Mengenang kembali masa kuliah, dimana aku mempunyai seorang adik angkat, Ni Chen namanya...itu hanya nama Mandarin yang kuberikan padanya, sebenarnya dia keturunan Jawa murni, hanya saja, dia memang tak seperti gadis jawa pada umumnya...
Lahir pada tahun 1984 atau 3 tahun lebih muda dariku, Ni Chen duduk selisih beberapa semester di bawahku, tapi karena ada beberapa mata kuliah dasar yang kuulang, jadilah aku bertemu dengannya.
Awal-awal pertemuan, Ia tampak sangat judes denganku, padahal aku juga sama sekali tak punya ketertarikan padanya, hanya sekedar formalitas sapaan yang selalu kuberikan hampir kepada semua rekan kuliahku...
Tetapi akhirnya kami jadi begitu dekat, bahkan saling menganggap kakak dan adik karena mantanku notabene adalah teman baiknya, dan kami sering diskusi bersama...Dia juga pada akhirnya memanggilku "Koko"...
Hari itu begitu panas, ditambah mata kuliah auditing yang membuatku serasa ingin cepat-cepat pergi dari kelas, bukan karena aku malas, tapi karena enggan melihat wajah dosenku yang killer dan suka "nembak" siswa yang dianggapnya "sok pintar"...
Di lapangan parkir, aku sudah bersiap mengenakan helm & men-starter motorku saat tiba-tiba kurasakan jemari lembut meraih dan menggayut di lenganku...
"Ko..."
aku menoleh reflek..."Eh, Ni Chen...ada apa?", sahutku urung mengenakan helm...
"Anterin Ni Chen dong...lagi pengen makan bakwan yang baru di Jalan T. itu lho..."
"Hmmm...sebenarnya aku nggak terlalu lapar sih, tapi ayo-lah..."
Kulihat sepintas senyumnya tampak lain hari itu, tapi aku tak perduli...
Tak sampai 10 menit, kami sampai di Bakwan T. yang lumayan terkenal di kota kami, letaknya tak jauh dari sebuah sekolah tinggi informatika, hmmm...kebetulan pemiliknya adalah istri pelatih musikku, Ci Jen Yi namanya...
Begitu kami masuk, Ci Jen Yi yang duduk di meja kasir langsung menyambutku karena dari jauh sudah mengenali aku & motorku...
"Lho...Lie, lama nggak main kesini, wah...pacar baru ya?" Ci Jen Yi langsung nyerocos begitu rupa...
Tanpa kusadari, Ni Chen menggamit lenganku dengan manja...dan dagunya disandarkan pada pundakku...
"Ni Chen...jangan gitu ah, malu nih..."
"Aaah..Koko jahat ah, gini aja gak boleh..." kecamnya dengan muka merengut...
Ci Jen Yi tertawa melihat ulah Ni Chen....
"Ah, kalian ini, dasar anak muda, ya udah, pesenannya kaya biasa kan?" Tanpa menunggu jawaban Ci Jen Yi segera berlalu ke dapur & menyuruh pelayannya menyiapkan pesanan kami...
Selang kami duduk berdua, Ni Chen memulai pembicaraan yang tak pernah kulupakan, dan juga sedikit kusesali setelahnya.
"Ko, jangan marah ya, aku mau ngomong serius nih sama koko..."
(Aku tetap diam sambil menyeruput es jeruk manis dari gelasku)
"Beberapa malam ini tuh aku terus ngimpiin koko dalam tidurku"
(Aku hampir saja mati tersedak..., tapi aku tetap berlagak bego...)
"Lha, kok bisa sih Chen...", sahutku polos sambil menatap matanya, dan baru kusadari, dia serius...
"Entahlah, mungkin aku mengagumi koko yang selalu tampil dewasa & sering kasih aku nasihat dalam kuliah, koko juga satu2 nya orang yang selalu ada buatku saat ada masalah...sepertinya...aku...jadi malu sama koko..."
"Kenapa harus malu...?" Tanyaku mulai tak sabar...
"Koko sibuk nggak, temani Ni Chen di rumah ya...ada soal Excell yang rumusnya bingung, dari kemaren salah terus..." Jawabnya mengalihkan topik pembicaraan...
Aku mendengus perlahan (kesal sih...), tapi tetap bersabar...
Selesai makan, dia langsung kuantar pulang, setelah memasukkan motor ke garasi rumahnya yang hanya 10 menit perjalanan dari kampus...akupun masuk ke rumahnya, mengagumi setiap sudut eksotis interior rumahnya yang baru dibangun ayahnya, seorang aktivis LSM terkemuka, dan juga menyempatkan diri mematung sebentar di depan kolam ikan di tengah rumahnya...cari inspirasi...hehehe...
Sepertinya rumah itu sedang kosong, 2 hari yang lalu aku ingat kalau Ni Chen bilang kedua orang tuanya pergi ke sebuah acara di Jakarta, sementara adiknya masih latihan basket sampai malam...
"Koko...sini masuk..."
Sapaan Ni Chen mengagetkanku, aku pun segera melangkah masuk ke kamarnya yang penuh dengan peralatan fitness, buku, dan...beberapa pakaian dalam sexy yang sedikit berantakan...
"Aduh maaf ya, tadi bangunnya kesiangan, jadi Ni chen lupa mau beresin kamar", sahutnya sambil memunguti beberapa celana dalam hitam berenda...
Tanpa sadar aku membayangkan Ni Chen yang berkaki jenjang & putih mulus itu sedang mengenakan CD itu...hmmm...
"Hayo ngelamun apa!", gertaknya sambil memukul bahuku...
"Ah, nggak kok..." Buru-buru kubuka laptop Toshiba warna silver nya yang sedang dalam kondisi hibernate, setelah layar menyala, kulihat bahwa media player dalam keadaan menyala, karena penasaran film apa yang dilihat Ni Chen, aku me-restore windownya, saat itu ni Chen pergi ke dapur mengambilkan minum...
Jreeeng....
Apa aku nggak salah nih...Film yang ditonton Ni Chen memperlihatkan seorang gadis Jepang yang telanjang sambil mengangkangkan kaki, menikmati sentuhan jari seorang pria bertato...lenguhan gadis dalam film itu membuatku sedikit terangsang...
"KOKO....!!!!!", "OH NO WAY !!!"
Jeritan Ni Chen membuatku kaget dan langsung berdiri membelakangi Laptop di meja belajar Ni Chen dan gelagapan...
"Chen, sorry, aku nggak bermaksud..."
"Sudah!!!" Ni Chen memerah mukanya sembari menutup laptopnya sedikit kasar...
Dia duduk di meja belajar sambil nafasnya terlihat memburu, dia hanya diam dan memandangku penuh makna...dia terlihat sangat marah...
Aku perlahan duduk di tempat tidur depan meja belajarnya sambil menunduk...
"Chen...maaf, koko nggak tahu, tadi koko hanya bermaksud menutup film itu..."
Aku berusaha sebisa mungkin tak menyinggung masalah film itu...tetapi Ni Chen sepertinya tetap ingin membahasnya...
"Ko, maafkan Ni Chen ya sebelumnya..."
"Ni Chen nggak tahu mulai kapan, tapi Ni Chen sepertinya suka sama koko..."
"Kadang Ni Chen suka membayangkan Koko ada disini, menemani aku tidur, memeluk aku, laying on my top..."
"STOP..." you don't know what you've said...
"But I...Ko...I'm so sorry..."
(Kami masih berdialog dalam bahasa Inggris, aku suka melakukannya dengan Ni Chen karena dia pernah tinggal di Singapura dan aku butuh sparring partner dalam meningkatkan kemampuan speaking-ku)...
"Apa sih yang membuat kamu tertarik secara seksual sama aku..., kurasa banyak pria lain yang lebih menarik & cukup dekat dengan kamu?"
Ni Chen terdiam...dia hanya melangkah mendekat ke arahku, menarik kedua lenganku, membuatku berdiri, dan secara cepat dan tak terduga, Ni Chen mendorongku ke atas tempat tidurnya, dan memelukku sambil menangis...
"Aku hanya sayang sama koko, cuma koko yang bisa mengerti aku, please...ijinkan aku memiliki koko sepenuhnya, walau hanya hari ini..."
"Aku sering iri mendengar cerita CiCi Cha Lien (mantanku), bahwa koko dulu begitu romantis & penuh pengorbanan sama Ci Cha Lien...aku tahu koko bisa memberikan rasa itu sama aku..."
(Dalam hati : Damn you, Cha Lien...kenapa pengalaman pribadi kita kau ceritakan sama seorang gadis yang sudah kuanggap adikku sendiri...)
"Tapi...", selanjutnya aku tak mampu berkata-kata lagi....
Bibir Ni Chen yang padat penuh namun mungil dan merah merekah itu melumat bibirku dengan penuh nafsu...
Mulanya aku tahan sebisa mungkin gejolak nafsuku, aku tak mau mengikuti permainan Ni Chen, tapi lama-kelamaan pertahananku goyah juga, Ni Chen yang begitu polos dimataku ternyata adalah seorang gadis yang cukup liar di ranjang, tangannya menyelusup ke dalam T-Shirt Guess hitamku, mengangkatnya ke atas dan lidahnya spontan menjilati dada bidangku, sesekali menggigit putingnya, membuatku menggelinjang kegelian...
Tak sadar aku meremas payudara Ni Chen yang masih terbungkus blouse coklat rimple yang masih menutupinya, terasa kenyal dan padat, tidak terlalu besar, namun proporsional dengan tingginya yang 165 cm itu...Ni Chen melenguh disertai sedikit geraman liar, buru-buru dibukanya kancing blousenya, membiarkan tanganku lebih leluasa meng-eksplorasi dadanya yang indah itu...sungguh putih, halus, dengan putting merah kecoklatan yang tegang...
Aku menarik tubuh Ni Chen yang sedang menindihku sedikit ke atas, lalu kukulum putting payudaranya perlahan, kuberikan tekanan-tekanan intens dengan lidahku, sementara tanganku menelanjangi sisa pakaian bagian atasnya...Lalu untuk pertama kalinya, kami berciuman dengan sangat-sangat liar, semua itu benar-benar membuatku lupa bahwa selama ini hubungan kami dibatasi oleh jarak kakak adik yang begitu erat...
Ni Chen lalu membuka kancing celana jeans ¾ nya, memelorotkannya sebatas paha, dan menyusul celana dalam hitam berendanya yang sexy...memberikan aku tontonan luar biasa, gundukan daging putih dengan rambut-rambut yang amat halus, sedikit lebat di bagian atas, namun jarang di bagian belahannya, menampakkan belahan bibir vagina berwarna merah yang sedikit basah...
Tanganku dibimbing Ni Chen untuk bermain di seputar vaginanya, juga klitoris mungilnya yang tampak sangat menggairahkan...Dia terus mengerang nikmat, sementara kedua tangannya terus melepas celananya, membuangnya ke lantai, dan kini yang kudapati adalah Ni Chen yang polos tanpa sehelai benangpun, dan dia duduk di atas dadaku...
Tiba-tiba dia naik, menyorongkan vaginanya ke mulutku, aku yang kaget langsung gelagapan menerima sodoran belahan daging segar nan hangat itu...Sluuurrrpp...lidahku pun mulai menjelajah dangkalnya vagina Ni Chen, berusaha masuk lehttp://www.google.co.id/bih dalam dengan memutar-mutarnya, sementara tanganku asyik meremas kedua buah dadanya yang semakin tegang...
Di tengah permainan, Ni Chen tiba-tiba turun dari tempat tidur, menarik paksa celana jeans dan celana dalamku yang sudah setengah turun...membuat penisku yang tegang berdiri tegak....Ni Chen tampak takjub memandang penisku yang tak panjang, tetapi sangat tebal itu...Dia langsung menggenggamnya, dan selanjutnya kecipak lidahnya bermain mengulum penisku dengan gerakan yang sangat menggairahkan, seringkali sorot matanya tampak tajam saat menghisap, lalu memejamkan mata saat menghunjamkan mulutnya ke pangkal penisku, memberikan sensasi yang luar biasa
15 menit kami bercumbu, aku takut ada yang datang ke rumah, maka ingin segera kusudahi permainan ini...aku mengocok vagina Ni Chen dengan jari tengahku dengan cepat, sementara kakinya mengangkang di tepi tempat tidur...aku mendekat, kugesekkan kepala penisku di tepian vaginanya...dan langsung kudorong sekali masuk dengan sedikit memaksa...terasa licin dan hangat...
Oooouuuggghhh...hmmm...aaghhh...Koko....erang Ni Chen...
Aku meremas pantat Ni Chen dan segera menggoyangnya maju mundur, sesekali kucium bibirnya dan kumainkan payudaranya dengan lidahku...
Vaginanya masih rapat walau ia sudah tak lagi perawan, sangat sensasional...
Pijatan Vagina Ni Chen membuatku cepat-cepat ingin menumpahkan maniku ke dalam kehangatan vaginanya...Tak terasa 30 menit kami bergumul dalam posisi yang berganti-ganti...
“Chen...koko mau keluar...”
“Please koko...keluarin di dalem aja, nggak papa kok...please, give me your cum...”
Aku semakin mempercepat kocokan batang penisku...
“Ohhh...ssooo...Greaattt...koko...I'm cumming...Eeeennggghhh...Ahhh...”
Ni Chen menghentakkan vaginanya ke depan menyambut penisku dengan sangat dalam....
Aku yang sudah tak tahan langsung memuntahkan amunisiku dengan ganas...
Crrooottt...crottt...crrttt....
Entah berapa kali aku menyemburkan maniku, hingga meluber keluar dari vagina Ni Chen...
Masih tak puas, aku menyodorkan penis bersalut mani dan cairan kewanitaannya ke mulutnya yang masih menganga...kudorong sampai dalam, dan Ni Chen dengan lahapnya menghisap bersih penisku sampai lemas...
Kami lalu berciuman dan berpelukan mesra...Hari sudah menjelang malam...
Kami buru-buru membersihkan diri di kamar mandi dan segera berpakaian, lalu aku segera duduk di ruang tamu...
Ni Chen membuatkanku secangkir teh manis hangat dan menemaniku duduk...
“Ko...thank you so much, you're so adorable...” Katanya memuji...
aku hanya mengecupnya, tak sanggup berkata apa-apa...Lalu segera pamit pulang
Di depan pagar rumahnya, kembali ia mengecup lembut bibirku...
Selama beberapa bulan selanjutnya, hubungan kami masih berlanjut, sampai akhirnya dia memutuskan untuk meneruskan pendidikannya di Singapura...
Banyak kenangan manis yang telah kami lewati berdua, semoga tetap jadi kenangan manis bagi kami berdua, walau tak berujung bersatunya kami...Yeah, actually, we're totally different...