakukan bersama sahabat yang sudah aku anggap seperti saudara sendiri. Ada perasaan aneh yang berbaur menjadi satu, melebur dalam kenikmatan sex yang baru saja aku lakukan.
Seiring dengan letupan letupan orgasme yang kian mereda, kami pun rebah ke samping. Dengan tubuh masih saling berhimpitan, dildo yang basah oleh cairan kami berdua bahkan saking banyaknya cairan kami, cairan itu meleleh membasahi sprei yang sudah acak acakan gak karuan. Ku tatap Lena, yang wajahnya kini agak terlihat lemas, pipinya yang putih merona kemerahan karena kelelahan setelah mendaki puncak kenikmatan bersamaku, sahabatku itu terlihat semakin cantik. Kukecup bibirnya, diapun membalas meski sudah tidak sepanas dan seliar tadi. Kurasakan nikmat seperti saat jatuh cinta. Ah…ku tepis pikiranku, apakah aku mulai menyukai sahabatku ? mungkin ya. Aku yang tadinya kesepian tiba tiba diberikan kehangatan dan kenikmatan yang belum pernah aku dapatkan. Tapi ada pertanyaan yang mengganjal dalam hatiku, ada apa dengan semua ini ? bahkan aku belum pernah mengenal Lena yang seperti ini.
Lena memelukku sambil matanya terpejam “Len…” kataku sambil membelai rambutnya. “hm..ada apa ?” “Gue mo nanya sesuatu ama loe, jawab yang jujur ya. Koq loe gak seperti Lena yang gue kenal. Loe punya supir yang macho, bahkan berhubungan dengan sesama cewek. Apa William tau ?” Lena membuka matanya ”Ya jelas enggak lah. Gue lakuin semua ini di belakangnya.” “Apa loe gak ngerasa berdosa udah ngehianatin William, ngehianatin perkawinan yang udah kalian jalanin ?“ “Pernah sih gue ngerasa dosa, tapi daripada gue stress kayak yang loe alamin sekarang ini. Trus akibat stress yang berkepanjangan rumah tangga gue jadi ancur. Mendingan gue ‘backstreet’ aja, yang penting rumah tangga gue baek baek. Gue dulu juga ngalamin yang sekarang loe alamin, trus ama temen gue, gue dikenalin ama dunia seperti ini.
Akhirnya gue sekarang punya dua kehidupan, kalo laki gue ada di rumah, ya gue jadi bini yang baek. Kalo dia gak ada, ya gue jalanin hidup gue yang satunya. Gue tau, dalam hal ini loe ma gue punya kesamaan, kita kehilangan kasih sayang yang seharusnya kita dapatin. Nah, karena kasih sayang itu gak ada, so kita cari aja sendiri.” Aku termenung oleh jawaban yang diberikan oleh sahabatku. “udah, gak usah dipikirin. Sekarang kita bersih bersih dulu, mandi biar seger. Ntar malem aku ajak kamu jalan jalan, oke.” Spontan ku anggukkan kepalaku.