Pada suatu pagi, dihari libur, seperti biasa aku tinggal seorang diri bersama kacungku yang umurnya 1 tahun lebih muda dariku. sedang pembantuku dan tukang kebunku sedang ke Puncak, untuk merawat villa kami.
Kacungku, No, anaknya agak gendut, tingginya kurang lebih sama dengan tinggi tubuhku sendiri, kulitnya kehitam-hitaman karena sering terpanggang panas matahari. No anaknya agak pendiam, itu yang membuatku sering menggodanya.
Hari itu aku sedang terangsang berat, karena tidak ada pak Mat, tukang kebunku, yang biasanya memenuhi kebutuhan sex ku. Jadi kucurahkan perhatianku kepada si No, kacungku itu. Ternyata dia anaknya polos sekali, belum kenal apa itu sex dan ent*t-mengent*t. Hari itu, aku merencanakan untuk menggodanya lagi. Aku pura--pura akan mandi di kamar mandi belakang, kamar mandi tamu yang agak jauh dari kamarku. Aku hanya menggunakan handuk kulilitkan ke tubuhku seadanya, nampak jelas sekali bongkahan buah dadaku yang ukurannya 36B itu, putih mulus tanpa cacat sedikitpun, rambutku yang sebahu lebih itu hanya mampu menutupi sebagian dari keindahan buah dadaku, putingnya yang kemerah-merahan itu mencuat dan mendongak ke atas, pantatku yang memang agak nungging itu bulat dan indah, pada saat lewat di depannya yang sedang membersihkan meja makan, persis di depan matanya, pura--pura handukku terlepas dan jatuh ke lantai, kontan tubuhku yang tidak terbungkus apapun itu terlihat jelas olehnya, aku melihat reaksinya yang tersipu malu dan melengoskan pandangannya. Kuteruskan ke kamar mandi sambil ketawa tertahan melihat tingkahnya.
Tidak lama di dalam kamar mandi, aku berseru memanggil si No untuk mengambilkan sabun, "No, tolong ambilin sabun yaaa..." "Iya non, sebentar..." Kudengar suaranya berlari-lari. Diketoknya pintu kamar mandi yang tidak kukunci dari dalam, kataku, "Masuk aja, No." Dibukanya sedikit pintu itu dan dijulurkannya tangannya sambil menggenggam sabun. Kutarik tangannya ke dalam kamar mandi sambil berkata, "Tolong kau sabuni aku juga, aku tak bisa menyabuni bagian belakangku." Setelah di dalam, No melihat tubuhku yang telanjang sekali lagi, tapi sekali ini dia tidak melengoskan pandangannya lagi, malah dia memperhatikan tubuhku yang mungil dan ranum itu dengan muka yang memerah.
"Heh. Koq malah ngeliat gitu sih," ujarku sambil pura-pura menutupi buah dadaku yang udah lebih besar dari dulu, karena susuku sering diremas dan dirangsang oleh pak Mat, tukang kebunku. "Sini, buka bajumu agar nggak basah kena air." Kulucuti pakaiannya tanpa menunggu jawabannya. Setelah kubuka celana dalamnya, kulihat tongkolnya masih kecil, belum tegang sama sekali. Penasaran banget aku, masa ngeliat tubuhku gini, dia belum ngaceng sih, pikirku. Biar, nanti kuhisap dan kubuat kau ketagihan hisapan mulutku, pikirku mesum. Kupasang shower dan aku mulai mandi di depan mata kacungku sendiri yang juga telanjang bulat. "Ayo, sabunin aku, jangan bengong aja gitu dong," ujarku. Dia mulai mengusap punggungku dengan tangan gemetar, wah asik nih, dia bisa diajari juga, supaya aku tak tergantung ama si pak Mat aja, pikirku.
"Sini, depannya juga. masa punggung aja," bentakku. "Baik nonhh...." jawabnya dengan gugup. Dia mulai mengusap-usap dadaku, susuku yang 36B itu. aku tambah terangsang dengan usapan tangannya. Aku menikmati usapannya sambil merem melek. Tidak puas, aku juga mulai menyabuninya, kataku, "Ayo, kamu juga harus disabunin, biar bersih dan harum." Dia diam aja sambil bengong. Tanganku berhenti di tongkolnya dan mengocoknya lebih lama. Nah, mulai kelihatan kepalanya, pikirku. "Aduh non, geli non," katanya takut--takut. "Udah, diam aja. Dikasih yang enak koq malah bawel sih. Nanti kalo udah ngerasain malah cari gue loe," jawabku.
Setelah kusiram bersih tubuhku dan tubuhnya, aku jongkok di depannya sambil kugenggam tongkolnya yang belum terlalu ngaceng itu, masih agak lembek. Sambil melihat wajahnya, kumasukkan tongkolnya ke dalam mulutku dan kekemot pelan--pelan. Kulihat matanya melotot sambil memperhatikan tongkolnya masuk ke mulutku, dia menelan ludah. Pelan-pelan kujilati seluruh tongkolnya, mulai dari pelirnya sampai ke ujung kepala tongkolnya, dari situ kumasukkan seluruh tongkolnya ke mulutku, nggak terlalu besar, meski sudah ngaceng berat. tapi cukup keras juga tongkolnya. Pikirku, lumayanlah tongkol anak kecil, dari pada nggak ada.
Setelah beberapa lama menghisap tongkolnya, dia mulai bergetar, wah, tandanya dia mau keluar nih, pikirku. Semakin kuperkuat hisapanku, tongkolnya kukeluar masukkan di mulutku. secara tanpa disadarinya, pantatnya maju mundur seperti orang ngent*t, tapi di mulutku. "Aduh non, aduh non... enak sekali noooonnhh..." teriaknya. "Croott... crooottt... crooooottth..." Banyak sekali pejuhnya keluar di dalam mulutku, langsung kusedot habis dan kutelan dengan kenikmatan luar biasa, kulihat wajahnya merah padam pada saat pejuhnya keluar, wajahnya mendongak ke atas dan oleng ke kiri ke kanan. "Enak nggak, No? Kau suka tongkolmu kuhisap kan?" tanyaku nakal. "He eh, non. Enak sekalih," katanya masih sambil tergetar, aku maklum karena ini pasti pejuh pertamanya, orgasme pertama seperti aku dulu merasakan pada saat aku orgasme disetubuhi tukang kebunku, pak Mat.
Masih ngaceng keras nih, bisa dilanjutkan pikirku. Aku duduk dipinggiran bath tub sambil mengangkangkan kedua pahaku yang putih dan mulus sekali itu. Kubimbing tongkolnya dengan tanganku ke arah memiawku. Setelah tepat sasaran, kusuruh dia mendorong pantatnya maju mundur. "Blluuushhh...." Masuk seluruh tongkolnya yang masih keras itu ke memiawku. "Hehhh.... mmmhhh... enak sekali No. Terusin No, ent*t aku, No. ent*t anak juraganmu ini Nooo... aduh... enak sekaalii tongkolmuuuhh..." Aku yang udah terangsang berat itu tak bisa berpikir apa-apa lagi kecuali tongkol yang enak.
Aku tak berpikir lagi bahwa kuserahkan tubuhku yang mungil dan mulus ini kepada kacungku yang gendut, anak pribumi yang hitam ini. Kubiarkan tongkolnya masuk keluar di memiawku yang sempit ini, sambil menikmatinya. Tangannya meremas susuku yang sudah keras karena nafsu, kulipat kakiku menjepit pantatnya agar dorongannya semakin dalam masuk ke memiawku, tanganku memegangi tangannya agar remasannya ke susuku tambah keras. Kuhentak-hentakkan pantatnya agar goyangannya semakin hot. "Mmmmhhhh... mmmhhh.... aaahhhh.... aaahhh... ssshhhh... terussshh Nooo... terusshh.... aku mau keluar nihhh..." teriakku. "Aku juga mau keluar lagi noooonnn...." sahutnya. "Keluarin ... di dalamkuuu.. Nooo... jangan cabut tongkolmu yaaahh.... eeemmmhhh, aaaaakkkhh... uaaakkkhhh... akuu.. keluuaarrrrrrrrrr....." Aku mencapai orgasme, pertahananku ambrol, tubuhku berguncang kerass sekali, aku berteriak--teriak seperti orang kesurupan, kepalaku mendongak ke atas, ke kiri, ke kanan, tak terkontrol, enak sekali, nikmat sekaliiih. "Crooottt... crrrooott... crooottth.... hhhaaadduuuhh nonnnn, aku juga keluarrrr, aduuuhh banyak sekali pejuhku noooonn... mmmmeeeehhhh... hhhhhhhmmmmm...." Si No juga berteriak sambil memuncratkan pejuhnya ke dalam memiawku, aku dapat merasakan semburan pejuhnya di dalamku, pejuh seorang anak perjaka, baru umur 13 tahun. "Aku mau lagi nonnnhh, enak sekali memiaw enon, lagi yahh? Aku masih pengen lagi nih, tongkolku masih pengen lagi, pengen ngerasain memiaw non, abis enak bin nikmat siiihhh, lagi yaaahh?" pintanya.
Aku tak pernah membayangkan aku disetubuhi oleh kacungku sendiri, mengingat ini membuatku terangsang kembali. tongkolnya juga masih keras bukan main, wah gila, gini caranya, gue bisa dient*t sepanjang hari nih. Si No ini ternyata kuat juga mainnya, tongkolnya dari tadi nggak pernah mengendur. Gila!!! Akhirnya kuturuti juga keinginannya untuk ngent*t gue.
Sampai aku kelelahan dia tetap goyang terus. Akhirnya aku pasrah aja, seakan akan aku diperkosa olehnya.
Aku hanya bisa mengangkang di lantai kamar mandi, pahaku dibuka lebar-lebar, kedua kakiku dipegangi tangannya sambil kadang meremas-remas susuku yang gempal itu. Dia di atasku sambil tetap menyodok-nyodokkan tongkolnya yang tetap keras itu ke memiawku. Rupanya aku telah membangunkan ular yang sedang tidur, sekarang aku diperkosanya habis-habisan.
"Udah No... udah... aku udah capek nihhh...." pintaku. Tapi aku tetap diperkosanya sampai teler.
Bosan posisi itu, dia minta ganti posisi lain, sampai rasanya aku tak kuat lagi melayani nafsunya yang seperti kerbau yang sedang nafsu itu.
Setiap kali dia keluar, orgasme, dia masukkan lagi tongkolnya ke memiawku, kadang dimasukkannya tongkolnya ke mulutku, aku yang udah lemas itu dipaksanya membuka mulut, dan tongkolnya dimasukkan ke mulutku dengan kasar, kadang dengan sengaja pejuhnya ditumpahkan ke wajahku, di atas susuku, di atas memiawku, perutku, rambutku. Setiap kali dia keluar, pejuhnya banyak sekali, jadi tubuhku, wajahku, dahiku, mulutku, bibirku, mataku, pipiku berlumuran dengan pejuhnya yang kental itu. Banyak sekali dan sangat kental.
Kurang lebih 11 - 12 kali si No menggenjot memiawku, menyetubuhi tubuhku, memasukkan tongkolnya ke mulutku, memperkosaku, sampai akhirnya dia terkulai lemas di samping tubuhku yang penuh dengan pejuhnya. Aku yang lebih lemas lagi hanya bisa diam terbaring di lantai kamar mandi yang hampir penuh dengan pejuhnya. mataku meram, mulutku masih terbuka sambil pejuhnya yang mengalir keluar dari mulutku. Pahaku masih terbuka lebar, lubang memiawku rasanya terbuka lebih lebar dari biasanya.
Sejak kejadian itu, si No selalu memintaku melayaninya setiap hari. Terkadang kalo hari Sabtu atau Minggu, dia malah menyetubuhiku lebih dari 3-4 kali sehari. Untungnya aku tak pernah hamil, meskipun kebanyakan bila tubuhku sedang 'dipakai' oleh para pembantuku, mereka hampir selalu mengeluarkan pejuhnya di dalam. Bayangin betapa buasnya dia, pada saat aku sedang tidak 'mood', dia tetap memaksaku, dia bahkan pernah dan sering memperkosaku di kamarku sendiri. Tampaknya dia sudah lupa daratan, dia sudah lupa bahwa aku adalah anak majikannya. Tapi apa boleh buat, aku juga menikmatinya sih.
Dia menikmati sekali tubuhku yang tambah bahenol ini. Di usiaku yang baru 14 tahun ini, aku termasuk kategori cewek yang tubuhnya paling montok di sekolahku. Meskipun tinggiku hanya 147 cm, dan tubuhku nggak kurus dan nggak gemuk, susuku termasuk yang membusung indah dengan putingnya yang mencuat ke atas adalah yang termontok di antara teman-teman sekolahku. Wajahku yang putih cantik ini seperti anak orang Jepang, dengan mata yang agak sedikit sipit, maklum aku kan keturunan Chinese. Pinggulku udah membentuk sexy sekali, pantatku bulat indah, pinggangku kecil sekali. Jadi tubuhku bila memakai seragam sekolah tetap kelihatan sangat sexy, seperti cewek yang sudah matang. Mungkin karena aku sudah biasa sering ditiduri dan dient*t oleh para pembantu rumah tanggaku. Aku memperhatikan, bahkan guru olah ragaku di SMP juga ngaceng saat melihat tubuhku bila hanya memakai kaus olah raga dan celana pendek yang agak kelihatan buah pantatku. Terkadang aku malah sengaja tidak menggunakan BH, hanya dengan kaus singlet dan kaus olah raga saja. Pasti guru dan teman--teman cowokku dapat melihat bongkahan susuku dan putingku yang mencuat tembus, yang bila aku keringetan, akan semakin jelas terlihat.
Aku sangat menikmati apabila ada cowok, siapa aja, tergiur melihat tubuhku yang masih muda ini. Aku suka melihat cowok ngaceng karena membayangkan tubuhku ini, pasti mereka membayangkan yang tidak-tidak, yang jorok-jorok.