Sudah beberapa bulan berlalu sejak Indra pulang ke Indonesia. Kadang-kadang aku masih suka memikirkan tentang pertemuan terakhir kita, kami bercinta sepuas-puasnya malam itu ditengah emosi yang meninggi karena kami sudah akan berpisah, mungkin untuk selamanya.
Entah karena perpisahan yang sangat emosional itu, atau entah karena cinta, aku malah jadi tidak bisa berhenti memikirkan Indra belakangan ini.
Doni, yang sudah beberapa kali meminta bertemu denganku, malah telah aku tolak terus karena aku masih tidak bisa melupakan Indra. Akhirnya lambat laun Doni pun semakin jarang meneleponku. Menurut temanku yang sekolah di kota Doni, dia menjadi sering belajar sendiri di perpustakaan sekolah dan enggan bertemu teman-teman. "Seperti patah hati," kata temanku.
Rasanya dunia ini seprti mau berakhir, cowok yang aku suka sekarang ada di benua lain. Dan cowok yang selama ini suka kepadaku, penuh perhatian dan baik hati, tidak bisa mendapat cintaku yang sepenuhnya. Aku bingung sekali.. hatiku tertambat di pelabuhan lain.
Semoga teman-teman mengerti mengapa aku sudah agak lama tidak mengisi diary ini...
Ita tahu benar apa yang terjadi denganku. Seperti layaknya seorang sahabat, dia berusaha menghiburku, dan mengajakku ikut berbagai kegiatan. Salah satu hobi baru kami berdua adalah bermain tenis. Sudah beberapa minggu terakhir ini kami rajin mengikuti kelas latihan tenis di dekat tempat tinggalku. Kami berdua belum pernah bermain tenis sebelumnya, jadi kami mendaftarkan diri untuk kelas pemula.
Satu hari menjelang mulainya kelas tenis, aku masih belum punya raket dan pakaian tenis, dan kebetulan hari itu pula aku harus mengerjakan proyek kerja kelompok di sekolah. Aku memohon-mohon dan merengek-rengek kepada Ita untuk pergi membelikan raket dan pakaian tenis untukku, Ita akhirnya menyerah dan menjanjikan untuk mencari barang2 itu untukku besok sambil mengomel-ngomel,"Ness, aku engga janji yah kalo elo engga suka raketnya ato bajunya. Pokoknya terima aja besok!" Dengan gembiranya aku berterima kasih kepada Ita dan berjanji untuk ketemu besok di lapangan tenis.
Sekitar pukul 7 malam aku tiba di clubhouse masih mengenakan pakaian yang kupakai ke sekolah tadi. Aku langsung mencari Ita di sana supaya akku bisa berganti ke pakaian tenis. Ita ternyata sedang mengobrol dengan salah satu instruktur tenis. Kelihatannya Ita sedang agak horni hari ini, dengan genitnya dia memegangi lengan cowok itu, atau pura-pura membalikkan tubuh dan payudaranya terbentur ke cowok itu. Aku menarik napas dalam-dalam dan berjalan ke arah Ita untuk meminta pakaian tenisku. Ita melihatku berjalan ke arah dia, dan malahan menghampiriku dengan tasnya, "Huss.. nih bajunya.. ganti sendiri yah, jangan gangguin gua lho. Pokoknya instrukturnya buat gua!". Aku hanya tertawa sendiri melihat Ita yang sedang horni.
Aku pun melepaskan semua bajuku, dan mulai mengenakan baju yang dibeli Ita. Ternyata Ita memilih baju terusan yang agak terlalu ketat untuk tubuhku, tapi corak warnanya benar-benar sesuai dengan seleraku. Akhirnya aku berusaha untuk PD dan berjalan keluar ruang ganti baju ke arah Ita. Aku bisa merasakan semua mata laki-laki di ruangan itu menelanjangi tubuhku , toh mereka sudah bisa melihat seluruh lekuk tubuhku gara2 baju yang terlalu ketat itu.
Sekitar sejam setelah kelas dimulai, kami semua diberi waktu istirahat selama 15 menit. Seperti yang kuduga, Ita langsung ngeloyor ke arah instruktur favoritnya. Aku berjalan sendirian ke arah clubhouse untuk mengisi botol airku. Ternyata tutup botol airku agak sulit dibuka. Aku berkutat membuka botol sambil berjalan terus keluar lapangan tenis dan mengikuti jalan setapak yang tertutup pepohonan melalui sisi belakang clubhouse. Sedang asyiknya berjalan dan berusaha membuka botol air, aku membelok di tikungan tajam si sudut belakang clubhouse, dan tiba2 aku sudah jatuh ke lantai, botol airku entah sudah di mana, dan di depanku ada seorang cowok yang jatuh ke lantai pula dengan tampang kaget. Dengan terburu-buru aku menutup pahaku yang mengangkang ketika jatuh ke lantai. Untung saja cowok itu terlihat masih kaget bertabrakan denganku.. mungkin dia belum sempat mengintip celana dalamku.
Cowok itu berdiri dan menjulurkan tangannya membantuku berdiri pula, dia minta maaf telah menabrakku tadi. Sambil menemaniku berjalan ke arah clubhouse, cowok itu memperkenalkan dirinya dan membantuku membuka botol airku (akhirnya terbuka juga!). Namanya Chris, dia ternyata bekerja di lapangan tenis itu, kadang2 sebagai instruktur, kadang2 menjaga toko tenis di dalam clubhouse.
Setelah mengisi botol airku, kami berdua berjalan kembali ke arah lapangan tenis sambil mengobrol.. Kami sempat bertukar nomer telepon untuk kapan2 bertemu lagi. Aku bisa merasakan mata Chris yang nakal mengikuti lekukan tubuhku ketika aku berbalik badan masuk ke lapangan tenis kelasku.
Sekitar satu jam kemudian kelas pun berakhir. Aku dan Ita sudah capai sekali dan bermandikan keringat. Kami berdua mengumpulkan barang-barang peralatan tenis dan mulai berjalan ke arah mobil. Chris sudah menunggu di dekat pintu keluar, dan dia menawarkan untuk mengantarkan aku pulang ke rumah. Entah mengapa aku menyetujuinya, kupikir toh Ita pun sudah capek, dan kami tinggal di daerah yang berbeda, mungkin juga karena aku butuh seseorang yang baru dalam hidupku, setidaknya supaya aku tidak memikirkan Indra terus-menerus.
Kami berdua menyetir ke arah apartemenku sambil mengobrol. Chris orangnya lucu dan asyik diajak berbicara tentang apa saja. Tak lama kemudian kamipun tiba di apartemenku, saking asyiknya kami mengobrol, kita duduk di mobil sekitar setengah jam sambil berbicara dan tertawa-tawa.
"Chris, mau minum dulu enggak ? aku ada es teh di apartemenku"
"... emm.. oke.. bener nih ? enggak apa-apa ? "
"yuk.. temenin aku naik"
Kami berdua berjalan sambil terus mengobrol, beberapa kali aku menangkap mata Chris menjelajahi pantatku dari belakang sambil naik tangga. Sesampainya di apartmentku, aku menaruh peralatan tenisku, dan menuangkan segelas besar es teh untuk Chris. Malam itu memang agak panas, dan kami berdua berkeringatan setelah main tenis.
Chris dengan santainya menanyakan,"Eh, ness.. boleh ikutan mandi di sini ? "
"oke.. tuh di sana kamar mandinya".
Chris pun ngeloyor ke kamar mandi.. tak lama kemudian kudengan suara gemericik air shower. Kutunggu beberapa menit, lalu aku pun melepaskan baju tenisku hingga telanjang bulat, dan masuk ke kamar mandi. Chris sedang menghadap ke tembok menyabuni tubuhnya yang tegap dan atletis, ketika dia mendengar aku masuk ke shower, "Lama amat.. gua udah tungguin dari tadi lho"
Aku hanya bisa tersenyum mendengar komentarnya, "ternyata udah ngarepin dari tadi toh", pikirku.
Chris mendekati tubuhku yang telanjang dan basah, diambilnya sabun dan dia mulai menyabuni seluruh permukaan tubuhku. Kami berdua berciuman sambil tangan kami bertualang ke mana-mana, saling merangsang tubuh satu sama lain.
Aku berlutut di depan Chris, menatap langsung kemaluannya yang menegang. Tanpa ragu-ragu aku langsung melahap penisnya. Satu tangan Chris mengusap-usap rambutku, satunya lagi berpegangan ke tembok.
Tidak lama kemudian dia menarik tubuhku berdiri dan membalik tubuhku ke arah tembok. Aku memejamkan mata sambil mengantisipasi apa yang akan terjadi berikutnya. Perlahan-lahan kurasakan kemaluan Chris melesak masuk ke dalam ruang kewanitaanku. Sedikit erangan lepas dari mulutku. Sambil berpegangan di pinggulku, Chris mendorong dirinya masuk sampai ke ujung vaginaku.
Aku bernapas terengah-engah dipengaruhi birahi yang meninggi, sementara tangan Chris berkelana ke arah payudaraku, sesekali menjepit putingku di jemarinya.
Kami berdua mulai bergoyang-goyang menuju kenikmatan, saling menikmati persenggamaan itu.
Ternyata Chris cukup berpengalaman dalam memuaskan wanita, aku sempat orgasme tiga kali sebelum akhirnya dia mencapai titik kepuasan. Kami berdua mengeringkan badan masing-masing, dan meneruskan permainan kami ke kamar tidur.