Edan! Teriakku seketika. Julia, pacarku minta three-some.
“Tenang, kamu kenal juga kok cewek ini.” Lenny menenangkanku.
“Gila kamu! kamu panas atau apa?”
“Mas Ronnie, ayo donk. aku janji kalau kamu ngeliat dia bakal tegang
deh! kalau nggak, aku turutin apa saja kamu mao deh.”
“Emangnya sapa cewek itu? Kapan maunya?” Tanyaku mulai antusias. Aku
harap cewek itu si Amy, cewekku punya cousin kalau bukan dia, si
Monica, cousin Julia dari keluarga lainnya.
“Ntar kamu tahu saja deh. Besok aku bakal ke rumah kamu agak telat
and bawa cewe ini deh.”
Aku masih ingat waktu baru jadian sama dia. Malam itu juga, aku
hilangkan dia punya keperawanan. Sejak itu pula, dia mulai gila seks.
Pertamanya sih dia berontak and bilang nggak mau. Tapi habis
merasakan penisku masuk vaginanya, langsung tiap kali ketemu minta
penisku. Soal mengulum pun begitu, dia mulanya nggak mau juga tapi
akhirnya ketagihan juga dia sama rasa spermaku. Kadang-kadang kalau
aku nyetir keluar kota di Indonesia barengan sama dia, aku harus
berhenti di pinggir jalan beberapa kali. Haus katanya. Minta spermaku
terus tuh anak.
“Ting tong”, belku berbunyi. Dalam hati aku tahu itu Julia. Makan
malam yang baru kubuat langsung kusimpan and aku “open the door”.
Benar juga dugaanku, itu si Julia.
“Kok sendirian Jul, mana teman kamu?” aku tanya.
“Wah, Mas Ronnie sudah ngebet yah? Tenang Mas, dia setengah jam lagi
dateng, dia bakal bawa teman loh”, Dia tersenyum nakal. Siapa lagi
yang bakal ikutan. kalau yang ikutan cowok, malas ah pikirku.
“Cowok atau cewek sih yang bakal sama dia?”
“Rahasia dong! Ntar kamu tahu sendiri deh. Eh mana dinnernya?” aku
keluarin dinnernya dan kami makan malam. Pas, aku habis cuci-cuci bel
pintu bunyi lagi. aku bukakan pintu.
Gila! pikirku. Semua yang bakal kusetubuhi ini malam cewek-cewek
impianku deh. Di depan pintu ternyata Amy dan Monica. Body Amy yang
aduhai bikin aku ngiler, tapi muka cewekku si Julia memang paling
cakep dari mereka bertiga, sementara si Monica ini kaya dua orang
punya kelebihan digabung saja. Aku nggak bisa ngomong apa-apa. Aku
cuma tercengang bengong melihati mereka berdua. Julia muncul dari
belakang dan mempersilakan mereka masuk. Sambil menutup pintu, Julia
mengelus penisku yang mulai keras. “As I told you Ron, you’ll be
fucked happy tonight.” Katanya setengah berbisik.
Gimana mau tahan? Mereka berdua pakai baju ketat banget, apa lagi si
Amy, gila dia punya breast, gede banget, si Monica pun juga gede tapi
masih kalah sama 36D-nya Amy. Cewekku punya sih biasa saja, 33C. Si
Monica pasti at least 35C. Tanganku mulai gatal, jadi aku permisi mau
ke WC dengan alasan mau buang air besar. Sampai di WC, penisku
langsung kukeluarkan dan aku langsung saja mengocok. Sambil mengocok
kututup mata membayangkan bersetubuh sama tiga cewek ini. Tiba-tiba
saja, pintu WC-ku kebuka. Tiga cewek keren itu memperhatikan penisku
menyemprot sperma ke lantai WC. Aku shock dan malu. Langsung saja aku
buru-buru sembunyikan penisku ke dalam celana dalamku. Rupanya si
Julia mengambil kunci serep WC dan membuka pintu WC ini.
“Eh kita lagi nikmat-nikmat nonton kok di sembunyiin sih?” Tanya Amy
dengan nada seksi.
“Iya tuh.” sambung Julia dan Monica bersamaan. Aku cuma bisa diam
saja. Amy masuk ke dalam diikuti sama Julia dan Monica. Aku berdiri,
belum sempat pakai jeans-ku, dan mau balik ke kamar, di-stop oleh
Amy. Tangannya masuk ke dalam celanaku dan mulai mengelus-ngelus
penisku. Penisku langsung saja bangun dan siap kerja. Mereka bertiga
kelihatannya lumayan terkesan dengan penisku. Sambil mengelus-ngelus
pelan, Amy terkadang meremas dengan lembut. Enak banget rasanya. Tiba-
tiba saja, si Amy merik penisaku dengan tujuan agar aku ikuti dia
keluar. Genggamanya yang kuat dan tarikannya yang tiba-tiba,
membuatku merasa sedikit tidak enak.
Sampai di kamar, dia langsung mendorongku ke ranjang. Si Amy sendiri
mulai melepas bajunya dan rok mininya. Ternyata dia nggak pakai BH
atau celana dalam. Gila, dia punya buah dada dan perut kencang
sekali. Bulunya pun dicukur habis, seperti anak kecil. Dia langsung
tarik turun celana dalamku dan mulai memberiku kuluman. Mulutnya
bergerak naik turun, dan badannya berada di atasku. Vaginanya ditaruh
di depan mukaku seolah-olah minta dijilat. Aku menoleh dan memandang
ke arah Julia. Julia ternyata sudah lagi 69 dengan Monica. Julia
melirik ke arahku seolah mengerti kalau aku minta persetujuan dia
untuk menjilati dan ‘menggitui’ si Amy. Dia nggak tanya atau apa-apa,
cuma mengangguk dan meneruskan pekerjaanya. Aku buka kaosku dan
langsung menjilati si Amy. Pertama mulai dari vaginanya, tapi dalam
satu gerakan, aku sekaligus sentuh dia punya clitoris. Dia sudah
basah banget.
Amy langsung saja mendesah, “Ohh Ron, lick me there, suck my cunt!
Lick my Clit! Make me cum!” tanganku yang dari tadi diam mulai main
dengan pentilnya. Efeknya nggak perlu menunggu lama-lama. Sebuah
aliran deras membasahi mukaku dan untuk sementara gerakan mulut Amy
berhenti. Rupanya Amy sudah klimaks. Amy kemudian melanjutkan blow
job-nya, tapi aku suruh dia berhenti. Aku suruh dia tiduran di
ranjang sebentar. Aku pergi ke lemari mencari kondomku tapi nggak
ketemu. Aku langsung saja berteriak, “Eh gimana nih, kondomku sudah
habis.”
Si Amy cuma ketawa dan bilang, “Tenang saja Mas Ronnie kita-kita ini
pakai pil kok. Selain itu, kita-kita ini dijamin nggak ada penyakit
loh.” Aku langsung saja balik ke ranjang dan menciuminya. Dia pun
membalas ciumanku dengan ganasnya. Tanpa perlu ku arahkan lagi,
homing missile-ku langsung kumasukan ke vaginanya, vaginanya yang
basah dengan sedia menerima penisku yang gede itu. Tapi baru masuk
sedikit aku mulai merasakan hambatan yang berada di dalam lubang
cintanya itu.
“Kamu masih perawan toh, kamu yakin kasih aku masuk.” Tanya aku.
Kalau dia bisa jaga keperawanannya selama ini, aku salut dan
menghargai keteguhan imannya.
“Masukin donk Ron, aku mohon. Yang lain pada kecil jadi aku nggak
kasih masuk. Kamu punya gede sih jadi pasti nikmat.” Jawabnya dengan
suara yang memelas.
“Siap yah, pertama bakal sakit loh.”
“Iya iya, cepetan donk.”
Aku langsung tancapkan masuk aku punya penis. Mukanya menunjukkan
rasa sakit. Kubiarkan penisku beristirahat di dalam lubang cinta itu
sesaat untuk membiarkan Amy terbiasa dengan penisku dulu. Sementara
itu aku mulai menciumi dan memencet serta memainkan payudara si Amy.
Si Amy mulai mendesah keenakan. Mukanya yang penuh sakit sudah
hilang. Sementara itu erangan Julia dan Monica pun semakin keras dan
dalam waktu sekejap erangan berganti dengan teriakan-teriakan “I’m
cumming”, “Enak” “Aku climax”, dan sebagainya, akhirnya mereka pun
diam. Aku pun mulai maju mundurkan pinggulku. Gerakanku itu membuat
Amy mendesah “Oooh.. nice.. wonderful..” semakin cepat tempoku,
semakin keras juga erangannya. Aku menurunkan bagian atas badanku
untuk menciumi buah dadanya yang indah. Amy menaruh kedua tangannya
di belakang kepalaku. Dalam posisi begitu, kuangkat dia dan seluruh
berat badan dia bertumpang di pantatnya yang kupegang. Kudorong
badannya ke dinding dan penisku masuk ke vaginannya sambil berdiri.
Kakinya memeluk perutku. Dalam posisi ini, gravitasi pun membantu
gerakan kami dan penisku serasa masuk semakin dalam. Setelah lima
menit berlalu, aku merasakan bakal nggak lama lagi klimaks, aku
langsung kasih tahu Amy. Jawabannya cuma, “Ron, Fuck harder.. kerasan
donk.. tancap gas Ron.. fuck me like a slut Ron.” Mendengar kata-kata
kotornya, aku semakin bergairah. Gerakanku semakin cepat dan akhirnya
aku merasakan otot-otot vaginanya mulai kencang, kupercepat gerakanku
dan akhirnya aku merasakan gelombang deras menabrak penisku. Akhirnya
aku tidak tahan lagi. Aku mulai menyemprotkan spermaku. Semprot demi
semprot masuk ke dalam lubang cinta Amy.
Kami berdua kelelahan dan akhirnya berbaring di ranjang beberapa
untuk istirahat. Belum puas beristirahat, Monica datang, rupanya
setelah main 69 dengan Julia tadi dia masih belum berpakaian. Melihat
badannya yang aduhai dan mukanya yang manis, membuat darahku mendidih
penuh nafsu. Dengan sebuah elusan mesra, penisku yang sudah capai
akhirnya bangun lagi.
“Burung yang hebat!” komentar Monica.
“As I said!” balas Julia.
Setelah itu dia langsung memasukkan penisku ke dalam mulutnya, dan
seperti vacuum cleaner, penisku disedotnya. Aku cuma bisa mendesah
kecil. Kemudian dia langsung bilang, “Fuck me in the ass.” Aku
langsung ke lemari mengambil baby oil, aku olesi baby oil di penisku
dan di pantatnya. Pelan-pelan kumasukan penisku ke lubangnya dengan
osisi doggy style. Setelah penisku masuk semuanya, aku mulai
menyetubuhinya pelan-pelan. Dengan irama yang pelan, buah dadanya
yang keren itu bergesekan dengan permukaan mejaku. Setiap kali buah
dadanya bergesek dengan meja, otot-otot vaginanya semakin kencang.
Aku biarkan begini terus untuk lima menit. Akhirnya dua tanganku
memainkan buah dadanya. “Ooh.. ooh.. yes baby.. do it yes.. pinch my
nipple.. oh yes.. Ron, I’m cumming soon.” Tangan kiriku mulai main
dengan clitorisnya sementara tangan kananku memainkan pentil dan
payudaranya, sementara aku fuck dia di pantatnya dengan lebih cepat.
Akhirnya dia teriak “Yess! I’m Cumming!” Setelah itu dia langsung
mengemut penisku sekali lagi. Sesekali dia menghisap seperti vacuum
cleaner. Amy dan Julia sambil menonton, mereka finger fuck each
other.
Melihat pemandangan yang erotik ini aku langsung mulai merasakan
tanda-tanda mulai akan klimaks. Kucoba kasih tahu Monica, tapi dia
diam saja dan tetap menghisap penisku. Akhirnya semprotan demi
semprotan ditelannya dan sampai penisku mulai lemah pun masih dia
hisap, seolah-olah seperti cerutu saja di mulutnya. Akhirnya Julia
dan Amy pun mencapai klimaks.
Aku benar-benar capai. Sewaktu Julia mendatangiku, aku cuma bisa
geleng kepala tanda tak kuat lagi. Tapi Julia tidak putus asa. Dia
menciumi aku dan mengikuti jejak Julia, mereka juga mulai menciumiku
sambil memainkan penisku. Setelah begitu sampai lima belas menit,
mereka akhirnya putus asa juga. Tapi Julia tersenyum nakal. Dia
memanggil cousin-cousinnya dan mengajak mereka keluar. Mereka kembali
berpakaian. “Julia pasti marah deh”, pikirku. “Kenapa sih penisku
nggak bangun-bangun pikirku lagi. Lima menit kemudian, mereka bertiga
masuk lagi, kali ini mereka membawa satu CD. Aku mulai bertanya-tanya
apa yang mereka mau. Akhirnya setelah menyalakan CD, mereka mulai
berdansa, dan akhirnya mereka bertiga give me a strip tease show.
Penisku yang sudah loyo bangun lagi seperti Tugu Monas. Walaupun
sudah melihatku ready, mereka tidak stop dancing sampai akhirnya
mereka telanjang lagi.
“Ron, kita bertiga sudah siapin rencana supaya kita berempat bisa
fucking in one go. Mau nggak?” tanya Julia.
“Masih tanya lagi. Tentu saja mau dong!” jawabku dengan penuh
antusias.
Mereka semua mulai merunduk dalam posisi doggy style di tanah. Satu
di belakang satunya. Akhirnya paling belakang adalah Julia. Aku
langsung mengerti maksud mereka. Sewaktu aku fuck Julia, dia langusng
lick Amy, dan akhirnya Amy bakal lick Monica.
Aku langsung siap dan langsung saja fuck Julia dari belakang. The
chain reaction pun mulai akhirnya kami berempat mengerang keenakan.
Aku pun menemukan vagina kesukaanku. Biarpun sudah sering kubobolin,
tapi vagina Julia yang satu ini memang benar-benar kencang. “Ahh..
ohh..” kita berempat terus menerus mengerang. Setelah 7 menit,
akhirnya cewek-cewek ini mendapatkan klimaks mereka. Amy dan Monica
sudah ‘KO’. Aku juga melihat, kalau Julia sudah capai.
“Jul, kamu capau ya?”
“Iya nih, tapi kamu belon klimaks, terusin saja.”
“Nggak deh Jul, ntar kamu sakit.”
“Mas Ronnie memang baik deh. Gini saja Mas, aku kasih kamu breast
fuck aku aje ok?”
Dengan senang hati aku menerimanya. Aku mulai menyiram baby oil ke
dada Julia yang sedang rebah di ranjang. Badannya kini mengkilap oleh
pantulan cahaya lampu. Aku tekan dua buah payudara tersebut agar
mendekat. Akhirnya, di bawah sepasang payudara itu aku masukan
penisku. Aku sekarang maju mundur seperti kesetanan, Amy dan Monica
pun mendekat. Setiap kali penisku tembus, mereka pasti menjilat
kepalanya. Setelah 8 menit, aku tidak tahan lagi, melihat gelagat ini
Julia langsung berdiri dan berusaha untuk menghisapnya. “Argh..”
teriakku. Semprotan pertama mengenai tenggorokannya dan semprotan
kedua mengenai mukanya, semprotan-semprotan berikutnya ditelan habis
oleh Julia. Spermaku yang tidak masuk ke mulutnya mulai turun ke
payudaranya. Amy dan Monica mulai membersihkannya sementara aku
menciumnya dan merasakan rasa spermaku. Akhirnya mereka semua
menginap semalam di rumahku. Hari itu Jum’at malam. Besoknya adalah
hari libur. Apa saja yang terjadi besok pasti keren deh.
Ini beberapa cerita di 17 tahun dulu yang gw suka
Pagi menjelang. Sinar mentari pagi menerangi kamarku yang berantakan
karena kejadian semalam. Amy, Monica dan Julia masih tidur nyenyak di
ranjangku. Gila! Ternyata kejadian semalam bukan mimpi. Penisku
langsung tegak lagi. Enggak mau bangunin mereka, aku bangun dan terus
ke dapur untuk membuat makan pagi. Baru masuk dapur dan lagi mencari
mie instant, aku merasa ada tangan yang memainkan penisku dan melukku
dari belakang.
Aku langsung menoleh. Ternyata si Julia. Aku cium dia di bibir dan
kasih tahu dia aku mau masak. “Eh, aku sudah laper nih.” Katanya
dengan senyumnya yang nakal.
Dia mulai menghisap penisku yang dari tadi tegak. Aku langsung mundur
beberapa langkah dan duduk di kursi. Sedetik pun tidak dia lepaskan
penisku ini. “Ohh..” itu saja yang bisa keluar dari mulutku. Mulutnya
yang imut terus naik turun dan dari pipinya bisa kelihatan kalau dia
lagi menghisap penisku dengan kerasnya. Lidahnya memainkan penisku.
Ooh, betapa enaknya pikirku. Jarang sekali dia sudah aktif pagi
begini. Monica dan Amy tiba-tiba muncul di pintu dapur dan langsung
senyum.
“Kamu orang jahat yah nggak bagi-bagi breakfast.” Aku cuman ketawa
kecil. Puting mereka mengeras dan aku rasa mereka mulai horny.
Gerakan mulut Julia mulai lebih cepat. Dari sudut mataku, aku melihat
Amy dan Monica sedang French Kissing dan Finger Fucking each other.
Gila benar cewek-cewek ini. Pagi-pagi sudah aktif banget. Mulut Julia
tidak diam naik turun, aku mulai mainkan puting dan payudara Julia.
“Jul, kita 69 saja deh.” Saranku. Julia melepaskan hisapannya dan aku
langsung rebahan di tanah. Julia mulai berada di atasku dan aku
langsung hisap vaginanya yang sekarang basahnya bukan main. Sesekali
kujilat clitorisnya. Setiap kali kujilat clitorisnya dia langsung
mendesah “Oh”. Akhirnya setelah lima menit begituan, lidahku mulai
capai. Aku mulai masukan dua jari ke dalam, teriakan “Ahh” terdengar,
aku mulai jilati clitorisnya dan maju mundurkan jariku. Dia sekarang
cuma teriak, “Enak Ron, terus Ron.. kerasan dong.. jilat terus.” Aku
cuma bisa jawab, “Eh lidahku capek nih, jarang-jarang saja lidahnya.”
Setelah itu aku mainkan clitorisnya pakai jempolku sementara kedua
jariku nggak berhenti maju mundur. Begitu tanganku yang satunya
menyentuh payudaranya, dia langsung teriak, “Oh yes Ron!” Otot
vaginanya langsung tegang dan bajir klimaksnya mulai membasahi
mukaku. Untuk sementara dia berhenti menyedot sebentar. Sementar itu
Amy dan Monica sudah ganti posisi jadi 69 juga. Setelah Julia mulai
menghisap lagi, Mereka sudah klimaks, sebab kudengar mereka teriak
“I’m coming!” bergantian dan nafas mereka menjadi berat dan dapat
terdengar jelas. Aku yakin aku sebentar lagi mulai klimaks. Aku coba
tahan sebentar tapi aku nggak bisa. Sedotan mulut Julia memang hebat.
Tak lama kemudian kusemprot saja spermaku ke dalam tenggorokan si
Julia. Setelah itu, dia menciumku. Tanpa diduga, ternyata dia cuma
telan sebagian spermaku sebab sebagiannya dimasukan ke mulutku. Itu
pertama kali aku merasakan sperma. Rasanya agak aneh tapi lumayan
nikmat juga.
“Bagian breakfast kamu tuh. Enak ngga?” Aku cuma mengangguk saja.
“Kita orang yang buat breakfast deh, kamu mandi saja” lanjutnya.
Aku akhirnya masuk kamar dan mandi. Setelah mandi, kita orang pergi
jalan-jalan ke Orchard Road naik MRT. MRT dari rumahku ke Orchard
kurang lebih 20 menit. MRT yang penuh sesak itu membuat kita semua
saling terombol. Baru mau sampai Newton, MRT-nya diam, lampunya pun
mati. “Ladies and gentleman, please do not panic, there is electrical
and track failure. They are trying to fix the track at the moment and
the electricity would be back online in half an hour. We regret for
inconvenience caused.” Suara dari speaker menjelaskan apa yang
terjadi. Tiba-tiba ada yang pegang penisku, aku telusuri mencari muka
yang punya tangan. Ternyata yang mainin penisku orang yang aku tak
kenal. Dia mulai masukan tangannya ke zipperku. aku juga tak mau
kalah. Aku mulai Masukan tanganku kedalam T-shirt-nya dan mencari
payudaranya. Enggak kusangka, payudaranya gede banget. Tiba-tiba
tangannya meninggalkan penisku yang tegak keluar dari zipper dan
mulai buka BH-nya dan menanggalkan BH-nya. Rok mininya kusingkap dan
ternyata dia nggak pakai CD. Aku mainin clitorisnya pakai satu tangan
dan satu tangan lagi mainkan putingnya. Agar desahannya yang mulai
keluar dari mulutnya tidak kedengaran orang lain, aku French kiss
dia. Lidah kami beradu dalam mulut kami dan tangannya mulai mengocok
penisku.
“It is fifteen minutes before the light is up and the train will be
moving. Please bear with the condition for the moment.” Setelah itu,
dia mulai mengarahkan penisku ke lubang vaginanya. Kusandarkan dia ke
pintu sementara aku spread kakinya. Kuangkat dia sedikit dan karena
agak menyenggol penumpang lainnya, aku dengar beberapa gerutuan.
Setelah yakin tidak akan menyenggol orang lain, aku mulai masukan
penisku ke lubangnya. Aku dengar dia mendesah, “mm..” itu saja yang
aku dengar. Aku mulai French kiss dia lagi agar dia nggak teriak
lebih keras. aku mulai tusuk dia dengan kasar dan setelah agak lama
menusuk, dan bercium, akhirnya kita klimaks barengan. Kita mulai
merapikan diri. Kini aroma seks mulai tersebar. Akhirnya lampu
menyala lagi. Setelah aku tengok ke samping, ternyata yang aku gituin
tadi adalah guru mathematics aku. Dia tersenyum nakal dan menaruh
jari telunjuknya di mulutnya seolah menandakan untuk merahasiakan apa
yang telah terjadi.
Setelah lima menit, akhirnya MRT pun berjalan kembali. Setelah sampai
ke Orchard, kami semua turun. Kami langsung naik eskalator menuju ke
pusat pertokoan. Kami berbelanja di pusat pertokoan sampai agak
malam. Akhirnya kita orang pulang juga.
Sampai di rumah aku langsung masuk kamar kecapaian menemani cewek-
cewek yang jago belanja ini. Rupanya cewek-cewek ini benar-benar
edan. Aku sudah capai begini masih minta seks. Untuk menakut-nakuti
mereka aku usuli permainan baru. Permainan kami adalah master and
slave. Aku jadi master, mereka jadi slave (budak). Di luar dugaanku,
ternyata mereka setuju dan kelihatan sangat berminat. Aku kasih tahu
mereka, mereka cuma boleh panggil aku bos, tapi aku boleh panggil
mereka apa saja (termasuk perek, cewek murahan dan sejenisnya) dan
boleh menyuruh atau memaksa mereka melakukan sesuatu seenaknya selama
hal ini berhubungan dengan seks. Mata mereka makin berbinar-binar.
Akhirnya kusuruh mereka melucuti semua pakaian dan mereka tidak
diperbolehkan memakai pakaian apapun di dalam rumah.
Sementara aku mandi, mereka kuperintahkan membersihkan kamarku yang
berantakan karena adegan semalam. Sewaktu aku keluar, mereka masih
belum selesai membersihkan kamarku. Aku ke kulkas minum Red Bull dulu
supaya kuat baru balik ke kamar. Mereka ternyata sudah selesai.
“Eh, kamu orang bertiga main bersama di lantai. Julia, kamu pakai
ketimun yang lumayan panjang ini kaya double dildo sama Amy sementara
kamu orang jilatin Monica. Aku di sini bakal rekam kamu pakai
handycam-ku. ” Kulempar ketimun yang kubuat di sekolah pakai tanah
liat ke Julia. Mereka pertamanya agak nggak suka ideku pakai handycam
tapi setelah aku yakini bahwa videonya nggak bakal aku kasih lihat
orang lain, akhirnya mereka setuju.
Akting mereka super hot. Mereka mengerang dan berteriak kenikmatan.
Mereka juga mulai meremas-remas payudara masing-masing dan terkadang
lawan main mereka. Mereka juga terkadang bercium mesra. Penisku mulai
nggak tahan. Kuelus penisku lewat celana dalamku.
“Stop!” Mereka yang lagi asyik main rupanya nggak denger aku. Aku
teriak sekali lagi “Stop!” akhirnya mereka stop juga. Sebagai hukuman
untuk tidak mendengar perintah bos, aku suruh setiap orang ambil
ketimun kecil di kulkas dan masukkan ke dalam vagina mereka. Setelah
itu kusuruh mereka jalan-jalan dalam rumah dengan ketimun di dalam
vagina mereka. Belum puas dengan hukuman ini, kusuruh mereka pakai
celana dalam dan kaos panjangku (kurang lebih sampai lutut mereka).
Pentil payudara mereka yang warnanya agak gelap itu terlihat dari
luar dan boleh dibilang lumayan jelas sebab pentil mereka dalam
keadan keras. Kusuruh mereka mengikutiku ke Seven Eleven terdekat
tanpa pakai celana maupun BH mereka. Mereka mulai menawar tetapi aku
bilang, “Kalau masih mau tawar menawar, kita pergi ke supermarket 2
bus stop dari sini.” Mereka akhirnya ikut aku ke Seven Eleven yang di
depan rumahku. Monica hampir lemas karena sewaktu lari menyeberang
jalan, dia mendapat klimaks (ketimunnya kaya penis naik turun sewaktu
dia lari). Penjaga toko Seven Eleven melihati payudara Amy yang gede
menonjol itu. Apalagi tanpa sengaja, payudaranya menyenggol kaca
kulkas yang agak basah itu, membuat payudaranya semi jelas. Yang buat
penjaganya cengar-cengir, ketika si Julia membongkok untuk mengambil
barang di rak bawah, celana dalamnya yang basah karena cairannya itu
terlihat jelas. Setelah membeli barang aku lari balik ke rumah dan
menyuruh mereka ikut lari dan mengeluarkan ultimatum bahwa siapa saja
yang sampai di rumah lebih dari dua menit akan kena hukuman lebih
berat. Langsung saja mereka lari ke rumah, Julia di tengah jalan
hampir lemas karena klimaks tapi memaksa diri untuk lari. Akhirnya
mereka sampai di rumah dalam waktu yang ditentukan. Nafas mereka
sudah memburu dan badan mereka sudah lemas dan penuh keringat, tapi
permainan baru dimulai, sebab penisku masih segar bugar. Apalagi baju
yang mereka pakai seolah-olah transparan dibasahi keringat.
“Ok, kamu orang sekarang mandi dulu!” Mereka cuma diam saja dan mulai
beranjak menuju ke arah kamar mandi. Kuikuti mereka ke kamar mandi.
Saat mereka hendak menutup pintu kamar mandi, kudorong pintunya dan
kusuruh mandi di depanku sambil kurekam dengan Handycam-ku. Cara
mereka mandi memang agak kikuk dengan adanya aku di sana. Setelah
mandi dan mengeringkan badan, mereka mau pakai baju.
“Eh, gue kan sudah bilang, selama di dalam rumah nggak boleh pakai
baju!”
“Iya bos”, jawab mereka serentak.
Tiba-tiba, “Ting-tong” bel rumahku berbunyi. Aku jadi pikir-pikir
siapa nih, aku jadi suruh cewek-cewek masuk kamarku. Ternyata yang
datang si John. Aku persilakan masuk dan kusuruh duduk. John adalah
teman sekelasku. Aku permisi sebentar masuk ke kamar.
“Eh kamu orang buatin minum untuk John. Jangan pakai baju atau
apapun!”
Setelah aku keluar beberapa saat, mereka bertiga menuju ke arah dapur
untuk membuatkan John minuman. John yang melihat tiga cewek bugil
berjalan ke arah dapur langsung nyengir ke arahku.
“Ron, kamu kok bisa ada 3 cewek di rumahmu jalan bugil?”
“Itu mah, jangan dipikirin. Eloe mau ngewek sama salah satu dari pada
mereka?”
“Sorry deh, nggak hari ini, kapan-kapan saja.”
“John, ini minumannya.” Mereka bertiga membuatkan John dan aku
segelas sirup dan berjalan ke arah kamar.
“Kamu orang masa nggak ada aturan”, sentak aku,
“Duduk sini temenin kita orang ngobrol dong.”
Muka mereka cuma menunduk dan duduk bersama-sama. Julia duduk di
sebelahku sementara Amy dan Monica duduk berhadap-hadapan dengan
John. Tangan mereka berusaha menutupi kemaluan mereka. John sendiri
mulai merasa kikuk. Setelah beberapa lama bercakap-cakap akhirnya
mereka mulai ikut tertawa dan mulai terbiasa dengan kebugilan mereka.
Sebelum pulang, John minta tolong agar aku menjaga anjingnya
sementara dia pergi ke Malaysia 3 hari untuk urusan bisnis. Anjing
John yang bernama Lassie, itu boleh dibilang lumayan gede, tapi
anjingnya nggak galak. Aku setuju saja.
Setelah John pulang aku melirik jam. Ternyata sudah lumayan malam,
jam 11 lebih sedikit. Sewaktu aku masuk kamar, tiga cewek ini lagi
bisik-bisik dan waktu melihat aku masuk langsung diam. Lassie pun aku
bawa masuk. Aku ada rencana untuk mereka. Aku ikat mereka bertiga di
ranjang dengan kaki mengkangkang (dengan persetujuan mereka). Aku
mulai mengelus-ngelus cewek yang paling kiri, Julia. Aku maini buah
dadanya dan lidahku mulai menelusuri tubuhnya yang telanjang. Sewaktu
lidahku menemukan clitorisnya dan mulai menjilati vaginanya yang
sudah basah, badannya langsung bergerak-gerak dan erangan nikmat
mulai keluar dari mulutnya. Aku mulai masukan penisku ke dalam lubang
vaginanya. Sambil mensetubuhi si Julia, tanganku mulai maini lubang
Monica, yang berada di tengah ranjang. Kami bertiga mulai mengerang
dan berteriak kenikmatan.
“Ooh.. ohh.. yes..” itu saja yang keluar dari mulut kami.
Sewaktu aku merasakan Julia mulai mau klimaks, kutarik penisku dari
lubang vaginanya. Seperti kesetanan, dia memohon kepadaku agar aku
masukan penisaku lagi ke dalam lubangnya. Tapi aku ada rencana lain.
Aku tinggali dia dan mulai main dengan Amy. Kucium mulut Amy yang
mungil, dan tanganku mulai main dengan buah dadanya yang motok itu,
sementara tanganku yang satunya tetap memainkan lubang vagina Monica.
Julia masih berteriak minta digituin tapi aku ‘ignore’ dia punya
permohonan. Aku mulai mensetubuhi Amy dan Amy pun mulai mengerang
keenakan.
“Ron, gue tahu deh, kamu pasti pilih gue. Ohh ooh..” dia mulai
mengerang. Sambil kumainkan buah dadanya kugoyang dia dengan keras.
Tanganku yang main dengan Monica sudah mulai berhenti dan mulai main
dengan buah dada Amy. Sama seperti Julia, Amy pun kutinggalkan saat
dia hampir mencapai klimaks. Saat itu aku pun juga hampir mencapai
klimaks. Setelah bermain sebentar dengan Monica, penisku mulai
menyemprotkan air maniku. Aku tinggalkan juga Monica. Mereka bertiga
sekarang mengerang dan berteriak meminta penisku sebab tidak ada
satupun dari mereka yang klimaks.
Aku angkat Lassie keranjang dan kuarahkan kepalanya ke arah vagina
Julia. Setelah membau-bau sebentar, dia mulai menjilat vagina Julia.
Julia berteriak, “Ron, tolong, jangan anjing dong Ron. Geli nih.. Ron
please I beg you.” Aku nggak gubris minta tolong dia. Kemaluan Lassie
mulai mengeras dan kuarahkan kemaluannya kearah lubang vagina Julia.
Kontan saja Julia mulai merasa jijik dan geli. Saat Lassie mulai maju
mundur menyodok kemaluannya, ekspresi Julia mulai berubah dari jijik
dan geli menjadi puas. Aku pun nggak mau kalah. Aku mulai setubuhi
Amy dengan posisi Doggy Style.
“Uuuhh ahh..” aku dan Amy mulai mengerang sementara dari sebelahku,
erangannya agak lain. “Aahh ohh” dan “Warf warf auu”. Aku nggak tahu
berapa lama, tapi akhirnya Amy klimaks beberapa kali dan aku masih
minta terus. Aku akhirnya mencapai klimaks. Lassie dan Julia pun
mencapai klimaks dan Lassie telah tiduran di lantai. Sekarang tinggal
Monica yang belum klimaks. Penisku yang sudah loyo nggak bakal bisa
main lagi apa lagi waktu sudah tengah malam. Aku ambil botol bir dan
mulai minum. Aku kasih mereka bertiga sedikit. Julia dan Amy telah
bebas dari ikatan dan pergi ke dapur untuk buat telur karena perut
lapar. Bir dalam botol sekarang tinggal sedikit dan aku mulai ada
cara untuk memuaskan Monica.
Aku lepaskan ikatannya dan kubuka labianya dan memasukkan leher botol
bir sedikit lebih sedikit. Monica cuma bisa mendesah kecil.
Kutuangkan bir yang tersisa sedikit ke dalam kemaluannya dan dia
mulai berteriak. Rupanya alkohol dalam bir membuat lubangnya agak
sakit. Aku mulai menggerakan maju mundur dengan botol bir dan Monica
kembali mendesah keenakan. Aku juga mainkan clitorisnya dengan
jempol. Buah dadanya aku mainkan dengan mulut dan lidah. Mukanya
makin memerah, rupanya pengaruh alkohol yang tadi aku tuangkan.
Setelah klimaks beberapa kali, ia dengan agak mabuk mulai berteriak,
“Ron, fuck me.. I want to be a slut, your slut.. Ron please dong..
jangan pakai botol lagi, penis kamu lebih nikmat..”
Penisku mulai bangun. Tangannya mulai main dengan penisku dan
akhirnya penisku dihisap dan dikulum dengan ganasnya sementara
tanganku nggak diam gituin dia pakai botol. Akhirnya aku nggak tahan
lagi. Kuambil baby oil dan melumaskan penisku pakai baby oil. Lubang
duburnya juga aku kasih sedikit baby oil. Kusuruh dia siap dalam
posisi doggy style dan aku gituin duburnya sementara tanganku pakai
botol gituin vaginanya.
“OOh.. Ahh Yess.. Ron fuck me bad!”
“Ooohh Mon, kamu punya anus seret deh..”
Setelah beberapa menit, “Mon, I’m cumming nih..”
“Ron, fuck me in the cunt.. Please dong.. kasih aku feel kamu punya
cock di cunt aku..”
Dengan sedikit nggak seneng akhirnya kucabut juga dan aku siap untuk
fuck her cunt. Ternyata cunt dia mencengkram penisku dengan kencang.
Penerobosan penisku agak susah tapi setelah semuanya masuk penisku
mulai maju mundur dengan ganas.
“Mon, I really can’t hold to long nih.. kamu kalau mao klimaks
cepetan donk..”
Monica nggak jawab, jadi aku teruskan saja. Akhirnya aku mulai
klimaks dan semprotanku kali ini ternyata super banyak. vaginanya
mulai mengeras dan akhirnya dia pun klimaks lagi. Badanku keringatan.
Akhirnya Amy dan Julia balik masuk kamar dan kita pun tidur.
Besok siangnya, kita bangun jam 1. Mereka semua akhirnya kembali ke
kost mereka untuk buat PR dan belajar sebab sudah hari Minggu. Aku
duduk di sebelah meja belajar dan merenung keluar jendela. Aku mulai
berpikir, kalau tiap minggu begini, aku bisa-bisa kehabisan sperma
nih.
Sejak weekend itu, setiap weekend mereka mulai ke rumahku dan
untungnya nggak ada yang hamil. Setelah lulus Sec 4 kami akhirnya
kami berpencar menuju Universitas masing-masing.