Namaku Aliah. Umurku belum genap 20 tahun. Aku dikarunia wajah yang              cantik dan tubuh yang sexy. Hal itu karena aku rajin merawat tubuh              dan penampilanku. Fitness,olahraga dan kesalon adalah rutinitasku.              Aku cukup bangga dengan payudaraku yang berukuran lumayan besar. Aku              suka sekali bercermin dengan telanjang sambil memperhatikan dan              mengagumi dadaku. Alan (mantanku) sangat tergila-gila akan gumpalan              daging didadaku. Dulu ketika kami masih pacaran, setiap kali bertemu              dia pasti meremas-remas dadaku, memilinnya bahkan tidak takut-takut              untuk melumat dan menjilatinya. Aku sih menikmatinya saja. Toh dia              cowoku. Tapi setelah putus dengannya aku ga bisa lagi merasakan              kehangatan yang dulu sering kami nikmati bersama. Aku harus terbiasa              dengan masturbasi jika libidoku menyerang. Aku bukan cewe yang              progresif yang dengan mudah mengajak orang lain bercinta denganku.              Aku masih bisa mengendalikan diriku.
             Tapi terus terang aku sangat menyesal putus dengan cowo seganteng              Alan. Tapi aku ga mau terus-menerus bersedih, aku sebisa mungkin              menjauhi hal-hal yang bisa mengingatkanku dengannya, yakni dengan              jalan bareng dengan teman-temanku, nonton, makan coklat dan ke              Diskotik. Aku kediskotik biasanya tiap malan minggu bareng              teman-temanku, tapi kalo BT abis tak jarang aku sendiri.
             Hari itu hari selasa, aku melihat roster kuliahku, besok hanya ada              satu mata kuliah yakni jam 3 sore. Maka kuputuskan untuk pergi              kediskotik sekedar having fun saja. Tapi semua teman yang kuajak              satupun ga ada yang bisa dengan alasan besok kuliah pagi, maka              terpaksa aku pergi sendiri.
             Maka kugunakan gaun yang kubeli tadi siang dari mall. Gaun itu cukup              sexy dengan belahan dada yang rendah dan ketat. Ketatnya gaun              tersebut mengakibatkan tonjolan didadaku semakin menonjol. Dapat              kulihat putingku menonjol disana. Selain itu Hanya ada 2 buah tali              di pundakku yang menyagganya agar tidak jatuh. Hal itu tentu              memamerkan lenganku yang putih mulus. Gaun itu hanya sebatas lutut,              sehingga betis mulusku dapat dinikmati setiap orang yg melihat. Aku              memperhatikan penampilanku di cermin. Sexy sekali pikirku. Aku              sangat percaya diri sekali.

             Maka segera kukendarai mobilku ke diskotik "F" favoritku. Baru aku              menginjakan langkahku di dalam, aku disambut dengan dentuman musik              house. Diskotik itu tidak terlalu ramai, maklum bukan "peak time".              Aku mengambil tempat dipojok agar aku bisa melihat kesekeliling. Aku              mulai terbawa suasasa. DJnya sangat pintar memilih lagu. Segera              kupesan minuman favoritku dan langsung kutegak sampai habis. Badanku              terasa hangat. Aku lalu bergabung dngan yang lain yang sedang              menikmati suasana malam itu. Aku menggoyang-goyangkan tubuhku              kesana-kemari. Aku tidak memperdulikamn tatapan liar lelaki              disekitarku, malah aku main menikmatinya.
             Setelah cape aku kembali ketempat dudukku dan memesan minuman lagi.              Dan langsung kutegak juga untuk mengurangi rasa aus ditenggorokanku.              Tiba-tiba seorang cowo menghampiriku.
             "Boleh duduk disini?" tanyanya sopan sambil menunjuk kursi              didepanku. Aku menatap laki-laki itu, dia tersenyum memamerkan              giginya yang putih bersih. Dari stelan pakaian yang digunakannya              dapat kutebak kalo dia orang yang cukup berada. Mungkin eksekutif              muda.
             "Silahkan" jawabku tidak keberatan, karena memang aku butuh teman              malam itu. Orangnya cukup ganteng dan tinggi. Walau lampu              remang-remang aku masih bisa melihat kumisnya yang baru dicukur              sehingga meninggalkan sisa-sisa kumis yang tipis. So gentlemen              batinku. Aku tersenyum hangat juga kedia.
             "Kamu sendirian ya?" tanyanya membuyarkan lamunanku. Aku hanya              mengangguk sambil meminum habis sisa minumanku. Dia memperhatikan              caraku menegak munuman.
             "Boleh kutraktir minum?" tanyanya lagi, tanpa menungu persetujuanku              dia segera memanggil pelayan dan memesan minuman.
             "Nama saya Stanko" ujarnya sambil menjulurkan tangannya dengan              tersenyum. Ih... gantengnya pikirku.
             "Aliah" kataku menyambut uluran tangannya. Kubalas juga senyumnya              dengan senyum nakalku. Siapa sih yang tahan dengan cowo seganteng              Stanco.
             "Masih kuliah atau sudah bekerja?" tanyanya.
             "Saya masih kuliah" jawabku "emang saya sudah seperti gadis yang              bekerja?" tannyaku yang di sambut dengan tawanya. Tak terasa kami              mulai akrab. Kami bercerita panjang lebar. Dia adalah seorang              sarjana mesin dan sedang bekerja di Malasya, dia pulang karena cuti.              Umurnya 27 tahun, tapi karirnya lumayan bagus. Dalam waktu yang              relative singkat dia sudah bisa menjadi eksekutif muda.
             Kami bercerita panjang lebar sambil tertawa-tawa. Sesekali dia              menatap kearah dadaku yang terguncang-guncang jika aku tertawa. Dia              pasti kagum dengan wajah dan penampilanku malam itu. Aku sudah tidak              menyadarinya karena kuraskan aku mulai mabuk, kepalaku pening. Tapi              aku masih memesan minum lagi sampai kurasakan aku benar-benar mabuk.
             "Tolong antar aku ke mobil, bisa ga?" ujarku karena aku merasa sudah              tidak kuat lagi berjalan. segera dipapahnya tubuhku kearah mobil.              Aku mengambil kunci mobil dan mulai membuka pintunya, tapi              kesadaranku belum benar-benar sempurna sehingga membuka pintu saja              aku kepayahan.
             "Bisa nyetir ga, Aliah?" tannyanya.
             "Bagaimana kalo aku antar kamu pulang?" tanpa meminta persetujuanku              dia segera mengemudiakan mobilku. Segera kuberi alamatku dan kami              segera meluncur kesana. Dimobil aku hanya tiduran untuk mengurangi              berat dikepalaku. Sesampainya dirumahku dia memapahku turun dari              mobil. Aku yang belum sadar betul memintanya mengantarkanku kekamar.              Kebetulan pembantuku tidak ada dirumah. Maka dia memapahku kekamar              dan menjatuhkan tubuhku kekasur. Dia membuka sepatuku dan memberikan              tisu basah untuk melap wajahku. Perlahan kesadaranku mulai dating              walau masih pening kurasakan.
             "Terima kasih ya, Stan. Kalo ga ada kamu aku ga tahu harus pulang              bagaimana" ujarku. Dia hanya tersenyum. Manis sekali.
             "Ga pa-pa kok" sahutnya "ya udah kamu istirahat aja dulu, aku balik              sekarang ya".
             Tidak tahu karena sikap gentemennya ato Karena pengaruh alcohol aku              berdiri dan mendekatinya. "Terimakasih ya" ucapku lagi. Mataku              menatap matanya, ntah siapa yang mulai kami sudah berciumandengan              hangat. Kurasakan bibirnya bergetar menikmati bibir hangatku.
             "Maukah kau menemaniku malam ini, stan?" tannyaku. Aku cukup kaget              dengan ucapanku sendiri, sejak kapan aku jadi agresif seperti ini              pikirku. Mungkin pengaruh alcohol ato kepribadiannya yang              menyenangkan membuatku ingin membalas kebaikannya. Aku akhirnya tak              peduli, yang penting aku bisa menikmati malam ini tanpa sendirian              dirumahku yang sepi dan besar ini.
             Dia hanya menatapku sambil tersenyum lalu kembali melumat bibirku.              Ciuman kami sangat panjang dan indah. Aku menikmati bibirnya              dimulutku. Lidah kami saling bertayut. Sunguh ciuman yang panjang              dan nikmat. Baru saja aku nikmati bibirnya yang hangat di bibirku,              aku merasa ada yang meraba tubuhku, disusul remasan halus di dadaku.              Aku tahu itu Stanco, aku tidak menolak. Aku biarkan dia main-main di              sana. Ciumannya sekarang beralih ketelingku. Di kulumnnya benda itu              sehingga meimbulkan sensasi geli. Dia lalu membalikkan tubuhku              sehingga aku membelakanginya. Digesernya rambutku yang menutupi              leher lalu dia mendaratkan ciumannya kesana. Dijilatinya leher              jenjangku. Lidahnya bermain-main disana dari atas kebawah              berulang-ulang. Aku suka rangsangan dengan sensasi geli seperti ini
             "Ahh..." hanya itu yang keluar dari mulutku, sungguh gentlement              sikapnya.
             Tangnya kembali meremas-remas dadaku yang masih ditutupi gaunku. Aku              tak kuasa untuk tidak mendesah kala ciumannya beralih ke pundakku              yang tebuka. Aku melayang dibuatnya. Sengguh sangat romantis              perlakuanya kepadaku. Aku mulai meremas-remas rambutnya.
             Puas menyerang bibir,telinga, leher dan dadaku, Stanco makin berani,              dia angkat badanku dan diduduki di pinggir ranjang. Dia cium aku              sekali lagi, terus dia mau buka gaunku. Diturunkannya tali gaunku              yang ada dikana-kiri pundakku, sehinga dadaku langsung terpampang              dihadapannya. Nampak braku kekecilan menampung semua dadaku yang              lumayan besar. Dia juga mulai melepaskan semua bajunya hingga              tersisa celana dalam putih. Aku lihat penisnya yang membayang di              balik celana dalamnya, aku coba menerka-nerka ukurannya sambil              membanding-bandingkan dengan penis alan (mantanku).
             Waktu aku berhenti memikirkan benda dibalik CDnya, aku baru sadar              kalau bra-ku sudah dilepasnya. Sekarang dadaku telanjang bulat.              Kurasakan hembusan angiin menerpa dadaku yang padat berisi. Ada              perasaan risih kala dadaku telanjang bulat dihadapannya, orang yang              baru kukenal beberapa saat yang lalu. Stanco menatap takjub kearah              bongkahan daging didadaku.dapat kulihat dia menelan air liurnya              sendiri. Aku tak heran akan ketakjupannya memandangi benda favorit              laki-laki itu. Pasti semua laki-laki terkesima juga melihat              payudaraku yang putih, mulus dan indah dengan ujungnya menjulang              keatas. Putingku yang berwarna kemerah-merahnya menambah kesexyan              dadaku, apalagi ukurannya cukup besar membuat orang yg pernah              menikmatinya ingin menikmatinya lagi. Begitu juga dengan Stanco.
             "Indah sekali, Aliah" ujarnya kagum,setelah lama hanya memandangi              saja. Aku tentu saja bangga dipuji cowo keren seperti stanco. Dia              mulai meremas dadaku lagi, kurasakan tanganya lembutnya dipermukaan              dadaku. Diremasnya benda kenyal itu. Diplintirnya putingku dengan              ujung jarinya. Aku hanya bisa memejamkan mata.Nafasku memburu dan              aku mulai merasakan bagian selangkanganku mulai basah. Apalagi saat              ibujari dan telunjuknya mulai mempermainkan puting payudaraku yang              sudah semakin mengeras.
             Tiba-tiba remasan itu berhenti, tapi ada sesuatu yang hangat di              sekitar dadaku, terus berhenti di putingku. Aku melek sebentar,              Stanco asik menjilati putingku sambil sesekali mengisap-ngisap.              Kontan tubuhku bergetar hebat menahan kenikmatan tersebut. Tiba-tiba              ada sepercik perasaan liar menyerangku. Aku ingin lebih dari itu.              Mungkin karena pengaruh alcohol, Aku ingin merasakan kenikmatan yang              lebih. Godaan itu begitu menggebu. Lalu tanpa sadar tanganku              memegang kepalanya seolah-olah membantunya untuk memuaskan dahagaku.
             Kemudian dilepaskannya dadaku dan dia merebahkan tubuhku ditengah              ranjangku. Lalu dibukanya gaunku melewati pantatku. Kini aku hanya              mengenakan CD biruku saja. Paha mulusku menjadi santapan tangannya.              Dielusnya pahaku yang putih bak pualam itu. Tangan kanannya dengan              lihat menyapu setiap ujung pahaku bahkan sampai kepangkal pahaku.              Ini membuat syarafku semakin terangsang hebat. Apalagi tangannya              yang kiri mulai meremas lagi kedua belah payudaraku dengan gemasnya.              Mataku kembali terpejam dan bibirku mendesah-desah.
             Aku kembali melayang di awan saat dengan gemas Stanco menghisap              kedua puting payudaraku bergantian. Rangsangan yang kuterima begitu              dahsyat untuk kutahan. Harus kuakui, dia sangat pandai mengobarkan              birahiku. Jilatan demi jilatan lidahnya keleher dan dadaku              benar-benar telah membuatku terbakar dalam kenikmatan.
             Kemudian aku buka mata sambil melihat bagaimana Stanco menjelajahi              setiap lekuk tubuhku. Tapi tiba-tiba aku dikagetkan sesuatu yang              menyentuh selangkanganku. Tepat di bagian vaginaku. Aku tidak sadar              mendesah panjang. Rupanya Stanco sudah membuka CDku,kain penutup              terakhir tubuhku. Aku tidak sadar sedari kapan dia menelanjangiku              bulat-bulat. Aku sangat malu sekali dalam keaadan telanjang bulat              dihadapan lelaki yang sama sekali belum kukenal lama. Tapi perasaan              risih itu mulai kutepis, keinginan untuk menikmati lebih jauh              mengalahkan semuanya. Pikiranku terhenti karena kali ini jarinya              mengelus-elus vaginaku yang sudah basah sekali. Otot vaginaku              bergetar kala dia menggosokkan jarinya disana. Sementara itu,dia              masih terus menjilati puting susuku yang sudah mengeras sebelum              akhirnya dia pindah ke selangkanganku.
             Aku menarik nafas dalam-dalam waktu lidahnya yang basah dan hangat              pelan-pelan menyentuh vaginaku. Aku kontan bergetar hebat kala              lidahnya tepat menyentuh bagian terindah dari tubuhku tersebut. Aku              bergelonjotan seperti kena setrum lisrik ratusan watt. Dan tanpa              terasa bibirku menjerit keras.
             "Auw...." lolongku. Malah aku makin menggila kala jilatannya kini              naik ke klitoris-ku, dan waktu lidahnya itu menyentuh klitoris-ku,              aku tidak sadar mendesah lagi, dan tanganku tidak sengaja meremas              rambutnya. Jarang-jarang aku di oral teman ML-ku, sehingga oralnya              terasa special buatku. Aku meremas bantal disampingku denga keras,              mencoba mengurangi 'penyiksaan' ini.
             Dia cukup mengerti keadaanku yang sangat kaget dioralnya. Maka dia              kembali menyerang dadaku,terus diciumnya bibirku,leherku dan              hidungku dan kembali lagi kedadaku. Dia sangat menyukai benda kenyal              didadaku itu. Sambil menyerang dadaku perlahan tangan kembali              beralih ke vaginaku. Selangkanganku terasa semakin banjir saja              karena jarinya mengorek-ngorek lubang itu. Satu jari tanganya masuk              semakin dalam kerongga itu, lalu ditariknya keluar masuk secara              perlahan dan lembut. Supah aku menyukai kelembutannya.
             Tapi itu tidak berlangsung lama karena dia melanjutkan permainannya              di selangkanganku. Kembali liang senggamaku menjadi persinggahan              mulutnya. Mulutnya kadang mengisap dan kadang meniupkan angin              sehingga menimbulkan sensasi luar biasa. Stanco benar-benar jago              mainkan lidahnya, benar-benar bikin aku merem-melek keenakan. Terus              di melintir-melintir klitorisku pakai bibirnya. Aku seperti kesetrum              tidak tahan, tapi Stanco malah terus-terusan melintir-melintiri              "kacang"-ku itu. Jilatanya menyapu setiap millimeter vaginaku.              Sambil mengoralku tanganya tak pernah berhenti, dia meremas-remas              paha dan pantatku. Bahkan tanganya menjulur ketas untuk kembali              meremas puting dadaku yang semakin mencuat tegak. Aku sudah sangat              keringatan, oral terpanjang dan terindah yang pernah kudapat.
             "Euh... ah... ah... ach... aw..." aku sudah tidak tahu bagaimana aku              waktu itu, yang jelas mataku buram, semua serasa mutar-mutar.              Badanku lemas dan nafasku memburu. Aku benar-benar pusing, terus aku              memejamkan mataku, ada lonjakan-lonjakan nikmat di badanku mulai              dari selangkanganku, ke pinggul, dada dan akhirnya bikin badanku              kejang-kejang tanpa bisa aku kendalikan. Aku orgasme. Desahan              panjang menandakan orgasmeku bersamaan dengan mengucurnya cairan              cintaku membasahi selangkanganku. Cairan bening dari vaginaku              mengucur deras membasahi mulutnya. Segera dilepaskanya mulutnya dari              vaginaku. Kubuka pahaku dengan lebar sehingga cairanku mengalir              dengan sendirinya.
             Aku menatap langit-langit kamarku, sengguh indah sekali permainannya              di selangkanganku. Mataku menatapnya, kulihat mukannya sangat merah,              dia pasti sangat bernafsu sekali melihat kondisiku. Dan satu yang              pasti dia pasti ingin sekali merasakan jepitan vaginaku di penisnya.              Tapi dia belum melakukanya. Stanco memberikan handuk kepadaku untuk              menyeka keringatku. lalu memberiku minum air putih untuk mengisi              kerongkonganku yang sudah kering akibat aku berteriak-teriak dari              tadi.
             Aku makin kagum dibuatnya, dia memberikan kenikmatan kepadaku              terlebih dahulu dan tak mau memaksaku. Dia memberikanku waktu              istirahat. Sungguh gentlement sikapnya. Aku mulai menyukainya, aku              ingin membalas kenikmatan yang diberikannya padaku. Maka kudekati              dirinya yang kini duduk disisi ranjang. Aku tersenyum padanya.              Segera kulumat bibirnya dengan lembut. Dia membalasku. Sambil              berciman dengannya perlahan-lahan tanganku beralih kebalik CDnya.              Kuremas benda itu. Dia mendesih sambil kembali menyerang dadaku.              Merasa terhalang oleh CDnya, Stanco lalu melepas penutup penisnya              itu. Aku dapat melihat batngnya yang sudah menegang. Lumayan besar              dan kokoh. Lebih besar dari milik alan mantanku.
             Tanpa menunggu lama, kembali kuremas penisnya. Kukocok-kocok keatas              dan kebawah. Hal itu membuatnya makin mendesah. Aku ingin              memuaskannya sama seperti dia memuaskanku tadi. Maka segera aku              bersimpuh dilantai, kepalaku tepat berada didepan penisnya. Aku              menatapnya denga tersenyum nakal. Dia hanya menatapku sambil menanti              tindakanku selanjutnya. Penisnya yang hampir maksimal hanya beberapa              inci berdiri di depan mukaku. Dia megangi batang penisnya pakai              tangan kanannya, tangan kirinya membelai rambutku. Kemudian aku buka              mulutku, aku jilat sedikit kepala penisnya. Hangat dan bikin aku              ketagihan. Aku mulai berani menjilat lagi, terus dan terus. Stanco              hanya duduk di tepi ranjang, kedua kakinya dibiarkan terlentang. Dia              menikmati mulutku yang mulai bekerja.
             Mula-mula aku cuma menjilati, terus aku mulai emut kepala penisnya,              aku hisap sedikit terus kumasukkan semuanya ke mulutku. Kepala              penisnya sudah menyodok ujung mulutku, tapi masih ada sisa sedikit              lagi lagi. Aku tidak maksakan, aku gerakkan naik-turun sambil aku              hisap dan sesekali aku gosok batang penisnya pakai tangan kiriku.              Harus kuakui dalam urusan oral sex, aku bukanlah ahlinya. Tapi              Stanco sepertiya puas juga sama permainanku, dia memperhatikan              bagaimana aku meng-"karaoke"-in dia. Dia mengguman tak jelas setiap              kali lidahku menyentuh ujung batangnya sambil sesekali membuka              mulut. Aku mulai bisa menikmati bagaimana enaknya mengoral penis              laki-laki, apalagi dari orang yang mulai kusukai ini. Tak terasa              nafsukuun mulai bangkit. Aku tak tahan melihat desahn kenikmatan              darinya kala penisnya kuoral seadanya.
             Sekitar 5 menit akhirnya Stanco tidak tahan, sepertinya dia tidak              mau cepat-cepat orgasme sebelum permainan yang lebih dalam. kemudian              dia berdiri, didorongnya badanku ke lantai sampai aku terlentang.              Lantai kamarku dilapisi oleh permadani yang sangat empuk sekali,              sama empuknya dengan kasur (walau tak seempuk spring bedku), makanya              aku tak menolak jika dia membaringkaku disana. Diambilnya 2 buah              bantal besar untuk menyangga kepalaku. Kemudian dia bersimbuh              dilantai, dibukanya pahaku agak lebar dan dijilatnya sekali lagi              vaginaku yang mulai kebanjiran. Terus dipegangnya penisnya yang              sudah sampai ke ukuran maksimal. Aku menanti dengan perasaan              berdebar-debar. Dia mengarahkan penisnya ke vaginaku, tapi tidak              langsung dia masukan, dia gosok-gosokkan kepala penisnya ke bibir              vaginaku, kembali sarafku terangsang dibuatnya. beberapa detik              kemudian dia dorong penisnya ke dalam. Seperti ada sesuatu yang              maksa masuk ke dalam vaginaku, menggesek dindingnya yang sudah              dibasahi lendir.
             Vaginaku sudah basah, tetap saja tidak semua penis Stanco yang              masuk. Paling hanya setengahnya Dia tidak memaksa, dia cuma              mengocok-ngocok penisnya di situ-situ juga. Aku mulai merem-melek              lagi merasakan bagaimana penisnya menggosok-gosok dinding vaginaku              yang sempit itu. Aku merasakan benar-benar nikmat. Waktu aku asik              merem-melek, tiba-tiba penis Satnco maksa masuk terus melesak ke              dalam vaginaku.
             "Aw... ah..." aku tak kuasa untuk tidak menjerit kala penisnya              melesak semuanya kevaginaku. Uuhhh ... aku merasakan nikmat desakan              batang yang hangat panas memasuki lubang kemaluanku. Sesak. Penuh.              Tak ada ruang dan celah yang tersisa. Daging panas itu terus              mendesak masuk.
             "Nikmat sekali vaginamu, Al" ujarnya bergetar. Aku hanya melototkan              mataku kearahanya, ga tahu mo ngomong apa. Yang pengting aku ingin              segera menikmati indahnya dunia. Stanco sendiri juga mengerang              nikmat akibat himpitan dinding vaginanya
             Stanco mengerti akan keinginanku yang ingin segera dipuaskan, maka              dia mulai menggerakkan pinggangnya naik-turun. Penisnya              menggesek-gesek vaginaku dengan pelan dan lambat. Ditariknya pelan              kemudian didorongnya. Ditariknya pelan kembali dan kembali              didorongnya. Begitu dia ulang-ulangi dengan frekewnsi yang makin              sering dan makin cepat. Stanco makin cepat dan makin keras mengocok              vaginaku, aku sendiri sudah merem-melek tidak tahan merasakan nikmat              yang terus-terusan mengalir dari dalam vaginaku. Payudaraku              bergoncang-goncang, rambutku terburai, keringatku, keringatnya              mengalir dan berjatuhan di tubuh masing-masing. mataku menatap              langit-langit kamarku dengan tatapan kosong, dan mata Stanco              sama-sama melihat keatas dengan menyisakan sedikit putih matanya.
             "AHh... aHHH... terus... stan... terus..." jeritku panjang . Aku              tidak bisa tidak mendesah setiap kali dia menggenjotku, suaraku              membahana di seluruh kamar. Malah terkadang aku harus menggigit              bibir atau jari. Dia semakin cepat memaju-mundurkan penisnya, hal              ini menimbulkan sensasi nikmat yang terus menjalari tubuhku.
             Tidak berapa lama kemudian, Kedua pergelangan kakiku dipegangi              olehnya. Stanco lalu menaikkan kedua betisku ke bahunya. Tanpa              menunggu lama dia kembali menyentuhkan kepala penisnya ke bibir              vaginanya. "Shhh..." desahku sambil menggigit bibir atasku. Aku              meringis dan mengerang saat liang senggamanya yang masih rapat              diterobos benda itu lagi, tubuhku kembali tegang sambil meremasi              bantal disampingku. Dengan posisi seperti itu penisnya lebih dalam              menyentuh rahimku. Kemudian dengan frekwensi yang tinggi              disodok-sodokkannya penis itu. Dadaku makin bergerak bebas keatas              dan kebawah. Matanya menatap tajam kearah dadaku yang              bergerak-gerak, aku sangat menikmati matanya yang melotot hamper              keluar, saat dadaku bergerak dengan indahnya. Aku sudah tidak bisa              melukiskan lagi kenikmatan yang kualami.
             Kenikmatan yang kurasakan makin bertambah kala tangannya mulai              meraba dadaku yang bergoyang-goyang. Diremasnya kedua payudaraku              yang kiri dan yang kakan secara bergantian. Diplintir-plintirnya              putingku dengan gemasnya.
             “Ayo... Stanco... puaskan aku... oh... oh..." aku mulai liar.
             "Puaskan... aku... sayang... ayo..." aku mendesah-desah dengan              ribut. Remasannya kurasakan makin intens didadaku. Malah kini              cederung kasar, dia mulai menarik-narik buah dadaku sesukanya. Aku              makin mejerit kesakitan, tapi tak sebanding dengan kenikmatan yang              kurasakan dibawah sana. Untuk lantai kamarku dilapisi ambal yang              sangat lembut, kalo karpet bias pasti aku tidak akan merasakn              kenikmatan ini.
             Stanco menaikkan tempo permainannya, disodoknya Aku sambil sesekali              digoyangnya ke kiri dan kanan untuk variasi, tak ketinggalan              tangannya meremasi pantatnya yang montok. Aku semakin menggeliat              keenakan, desahannya pun semakin mengekspresikan rasa nikmat.              Sepertinya sebentar lagi aku akan "keluar", Maka Aku ikut              menggoyangkan pantatku sehingga terdengar suara badan kami beradu              yaitu bunyi plok-plok tak beraturan yang bercampur baur dengan              erangan kami. Ranjang didepanku kulihat makin lama makin kabur,              Sementara rasa nikmat semakin menyerobot jiwaku. 
             Demikian secara beruntun, semakin cepat, semakin cepat, cepat,              cepat, cepat, cepat, cepaattt... ceppaattt....
             Sampai akhirnya kurasakn suatu ledakan direlung sanubariku. Aku              orgasme dalam waktu yang tidak terlalu lama. Pengaruh alcohol              membuatku orgasme dengan cepat. Kurakan cairan vaginaku mengalir              dengan deras membasahi penisnya yang masih tegang.
             "Ooohhh..!" desahku dengan tubuh menegang dan mencengkram lengannya.              Tubuhku lemas sekali setelah sebelumnya mengejang hebat, keringatku              sudah menetes-netes di ambal. Nikmat... hanya satu kata mengakhiri              orgasmeku.
             Namun sepertinya Stanco masih belum selesai, nampak dari penisnya              yang masih tegang. Sungguh hebat laki-laki ini, batinku, aku yang              sudah orgasme 2 kali sedangkan dia satu kali pun belum. Tapi aku              tahu bahwa dalam kondisi normal (tidak mabuk seperti saat ini), aku              pasti bisa mengimbanginya. Stanco sangat perhatian kepadaku, dia              tidak mau memakasakan nafsunya kepadaku, walau aku tahu libidonya              sudah tinggi sekali, tapi dia masih sabar menuntunku ke kondisi              normal. Hal itu sungguh sikap yang jantan. Aku sangat nyaman berada              didekatnya. Aku cuma diangkat dan dibaringkan di atas ranjang,              lumayan aku bisa beristirahat sebentar karena dia sendiri katanya              kecapekan tapi masih belum keluar. Tubuh telanjangku tergelatak tak              berdaya ditengah-tengah ranjang, aku sudah tidak risih lagi kala              tatapannya nanar keseluruh tubuhku, terlebih-lebih kearah dadaku              yang bergerak-gerak dengan perlahan seiring dengan tarikan nafasku.              Kami menghimpun kembali tenaga yang tercerai-berai.
             Selang beberapa saat Stanco mulai beraksi lagi, nampaknya dia sangat              penasaran maka dia memagut bibirku yang kubalas dengan tak kalah              hot. Aku memainkan lidahku sambil tanganku memijat penisnya yang              masih tegang. Kali ini dia tidak lagi meraba dadaku atau tubuhku              yang lain, malah dia membalikkan tubuhku. Kutelungkupkan tubuh              telanjangku ditengah ranjang dan menaruh kepalaku di atas bantal.              Aku sudah pasrah mau diapakan saja olehnya.
             Stanco menaikiku lalu mencium juga mengelusi punggungku, aku              mendesah merasakan rangsangan erotis itu. Ciumannya makin turun              sampai ke pantatku, disapukannya lidahnya pada bongkahan yang putih              sekal itu, diciumi, bahkan digigit sehingga aku menjerit kecil.
             Mulutnya turun ke bawah lagi, menciumi setiap jengkal kulit pahaku.              Lambat laun aku mulai menikmati caranya memperlakukanku. Beberapa              saat kemudian dia menekuk paha kananku ke samping sehingga pahaku              lebih terbuka. Aku mulai merasakan jari-jarinya menyentuh vaginaku,              dua jari masuk ke liangnya, satu jari menggosok klitorisku. Aku              hanya mendesah dengan pelan.
             "Kita mulai lagi ya,Al" pintanya sopan. Aku hanya mengagguk walau              aku ga tahu apa aku masih bisa mengimbanginya karena rasa lelah              sudah menguasaiku. Tapi keinginan untuk memuaskannya mengalahkan              rasa capekku.
             Stanco lalu mengangkat pantatku ke atas, kutahan dengan lututku dan              kupakai telapak tangan untuk menyangga tubuh bagian atasku. Dia              nampaknya ingin doggy style, aku jadi teringat Alan yang sangat suka              gaya tersebut. 
             Shit.. bisa-bisanya aku ingin lelaki yang telah memutuskanku.              Mendingan aku menikmati kenikmatan ini dengan dengan stanco,              pikirku. Belum habis pikiranku,kurasakan benda tumpul menyeruak ke              vaginaku. Aku meringis dengan mata terpejam menghayati moment-moment              penetrasi itu. Tenagaku yg sudah terkuras mengakibatkan jeritanku              menjadi desahn pelan.
             "Sh... hhh..." hanya itu yg keluar dari mulutku.
             Dia kembali memacu tubuhku. Dimaju-mundurkannya batanganya              dilobangku. Dengan posisi doggy seperti ini kurasakn sodokannya              makin mantap. Aku tak kuasa menahan desahanku menerima              hujaman-hujaman penisnya ke dalam tubuhku. Sensasi yang tak              terlukiskan terutama waktu dia memutar-mutar penisnya di vaginaku,              rasanya seperti sedang dibor saja. Walau sangat letih aku tak rela              kalau sensasi ini cepat-cepat berlalu, makannya aku mulai              mengimbangai sodokannya. Aku selalu mendesah menikmati penisnya              ditelan vaginaku. Selangakanku yang sudah basah kuyup menimbulkan              bunyi kecipak setiap menerima tusukan.
             Stanco benar-benar ahli, sambil mengocok vaginaku dia juga              meremas-remas pantat sekalku. Dia sangat bernafsu melihat pantatku              yang maju mundur diadapannya. Hal itu terbukti dari remasannya yang              tak ada henti-hentinnya, bahkan sesekali dicengkramnya bulatan              pantatku dengan keras. Aku tak kuasa untuk tidak mendesah kala titik              sensitifku itu di perlakukannya sesukanya.
             Penisnya masih beroperasi di dengan bebasnya divaginaku.              Diaduk-aduknya sambil sesekali digoyang-goyankan didalam ronggaku.              Permainannya sungguh membuatku terhanyut, dia selalu memulainya              dengan genjotan-genjotan pelan, tapi lama-kelamaan sodokannya terasa              makin keras sampai tubuhku berguncang dengan hebatnya. Setelah itu              kembali pelan lalu keras lagi. Saat tubuhku berguncang dengan              hebatnya otomatis dadaku juga makin bergunjang juga. Kesempatan itu              tidak disia-siakannya, langsung disambarnya dadaku yang makin              membesar karena aku menungging. Diremasnya sambil              dipelintir-pelintir putingnya. Aku merasakan tubuhku makin terbakar,              aku menggeliat sambil meremas-remas ranjangku yang sudah berantakan.              Desahanku makin menjadi-jadi. Tenagaku terkumpul kembali aku aku              mulai ikut mengimbangan sodokannya. Sambil menyodokku tanganny              berpindah dari punggung ke dada dan kepantatku. Tapi paling lama              tangana bergerilya didadaku, dia nampaknya sangat menyukai benda              itu. Selain diremas, sesekali juga ditarik-tariknya kebawah,              sehingga membuatku makin bersemangat melawan pompaannya.
             "Ah... euh... ah... aw..." aku cuma bisa mendesah setiap kali Stanco              menyodokkan penisnya ke vaginaku. Aku sudah tidak bisa ngapa-ngapain              setiap kali dia menyodokkan penisnya, selain ikut juga bergoyang              seirama dengannya. Stanco makin semangat menyerang titik-titik              sarafku. Pinggulnya bergerak cepat diantara kedua pahaku sementara              mulutnya mencupangi pundak dan leher jenjangku. Aku hanya bisa              menengadahkan kepala dan mendesah sejadi-jadinya. Dari pantatku,              lalu dadaku, kini leher dan pundakku menjadi bulan-bulanan lidahnya.              Goncangan kami makin lama makin cepat. Goncangan makin cepat itu              juga membuat ranjangku ikut berderak-derak.
             Aku menjerit keras ketika tiba-tiba dia tarik rambutku dan tangan              kanannya juga ikut menarikku ke belakang. Rupanya dia ingin              menaikkanku ke pangkuannya. Sesudah mencari posisi yang pas, kamipun              meneruskan permainan dengan posisi berpangkuan membelakanginya.              Dengan posisi itu penisnya makin dalam menerobos vaginaku. Kurasakan              hamper sampai dirahimku. Dengan mendesah-desah aku membantunya              menggoyang-goyangkan pantatku. Harus kuakui dia sungguh hebat dan              pandai mempermainkan nafsuku, aku sudah dibuatnya 2 kali orgasme,              tapi dia sendiri masih perkasa.
             Stanco melancarkan pompaannya terhadapku dengan semangat sekali,              kali ini ditambah lagi dengan cupangan pada leher dan pundakku. Aku              hanya tertunduk membiarkanya menikmati leher jenjangku. Tangannya              juga ikut-ikutan meremas payudaraku yang bergerak bebas. Aku sudah              tidak bisa lagi melukiskan keindahan yang kurasakan. Lebih indah              dari segala hal.
             "Ahh.. aahh.. yeahh, terus..." desahku dengan terbata-bata..
             Genjotannya semakin kuat dan bertenaga, terkadang diselingi dengan              gerakan memutar yang membuat vaginaku terasa diobok-obok.
             Aku mengangkat kedua tanganku dan melingkari lehernya, lalu dia              menolehkan kepalaku agar bisa melumat bibirku. Aku semakin cepat              menaik-turunkan tubuhku sambil terus berciuman dengan liar. Aku              berusaha menimbangi genjotannya. Tangannya dari belakang tak              henti-hentinya meremasi dadaku, putingku yang sudah mengeras itu              terus saja dimain-mainkan. Malah kini bibirnya mulai menjelajahi              dadaku. Sambil terus menggenjot, Stanco menyorongkan kepalanya ke              payudaraku. Mulutnya melumat payudaraku dan mengisapnya dengan gemas              membuatku semakin tak karuan.
             Aku mulai menggila, suaraku terdengar keras sekali beradu dengan              erangannya dan deritan ranjang yang bergoyang. Penisnya masih              keluar-masuk dengan bebasnya divaginaku yang sudah sangat becek              sekali. Aku mendesah makin tak karuan, kala dadaku yg satu lagi              diremas oleh tangan kirinya. Tubuhku menggelinjang, kujambak              rambutnya, pinggulku kugerak-gerakkan terus sebagai ekspresi rasa              nikmat.
             Gelinjang tubuhku makin tak terkendali karena merasa akan segera              keluar, kugerakkan badanku sekuat tenaga sehingga penis itu menusuk              semakin dalam. Mulutnya terlepas dari dadaku karena aku makin              bersemangat menggenjotnya. Dia justru makin rakus mengerjai dadaku.              Putingku kembali ditangkap dengan mulut kemudian digigit denga              pelan, aku merintih dan meringis karena sedikit nyeri, namun juga              merasa nikmat. Kami masih terus bergoyang berirama. Aku merasakan              akan segera orgasme. Maka aku mendesah sejadi-jadinya.
             Mengetahui aku sudah diambang klimaks, tiba-tiba dia melepaskan              pelukannya dan berbaring telentang. Ada perasaan kesal kala dia              melepaskan penisnya diambang orgasmeku. Tapi kekesalanku segera              hilang setelah disuruhnya aku membalikan badanku berhadapan              dengannya. Dia biarkan aku mencari kepuasanku sendiri dalam gaya              woman on top. Aku sangat senang sekali karena posisi ini adalah              posisi favoritku yang sering kulakukan bersama mantan pacarku . Aku              tanpa ragu menuntun penisnya yang masih mengeras ke arah vaginaku              dan aku mengambil posisi menduduki tubuhnya. Setelah penisnya              memasuki vaginaku, aku mulai menggerakkan tubuhku naik turun. Dengan              bernafsu kugoyangkan pinggulku diatas tubuhnya. Kini justru aku yang              aktif memacu kenikmatan diatas tubuh tegapnya. Perasaan nikmat              mengalir dengan deras di sekujur tubuhku. Kembali kurasakan              kenikmatan yang tertunda tadi. Aku berusaha sekuat tenaga menahan              klimaksku. Aku mendesah tak karuan seperti semula, merasakan              batangnya yang masih kokoh mengaduk-aduk liang kewanitaanku. Dia              dengan sibuk menggerakkan pinggulnya membalas goyanganku . Aku              semakin menikmati persetubuhan lain jenis ini.
             Dadaku kembali terayun-ayun seiring goyangan tubuhku. Warnanya sudah              kemerah-merahan karena diremas dan diemut olehnya. Malah kini makin              mencuat dan menjulang keatas seiring dengan nafsuku yang sudah              diubun-ubun. Stanco masih sibuk membantuku menaik-turunkan tubuhku              dengan cara mengangkat pantatku. Hal itu justru membuatku makin              gila. Dia tidak hanya mengangkat pantatku malah meremasnya juga. Hal              itu membuat payudaraku makin hebat bergocang. Pasti orang lain yang              melihatnya sangat bernafsu sekali, melihat dadaku bergerak dengan              indah keatas kebawah.
             Stanco nampaknya sangat senang menyaksikan payudaraku yang              bergoyang-goyang seirama tubuhku yang naik turun. Matanya tak pernah              lepas dari payudaraku. Hal itu membuatku makin bernafsu saja. Aku              sangat senang jika oranglain mengagumi keindahan tubuhku,maka aku              ikut membantu kedua belah telapak tangannya meremasi payudaraku. Dia              mencengkramkan kedua tangannya pada payudaraku. Aku sudah tak kuat              untuk menahan orgasmeku. Apalagi ketika dia mendekatakan kepalanya              kedadaku. Tanpa menghentikan goyangannya, dicondongkannya wajahnya              kedepan meraih dadaku.
             Stanco menikmati goyanganku sambil "menyusu" payudaraku yang tepat              di depan wajahnya, payudaraku dikulum dan digigit kecil dalam              mulutnya seperti bayi sedang menyusu. Aku meresapi setiap detil              kenikmatan yang sedang menyelubungi tubuhku, semakin bersemangat              pula aku melakukan persetubuhan ini. Terkadang aku melakukan gerakan              memutar sehingga vaginaku terasa seperti diaduk-aduk. Sama sepertiku              stanco juga mendesahdesah sambil menyebut namaku.
             Dengan posisi wanita diatas seperti ini, aku merasakan bukan hanya              dinding vaginaku yang tergesek, melainkan klitorisku juga              tergesek-gesek, makanya aku makin lemas dan merem-melek keenakan.              Genjotan dan dengusannya semakin keras, menandakan dia akan segera              mencapai klimaks, hal yang sama juga kurasakan pada diriku.              Otot-otot kemaluanku berkontraksi semakin cepat meremas-remas              penisnya. Penisnya terus dan terus menghujam-hujam keluar masuk              vaginaku.
             "Yess... dikit lagi... aahh.. Stan... udah mau..." aku mempercepat              iramaku. Walau sudah mulai lemas, aku terus mempercepat goyanganku              karena merasa sudah mau keluar, makin lama gerakanku makin liar dan              eranganku pun makin tidak karuan menahan nikmat yang luar biasa itu.              Pada detik-detik mencapai puncak tubuhku mengejang hebat diiringi              teriakan panjang. Cairan cintaku seperti juga keringatku mengalir              dengan derasnya menimbulkan suara kecipak. Dan ketika klimaks itu              sampai aku menjerit histeris sambil mempererat pelukanku.              Benar-benar dahsyat yang kuperoleh darinya.
             Dia masih terus mengoyangkan penisnya sehingga orgasmeku makin              panjang, malah kini dia melenguh-lenguh lebih cepat.
             "Oh...... oookkhh... akuuuhh maauu... keluuuaaarr Aliah... ", dia              berteriak kesetanan dan genjotannya makin bertambah cepat. Dalam              hitungan detik kurasakan cairan kental menembak keliang senggamaku,              setidaknya ada 3 kali tembakan sebelum seluruh spermanya masuk              semuanya kerahimku. Untung saat itu bukan masa suburku sehingga aku              tidak takut hamil. Akhirnya aku ambruk diatas tubuhnya. Kurasakn              sisa spermanya mengakir keluar dari vaginaku. Dia mencium keningku              sambil mengucapkan terimakasih. Katanya dia sangat menikmati adegan              tadi. Aku sangat tersanjung, setidaknya dia tidak menganggapku cewe              murahan.
             Setelah kupikir-pikir kalo aku tidak dipengaruhi alcohol tadi,pasti              aku tidak akan merasakn kenikmatan seperti tadi. Bayangkan aku 3              kali orgasme dibuatnya. Sungguh indah dan belum pernah kurasakn dari              sipapun, bahkan dari mantan-mantanku juga.
             Setelah membersihkan badan akhirnya kami tertidur. Aku bangun              paginya dengan bahagia sekali. Kulihat Stanco terbaring disampingku              dengan nyeyak. Sebelum pamitan pulang pagi itu, Stanco memberikan              kehangatan yang terakhir kalinya dengannya. Kami bersetubuh sekali              lagi dibathup kamar mandiku. Kami sama-sama menikmati puncak              kenikmatan secar bersama-sama. Sungguh kenikmatan yang tiada tara.              Dia memperlakukanku seperti layaknya seorang ratu. Tapi aku sangat              menyesal karena Stanco harus balik ke Malaysa beberapa hari              kemudian.
             Disaat-saat libidoku sedang naik,terkadang aku masih merindukan              Stanco disisiku. Walau ia berjanji akan sering balik ke Bandung,              tapi aku akan mencoba melupakannya dan berusaha mencari              petualanganku yang lain, tentunya dengan cowo-cowo macho lainya.