Kisah ini terjadi saat Dino berumur kira-kira 22 tahun. Pada masa-masanya dimana keinginan mencoba segala hal baru selalu mendorong setiap perbuatan manusia. Hanya logika dan iman yang kuat yang dapat mengalahkan setiap keinginan itu. Dan Dino tidaklah termasuk pada golongan yang disebutkan diatas.
Pada masa - masa itu sepertinya kehadiran seorang teman sangatlah penting. (..masa sich..?) Begitu juga Dino yang memiliki banyak teman itu tak pernah merasa sepi. Ada saja teman yang mendampinginya, baik saat – saat mereka bepergian ataupun kumpul-kumpul bersama. Biasanya yang selalu menjadi obrolan mereka apabila telah suntuk adalah para gadis – gadis. Ada saja cerita mengenai gadis- gadis yang kadang membuat mereka penasaran, melongo dengan takjub atau tertawa terpingkal – pingkal.
Suatu sore Dino mendapat telepon dari temannya Dudi, yang tinggal di seputaran wilayah Buahbatu. Dudi memintanya datang sore itu juga.
‘Ada apa ya dengan Dudi ini….?’tanya Dino dalam hati. Tetapi biasanya Dudi ini selalu membuat kejutan. Ada saja hal yang tidak di duga Dino dan teman – temannya yang dilakukan Dudi. Tapi sejauh ini hal-hal tersebut adalah hal – hal positif (.dari sudut pandang siapa ?.he..he..). Tak berpikir panjang Dino menyanggupinya.
Sore Sabtu itu Dino meluncur di jalanan, menggunakan mobil carry putih yang dipinjamnya kepada orangtuanya dengan berbagai alasan. Mengenakan jeans dan kaos berkrah setelah mandi sebelumnya ( ..rapi sekali…!!). Sambil menyetir mulutnya bersiul mengikuti irama lagu riang yang terdengar mengalun dari Clarion, tape mobil masa itu. Jalanan belumlah seramai sekarang, sehingga tidak harus berkonsentrasi penuh menjalankan kendaraan.
Berbelok ke kanan pada lampu traffic, terus melaju dengan lancar. Kurang lebih 15 menit melaju di jalan Buahbatu itu kemudian berbelok ke kiri, masuk pada jalan kecil. Daerah itu merupakan tempat kediaman yang cukup strategis. Karena terletak dekat kota dan hamper semua penduduknya merupakan penduduk asli. Bangunan yang berdiri di daerah itupun sebagian besar adalah bangunan lama gaya tahun 60-70an. Meskipun tidak sebagus bangunan- bangunan di daerah jalan dago. Katanya daerah ini merupakan daerah pemukiman pekerja-pekerja administrasi pada jaman tersebut.
Setelah berbelok ke kanan pada ujung jalannya, mobil yang di kendarai Dino berhenti 200 meter dari belokan terakhir. Terlihat Dudi yang sebelumnya duduk di sebuah warung mendatanginya. Menyapanya dengan hangat.
“Nah,.datang juga……” ujar Dudi setelah berada di samping mobil.
“Santai kan……….?”tanyanya.
“Ayo ke rumah dulu……..”ajakn Dudi melangkah menuju arah rumahnya yan masuk ke dalam dari jalan tersebut. Setelah mengunci mobil, Dino berjalan mengikuti langkahnya dari belakang. Berbelok ke kanan, terus samapai pada sebuah belokan jalan kecil yang juga merupakan jalan masuk ke rumah Dudi temannya itu.Begitu memasuki pintu,..
“Duduk ‘No,… oh ya kenalin ini, Neng Indri, satunya Dian..” Ujar Dudi menyilakan.
“Dian itu cewekku.., jangan di ganggu.”kelakar Dudi menambahkan
“Dino……”
“Dian……”
“Indri……..” sahut gadis muda yang tengah duduk di kursi di ruang tamu tersebut.
“Ini lho neng.., Aa Dino yang Aa’ ceritakan kemarin itu” terang Dudi sambil mengocok sendok pada gelas minum yang tengah ia bikinkan.
‘Gadis yang mungil’ bisikku dalam hati menatap Indri. Manis wajahnya yang masih polos, tapi leluk-lekuk tubuhnya telah membentuk.
“Sebentar ya…, Aa’ Dudi salin dulu……..”teriak Dudi dari kamarnya setelah menghidangkan 3 cangkir teh hangat. Dino menyeruputnya, hmm begitu nikmat rasanya di sore ini. Tak lupa sebatang rokok menyelip di bibirnya menemani pembicaraan mengalir diantara mereka. Indri ternyata tidaklah sepolos wajahnya, pembicaraan yang Dino lontarkan dapat di imbanginya dengan baik. Berbeda dengan Dian yang lebih banyak diam.
‘Hmm anak ini cukup bagus juga wawasannya….”batinku kembali berbisik.
“Yok kita berangkat….”ajak Dudi yang telah rapih keluar dari kamarnya. Berempat kami melangkah ke luar dari rumah itu setelah pamit pada orang tuanya Dudi.
“Neng di depan ya……?”perintah pada Indri.
“Aa’ mo pacaran di belakang, jangan liat-liat ya..”kelakar Dudi sambil memeluk pinggang Dian. Dian tersenyum kecil mencubit pinggang Dudi. Mobilpun melaju.
“Kemana kita ni Dud……”Tanya Dino melihat dari spion.
“Oh.ya bisa antar ke teteh dulu kan..” Jawab Dudi sambil memberitahu alamat kakaknya itu. Mobil pun mengarah ke selatan menuju rumah kakaknya Dudi. Dan sepanjang perjalanan itu Indri berbicara, mengajak ngobrol Dino. Ada-ada saja bahan pembicaraannya sehingga kekakuan mulai tersa mencair.
30 menit kemudian mobilpun menepi pada sebuah rumah di sebuah komplek. Dudi keluar sambil menggamit Dian.
“Sebentar ya ‘No…….”ujarnya melangkah memasuki halaman rumah tersebut. Entah ada apa keperluannya Dino tak mengerti. ‘Biar sajalah….toh ada Indri yang menemaniku ngobrol’batinnya.
Dan pembicaran mereka berdua di mobilpun semakin hangat. Dino sangat respek pada gadis mungil itu. Kadang-kadang mereka berdua tertawa bersama. Celotehannya itu tak ada henti-hentinya. Tak lama Dudi pun datang kembali diiring Dian dan tetehnya Dudi. Setelah basa basi sesaat merekapun berangkat. Menuju selatan lagi ke sebuah tempat pariwisata seperti usul Dudi. Dino mengilkuti saja, pengen tau apa kelanjutan rencana Dudi teman baikknya itu.
Adzan magrib berkumandang saat mereka sampai di tepian sebuah danau. Embun sudah mulai turun. Dudi melangkah di ikuti Dian menuju sebuah warung. Langsung duduk bersila.
“No, Indri… mo pesan apa….”teriak Dudi melongokkan wajahnya di jendela warung. Dino menatap pada gadis muda di sampingnya..
“Aa’ mau pesan kopi dengan jagung bakar, Indri pesan apa..”Tanya Dino.
“Hmm…teh manis dengan itu..tu, gorengan………” jawabnya tersenyum. ‘Manis sekali senyumannya….’
“Dud, kopi satu, teh manis satu, jagung bakar dan gorengan..”teriak Dino.
“Ga pakai lama ya………..”tambah Dino.
Kembali mereka berdua tenggelam dalam percakapan yang hangat. Saling berkelakar, ataupun berbincang serius. Pesanan pun datang, yang langsung di terima Dino. Meletakkan minuman mereka di dashboard, dan memberikan sepiring gorengan kepada Indri. Dan sambil memgunyah makanan mereka masing-masing obrolan pun mengalir kembali. Embun makin turun, sehingga jarak pandang menjadi semakin pendek. Cahaya lampu di warungpun tak cukup menerangi mereka berdua yang berada di dalam mobil.
“Ayo kita pulang………..”. terdengar suara Dudi mendekat. Dino dan Indri serempak terperanjat.
“Bikin kaget aja kamu Dud……”ujar Dino, mengemasi remah – remah sisa makanan mereka yang tak habis.
“Ini kembalikan dulu piring dan gelasnya…”ujar Dino menyerahkan piring dan gelas yang telah kosong. Berlari kecil Dudi menuju warung, menyerahkan benda tersebut ke tangan seprang ibu tua pedagang warung tersebut, lalu kembali menuju mobil di tengah gerimis yang turun.
“Uh….dingin……..”ujarnya menutupkan pintu mobil. Tak kecuali Dian yang telah berada di dalam mobil menggemeletukkan bibirnya. Langsung saja mobil berangkat, merayap pelan, karena pandangan yang terbatas akibat gerimis dan kabut. Setelah sampai di jalan utama mobil langsung Dino arahkan menuju kost-annya Dian sebagaimana petunjuknya.
“Aku nginap disini…”ujar Dudi mengedipkan mata.
Dino melongo, tak bisa berkata-kata.
‘Trus bagaimana aku dengan Indri gadis muda ini?’ pik1r Dino. Sambil menjalankan mobil perlahan. Bingung tak tau harus bagaimana.
“Indri Aa’ anterin pulang jam segini ga pa-pa?” Tanya Dino harap-harap cemas.
“Jangan A’ jangan kerumah, sudah terlalu malam..”sahutnya denganmata bingung.
“Teruss…”
” Pokoknya jangan ke rumah aja…”ujarnya manja.
Terus terang, Dino bingung sekali saat itu, uang yang ada di dompetnya saat itu tak mencukupi untuk menginap di hotel. Pikirannya terus berputar ..
Akhirnya teringat ia pada Nunu, temannya sekomplek yang rumahnya biasa menjadi tempat berkumpul teman-temannya. Rumahnya hanya di isi oleh Nunu seorang sebab orangtuanya selalu berada di luar kota. Kesanalah mobil Dino mengarahkan mobilnya. Tepat jam 11 malam itu mobil putih dan isinya tiba di halaman rumah kecil tersebut. Kecil tapi cukup resik. Melongok dari celah pintu sebuah wajah lugu temannya itu.
“Ada apa Din., malam-malam gini..?”tanyanya sambil menyilakan masuk. Dino segera mendekat dan mengatakan hal yang membuatnya bingung. Nunu manggut-manggut dan mengerti keadaannya. Lalu ia bergerak ke sebuah kamar yang kosong yang diperuntukkan untuk tamu. Setelah mencuci muka dan bersih-bersih, mereka bertiga pun ngobrol di ruang tamu dengan hangat. Cukup akrab memang. Tak terasa waktu berlalu hingga Nunu yang tadi telah mengantuk kembali menguap.
“Kalian teruskan saja ngobrol, aku tidur dulu sudah ga kuat…”Ujarnya beranjak menuju kamarnya.
“Ok bos…”sahut Dino dan Indri berbarengan.Kembali mereka tengeelam dalam percakapan hangat, cukup intim malah. Indri bersandar di bahu di dada Dino. Menonton acara TV yang membosankan. Dino mengelus-elus bahu Indri memberikan kenyamanan perlindungan. Mengharumi rambut gadis muda tersebut. Rasa hangat mengalir dari tubuh yang berdempetan tersebut, menyebar ke seluruh relung tubuh. Kadang mulut Dino mencium ubun-ubun gadia muda itu, tak ingin kehilangan rasa wangi yang terbersit disana.
“A’…”bisik Indri hamper tak terdengar.
“Hmm…”gumam Dino menanggapi.
“Indri ngantuk…..”ucapnya perlahan.
“Ya sudah kamu ke kamar saja…, Aa’ biar disini saja , ga enak sama Nunu”jelas Dino. Indri bangkit dan tiba-tiba. Sebuah kecupan kecil dijatuhkannya pada pipi Dino dan langsung melangkah mnuju kamar..
Dino terpana, terdiam, kembali tenggelam pada cara Tv yang membosankan itu. Menunggu kantuknya yang tak datang-datang juga. Akhirnya tak menunggu Dino pun bersiap-siap merebahkan dirinya di sofa di ruangan tengah tersebut Menatiksarung yang diberikan oleh Nunu. Baru saja matanya hendak terpejam.
“A……”sebuah bisikan terdengar didepannya.
“Ng…., ada apalgi…..?tanya Dino . Terpaut pandangannya pada wajah Inri yang telah berada di depannya.
“Indri takut..ga mo tidur sendiri….”ujarnya dengan ekspesi meyakinkan.
“Temanin Indri di kamar..ya A’…..”tambahnya lagi sambil menyeret lengan Dino. Mau tak mau Dino terpaksa bangkit, mengikuti gadis muda yang menarik tangannya memasuki kamar. Indri menutupkan pintu kamar tersebut perlahan. Gadis itupun berbaring di sebelah kiri Dino memunggunginya. Gelisah ia rupanya. Terasakan dari gerakannya yang menjalar di kasur di ruangan itu.
“Kenapa.., ga bisa tidur..?”Tanya Dino berbisik.
“Aa’ belum tidur…..? Tanyanya.
“Ga tau nih mata ga mo terpejam….”tambahnya lagi seraya membalikkan badan, menatap ke arah Dino. Dino menundukkan wajahnya menatap mata gadis muda tersebut. Menarik dan mendekapnya hangat.
“Ya, kesini deh lebih mendekat ke Aa’……”pinta Dino lembut. Gadis muda itu menggeser tubuhnya, merebahkan kepalanya di dada Dino. Mendengarkan debur jantung lelaki itu berdegup bergemuruh. Dino mengecup kepala gadis muda itu dengan lembut, mengirimkan berjuta kedamaian. Indri mengangkat wajahnya, memandang ke arah Dino. Kembali kecupan di jatuhkan Dino, kini pada kening yang di hiasi rambut-rambut halus. Perlahan sekali, sangat perlahan…
Setelah kecupan itu berlalu, Indri membuka matanya dan sambil menatap Dino bergerak keatas mewnjajari wajah lelaki itu. Diiringi kedua bola matanya meredup bibirnya mengecup lembut bibir Dino. ‘Lembut dan segar sekali bibir Indri ini’ batin Dino.
Dino bergerak mengambil inisiatif atas kesamaan hasrat yang terbaca sudah. Mengait bibir lembut yang bergerak menjauh. Segera melumatnya dengan hangat. Kedua bola mata Indri terbelalak lalu meredup pelan, ikut larut dalam irama alunan gelora hasrat yang mulai terbersit dalam dirinya. Kini kedua bibir mereka bertautan erat, saling melumat dan mengulum, membangkitkan hangatnya bara asmara dalam kebersamaan.
“Mmmfhh……….”desah Indri perlahan.
Lidah Dino kini mencoba lebih intens, menyelusup melalui ke dua bibir lembut milik gadis muda itu, mencoba menemukan pasangannya. Kemudan mengait lidah lancip sang gadis mengajaknya bercengkrama dalam kelembutan basah mulutnya. Indri pun tak kalah hangatnya membalas. Lidah mereka saling berpalun, saling membelit dengan panasnya.
Tangan kiri Dino menjalar turun. Menyelusur di sepanjang punggung sang gadis, mengirimkan kehangatan di sepanjang perjalanannya. Bibir mereka masih bertaut makin erat, saling melumat tak henti-hentinya. Tangan Dino terus turun, meluncur di sepanjang kaos ketatnya Indri, terus ke bawah, menaik pada pinggang yang ramping menemukan bongkahan yang masih dilapisi rok tersebut. Meremasnya lembut..!!!
Indri membuka matanya, bergerak perlahan menaiki tubuh Dino. Dan kembali melumat dan menngulum seperti sebelumnya. Tangan kanan Dino bergerak, Menyusuri bagian samping tubuh gadis muda itu , mengelusnya perlahan, terus naik turun, kadang bergerak agak kedepan menyentuh pangkal bulatan dadanya , mengelus dengan ibu jarinya.
“Uhhhhh………”Rintih gadis muda itu perlahan. Tubuhnya sedikit mengangkat memberikan ruang gerak keleluasaan pada jari Dino. Sementara tangan yang sebelah lagi tak henti-hentinya meremas dan mengelus di belakang.
Tak cukup begitu jari Kino menyelusup ke balik kaos yang dikenakan Indri, meraba kehalusan kulit tubuh sang gadis, mengelusnya sambil bergerak naik, menemukan bongkahan dadanya yang masih terbalut bra tersebut. Tangan Dino bergerak terus menyelinap ke balik pembungkus dada tersebut.!!!
Menemukan bulatan padat kenyal berlapiskan kulit halus yang hangat. Merabanya dan mengelusnya dengan lembut, jarinya tak berhenti menaiki bulatan padat tersebut, menemukan putik mungil di puncaknya. Memilinnya perlahan..!!!
“Ouhhhh…….”Desis Indri menggeliatkan tubuhnya. Rasa geli gatal melanda syaraf-syaraf kewanitaannya.
‘Terus..A’……’batinnya menyetujui tindakan Dino. Bibir Indri turun mengecup bola mata Dino, bergerak kesamping melumat cuping telinga Dino dengan ganas.
Dino merasa kegelian atas perlakuan Indri pada telinganya. Langsung di peluknya tubuh mungil tersebut, Ia bangkit hingga terdudukdengan Indri dalam pangkuannya. Menarik lepas kaos gadis muda tersebut hingga lepas. Tak ketinggalan dengan bra dan roknya. Indri p[un berbuat sama, melepaskan pakaian Dino. Dan kini mereka hanya di lapisi oleh secarik kain tipis yang menutupi selangkangan mereka masing-masing.
Sambil dalam posisi demikian mereka kembali saling melumat dan mengulum. Lidah Dino menjalari leher gadis muda itu. Menjilati permukaannya di sepanjang perjalannannya, terus menaik menjumpai pangkal telinganya. Menjilati bagian belakang telinga tersebut berkali-kali. Terus mengulum cuping teringa tersebut dengan rakusnya.
“Ahhh…….”erang Indri. Tubuhnya mulai berkelejat-kelejat di pangkuan Dino. Pinggulnya secara demonstratif bergoyang, mengekspresikan kegeliab dan kegatalan yang melandanya. Akibat goyangan tersebut kewanitaannya yang terlapis oleh kain tipis itu menggerus batang kejantanan Dino yang telah tegak , malah kegelian dan kegatalannya makin memuncak.
Wajah dan bibir Dino kini beralih pada bulatan padat di dada sang gadis. Mengecup di sekeliling bungkahan kenyal itu, menjilat di sepanjang lingkaran lerengnya. Berputar terus ke atas menuju puncaknya. Mengulum dengan kuat pada putik yang berada di puncak dada tersebut.
“Ouhhhhhh…..Aa’..”erang gadis muda itu. Matanya terbeliak sesaat dan kembali meredup. Terdengar napasnya telah memburu. Desah dan rintih tak henti-hentinya terdengar meluncur dari bibir munginya. Kadang bibirnya menganga melepaskan keluhan nikmatnya. Dino tak berhenti, bergantian dada kiri dan kanan Indri menerima lumatan dan kuluman yang tak kenal lelah,makin bersemangat dan makin ganas..!!!
Indri tak tahan. Gelombang demi gelombang yang menderanya menaikkan tingkat birahinya pada titik yang lebih tinggi. Tak cukup hanya begitu,tangan mungilnya menjamah ke bawah. Terasa oleh Dino betapa pinggul gadis muda itu terangkat. Tak tau apa yang dilakukannya, hanya tiba-tiba tangan lentik itu telah berada kemabali diatas dengan menggenggam secarik segitiga satin, yang langsung di lontarkannya di atas kasur. Tak lama kembali terasa kedua tangan tersebut telah berada di pinggang Dino, menarik karet pakaian terakhirnya. Dino mengangkat tubuhnya memberikan keleluasaan pada sang gadis. Mereka kini telah telanjang..!!!
Langsung tangan mungil itu kembali bergerak, terasa menggenggam batang berototnya yang telah tegak. Menempatkannya pada lepitan basah yang hangat. Pinggulnya bergerak intuitif bergoyang, mengurut dan membelai batang kenyal tersebut naik turun.
Dino bergerak. Merangkul tubuh mungil gadis muda tersebut. Mendekapnya erat di tengah goyangan dan gerakan erotisnya. Menempelkan tubuh mereka yang telah berkeringat erat ke tubuhnya. Merasakan gosokan putik bulatan padat dada Indri pada dadanya. Merasakan api yang mkembakar mereka bergejolak makain membara, siap menghanguskan mereka.
Kedua tangan Indri berpegangan pada bahu Dino. Pinggulnya tak henti bergerak, menggali semua kenikmatan yang ada di sepanjang batang kenyal lelaki yang ia duduki. Mata indahnya terpejam.
Tiba-tiba tangan mungil Indri bergerak kembali ke bawah, menemukan batang berotot Dino yang telah tegak maksimal, menggengamnya dan menuntunya pada muara lepitan kewanitaannya, menggosok kepala membolanya dengan lepitan basahnya. Melumasinya berkali-kali. Lengannya kembali pada pundak Dino seiring dengan kakinya yang kini berubah tumpuan. Lututnya kini menjadi tumpuan tubuhnya yang berada di pangkuan Dino. Perlahan tumpuan lututnya bergerak, melebar…!!!
“Ahhhh….”pekik lirih Indri. Kedua lututnya yang melebar mengakibatkan tubuhnya turun. Lepitan basah kewanitaannya ikut turun.menyebabkan lepitan itu terkuak oleh batang tegar Dino. Menelan kepala membola itu dalam jepitan halus basah tetapi liat mencekal. Tubuh sang gadis mengejang sesaat. Kembali pinggulnya bergerak memutar.
“Ohhh.. Aa’………”rintihnya lirih di sela gerakan tubuhnya di bawah.
Dino merasakan kedua tangan Indri mencengkram erat pundaknya. Liang hangat di bawah terasa mencekal erat kepala batang tegarnya. Ditambah lagi dengan gerakan memutar pinggul sang gadis membuatnya tak bisa lagi menahan diri. Dipeluknya ketat tubuh Indri dengan kedua lengannya, hingga tubuh mungil tak dapat bergerak lagi. Lalu menggerakkan tubuhnya naik. Meneruskan pembukaan yang telah dilakukan sang gadis. Membenamkan batang tegarnya dalam kelembutan liat kewanitaan sang gadis. Mili demi mili batang berotot itu tenggelam,terbenam.
‘Sungguh erat cekalannya…’batin Dino.
‘Bukan main punya Aa’ ini…’batin Indri. Tak tahan oleh geli dan gatal yang melanda, Indri membenamkan giginya pada pundak Dino. Menggigitnya dengan gemas.
“Ahhhhhhh………” pekik Indri. Napasnya terengah-engah seolah-olah tengah berlari jauh. Akhirnya amblas sudah batang berotot Dino, terbenam utuh dalam kekenyalan liang kewanitaan Indri diringi pekikan kecilnya. Mereka terdiam sesaat, saling berpandangan lekat. Perlahan tubuh mungil Indri bergerak, naik turun dengan pelan. Mulai menggali semua kenikmatan yang akan memenuhinya, Makin lama temponya menaik. Terkadang bergerak maju mundur mengayunkan pinggulnya dengan konstan.
Dino tak tinggal diam, mencoba menambah pasokan birahi dengan kembali melumat dan mengulum putik bongkahan dadanya yang telah mengeras, mengkilat oleh butir-butir keringat di timpa temaram cahaya. Bergerak seirama mengayunkan pimggulnya naik turun bak piston mesin mengebor.
Gerakan mereka makin cepat. Dengus dan erangan tak hentinya terdengar dari kedua insane yang tengah mendayung perahu birahinya, di selingi kecipak-kecipak pertemuan tubuh mereka di bawah. Tubuh mereka telah basah mengkilat dimana-mana. Melicinkan gerakan merekan yang makin liar. Puncak makin mendekat..
Lalu gerakan Indri mengayun pinggulnya berubah manjadi sangat cepat. Melentingkan tubuhnya ke belakang, memejamkan matanya.
“Ahhhh……….”pekiknya saat keputusan puncak di capainya. Kembali bergerak cepat memacu pinggulnya, Kembali sambil melentingkan tubuhnya menjerit terputus-putus.
“Ahhh, …ahhhhhh, …ahhhh..”gelombang yang lebih dahsyat menggulungnya,membolak-balikkan emosinya bercampur aduk. Melontarkannya ke langit berwarna warni. Tak kuat menahankannya, memeluk ketat bahu Dino seraya giginya telah membenam di pundak Dino. Rengekannya pecah sepanjang gelombang demi gelombang yang melandanya.
“Nggghh………”rengek Indri dengan nafas tersengal-sengal. Terasakan oleh Dino betapa liang tersebut bergerak peristaltik, mengurut dan memijat batang berototnya dalam tempo cepat. Dino tak tertahankan, makin cepat, selain menyempurnakan pencapaian sang gadis juga letupan-letupan syarafnya hampir meledak. Memompa batangnya terus menerus tak henti. Mengenggam pinggul sang gadis denga kedua tangannya seolah- olah tengah memaku sang gadis dengan batang berototnya pada liang yang telah basah di bawah.
“Arghhh……….”sambil menggeram Dino membenamkan batang berototnya sedalam-dalamnya pada liang basah tersebut. Ototnya berdenyut sesaat. Bendungan laharnya meledak, berkejaran di sepanjang pembuluh darah batang berototnya menemukan pelepasannya. Menyembur dalam kehangatan liang yang mencekal erat, membasahi dan membanjirinya hingga tak tertampungkan dan mengalir perlahan ke muara liang tersebut.
Hening sejenak. Mereka tenggelam dalam keletihan yang sangat. Meresapi sisa deburan gelombang yang masih terasa. Diam tak berkata-kata.
“Makasih…A’”ujar Indri lirih mengecup bibir Dino.
“Hmmm….”gumam Dino tak menjawab, hanya dekapan lengannya makin erat pada tubuh mungil yang berkeringat tersebut. Tak dapat ia wujudkan kebanggan perasaannya. mengantarkan gadis muda itu menggapai puncak kenikmatan yang beruntun dalam persetubuhan ini.