Awal hubungan ini bermula dari perkenalan kami di sebuah perusahaan tempat dia bekerja dengan posisi staff SDM, jadi semua hal yang berurusahan dengan SDM harus melalui dia. Dia bernama Diana, seorang perempuan yang mendekati sempurna, wajah cantik, kulit putih bersih, hidung mancung dengan tatapan mata yang lembut namun mengandung misteri yang dalam. Tubuhnya tinggi semampai namun padat berisi dengan dada yang membusung, pinggul dan pantat bulat padat dibalut pakaian kerja yang sopan tapi justru terlihat seksi. Dan tak bisa kututupi rasa kagumku saat itu ketika pertama melihat dia. Dan rasanya cukuplah dalam khayalan saja bisa kudapatkan wanita seperti itu.
“Nama saya Dion,” kataku siang itu memperkenalkan diri.
Saya datang untuk menawarkan suatu proposal yang berisi penjajakan kerja sama antar perusahaan kami. Setelah memberi penjelasan sedetail mungkin, kemudian kami membuat janji pertemuan berikutnya degan menghadirkan antara pimpinan kami untuk membahas lebih serius kerja sama tersebut karena wewenangku hanya sampai disitu begitu juga dengan dia.
Dalam presentasi perusahaan kami di perusahaan dia, kami duduk berseberangan persis berhadapan. Dia mendampingi pimpinannya dan demikian juga aku. Benturan mata tak dapat dihindarkan diantara kami. Dan jujur saja, saya tidak menyimak apa yang diterangkan bossku saat itu. Memandangi wajahnya jauh lebih indah rasanya dari apapun yang ada saat itu. Tatapan matanya membuat aku seolah sedang tenggelam dalam mata air yang bening, sejuk merasuk sampai ke tulang sumsum ku. Demikianlah sampai pertemuan itu ditutup dan akan ada pertemuan selanjutnya untuk penandatanganan dan ranah tamah.
Setelah selasai penandatanganan perjanjian, dilanjutkan dengan acara ramah tamah yang bersifat semi formal. Kali ini kami duduk bersebelahan. Sambil mendengar sambutan-sambutan dari boss-boss kami. Dengan suasana hikmat dan tenang yang sangat membosankan buatku saat itu karena bagaimanapun saya ingin memanfaatkan kesempatan itu ngobrol dengan dia. Akhirnya kutemukan cara ngobrol tanpa mengeluarkan kata-kata.
Dengan jantung berdetak kencang, kusodorkan kertas kecil yang berisikan.
“Mbak membuatku tidak tahan untuk berkenalan lebih dalam”.
Dengan tenang dia membaca tanpa ekspresi. Kemudian membalasnya yang membuatku harap-harap cemas akan apa yang ditulisnya.
“Mau kenal apanya lagi?” tanyanya.
“Status?” tanyaku masih dalam kertas yang sama, jadi seperti layaknya chating.
“Sudah punya anak satu” tulisnya lagi.
“Tapi Mbak sangat menggoda hatiku sejak pertama ketemu”.
” Aku sudah punya suami lho”.
“Aku nggak perduli, bila masih mungkin, sedikit saja kuminta ruang di hatimu” kataku dengan berani.
“Kamu nekat sekali, umurmu berapa?” tanyanya.
“Dua puluh lima”jawabku.
“Berarti kita beda lima tahun” katanya.
“Gimana Mbak, aku akan mengerti posisimu nanti dan tidak menuntut berlebihan” desakku lagi karena kulihat ada peluang walau hanya sedikit.
“Santai aja dulu, jangan buru-buru” jawabnya lagi.
“Oke, aku ngerti, tapi aku sangat berharap lho”.
“Sudah ya, nanti ketahuan” katanya.
“Robek kertasnya, nanti ketahuan” bisikku.
“Biar aja kusimpan” balasnya lagi.
“Ntar dilihat suamimu gimana?”.
“Tenang aja deh,” katanya sambil tersenyum dan kubalas dengan kedipan mata.
Tak terlukiskan bagaimana rasanya bahagianya hatiku saat itu, Sama sekali tak nyangka bakal mendapatkan wanita yang luar biasa dalam hidupku. Walau sudah bersuami tetapi aku merasa dia paling hebat dari semua wanita yang pernah kupacari sejak SMP dulu yang entah sudah berapa puluh wanita walau tak satupun yang kusetubuhi. Karena prinsipku sangat kuat untuk melakukannya saat malam pertama nanti.
Malam ini tiba-tiba ada SMS masuk di HP ku. Dan aku sangat surprise dapat SMS dari dia. Setelah balas-balasan kami sepakat bertemu sabtu siang di kawasan blok M. Aku langsung tidur agar cepat-cepat datang sabtu. Rasanya dalam diri wanita ini kurasakan suatu tantangan yang sangat besar untuk menaklukkannya. Mungkin karena baru kali ini aku menjalin hubungan dengan seorang yang telah bersuami.
Tiba hari sabtu kami akhirnya bertemu. Sangat kikuk dan bingung, itulah yang terjadi saat itu. Bahkan ketika makan pun rasanya tak nyaman. Dan dia pun begitu. Dari sana kuketahui dia juga baru pertama itu nyerempet bahaya dari perkawinannya. Tapi dia menginginkannya, katanya.
Tak tahu harus kemana, untuk menghabiskan waktu, kami nonton. Di dalam bioskop mulai kuremas tangannya ketika film berjalan 15 menit. Dia membalas meremas jemariku. Kucoba meraba pahanya, tapi dia tepiskan dengan pelan. Tak habis akal, kudekatkan wajahku untuk mencium bibirnya, lagi-lagi dia menghindar. Kucium lagi dan kali ini dia ngasih pipinya.
Kucoba tarik tangannya ke pahaku. Dia tidak menolak. Malah dia usap-usap dengan lembut pahaku sampai ke pangkal. Lama-lama dia mengusap gundukan di celana jeans ku. Diremas-remas penisku yang sudah tegang. Aku heran kenapa justru dia yang jadi berani. Tapi biarlah peduli amat, pikirku. Sementara tangannya mengusap-usap penisku dari luar, aku mulai meraba pahanya yang saat itu dia pakai rok. Begitu lembut membuat jantungku berdesir, ingin rasanya kujilati centi demi centi paha yang mulus itu. Kuarahkan tanganku menuju selangkangannya dan hendak meraba vaginanya, tapi belum sampai tersentuh, dia menjepit tanganku dengan pahanya dan menggelengkan kepalanya. Aku tidak memaksa dan kutarik lagi tanganku. Tapi tangannya masih tetap mengusap-usap batang zakarku dari luar.
Akhirnya kami pulang dengan sejuta kesan di hati. Malamnya dia kembali mengirim SMS. Katanya dia rindu.
“Aku juga rindu kamu, rasanya aku ingin mencumbumu,” balasku.
“Kapan itu kamu wujudkan?” katanya lagi.
“Kapan kamu siap?” balik kutanya.
“Bagaimana kalau Selasa?” katanya.
“Emang suamimu nggak akan curiga?”
“Dari siang sampai sore aja,” katanya.
“Dimana?”
“Nanti kukasih tahu” katanya.
Selasa tiba, dia menyuruhku menemuinya di sebuah kamar hotel di sekitar Jakarta Timur. Kuketuk pintu yang dia maksud dan dia muncul dengan pakaian kerja yang masih lengkap karena dia juga baru tiba, katanya. Seperti biasa kami masih agak kikuk, maklumlah baru saling pengenalan. Setelah berbasa-basi, kami saling berpandangan dan duduk di tempat tidur yang empuk. Tak nyangka bakal bisa berduaan dengan wanita sempurna seperti dia bahkan mungkin sebentar lagi akan lebih lagi.
Kuraih tangannya dan dia menurut. Kucium tangannya sambil memandang matanya yang juga memandang mataku. Pelan kusentuh rambut di atas telinganya, dia diam saja. Kudekatkan wajahku ke wajahnya, tercium aroma tubuhnya yang sangat harum. Dengan jantung berdebar kukecup keningnya, turun ke kedua matanya bergantian. Dia masih diam saja kucium hidungnya dan perlahan turun ke bibirnya.
Sedikit kaget disaat bibirku menyentuh bibirnya, bibirku langsung tersedot oleh bibirnya. Dia memasukkan lidahnya menjelajahi setiap rongga mulutku dan menyedot lidahku sampai aku kelabakan mengimbanginya. Tangannya berada di belakang kepalaku seolah tak mau melepaskan mulutku dari mulutnya. Sambil terus melumat mulutku dia rebahkan tubuhnya ke tempat tidur sehingga otomatis tubuhku ikut menindih tubuhnya.
Aku merasa bersemangat dapat menaklukkan sesuatu yang besar dari kemampuanku sendiri, aku begitu merasa gagah dan kuat ketika menindih tubuhnya.
Kuimbangi sedotannya dengan menyedot lidahnya yang membuatnya mengterang lirih. Lama saling berpagutan, kualihkan ciumanku menjelajahi pangkal telinganya dan turun ke leher. Kutarik tanganku dan kupindahkan ke tonjolan di dadanya. Dengan mesra kuremas dadanya.
“Ohh.. Akhh..” dia mulai mengerang semakin membusungkan dadanya ke atas.
Kuturunkan ciumanku sampai kebelahan dadanya dan berusaha memasuki dadanya tanpa membuka pakainya. Lidahku menari-nari didadanya sepanjang yang dapat dijangkau. Tapi yang dapat dijangkau lidahku hanya setengah dari gundukan buah dadanya yang tidak tertutup.
Tak sabar menerima perlakuanku, dia sendiri membuka kancing bajunya dengan satu tangan sementara yang satunya masih menekan kepalaku ke dadanya. Bajunya terbuka tinggal BH nya yang berwarna krem. Mataku terbelalak menyaksikan mulusnya dadanya dan besarnya ternyata melebihi perkiraanku, yang pasti BH 36B tak muat menampung buah dadanya, hal ini sangat kupahami karena begitu banyaknya buah dada wanita yang telah kusedot.
Sedikit buru-buru, kugusuk penutu BH nya ke atas, muncullah puting susunya sebesar jari kelingking yang masih rapi bentuknya. Mulutku langsung menyambutnya dengan sedotan yang kuat dan ketat.
“Auuwww.. Akhh,” erangnya sambil tangannya semakin kuat menekan kepalaku sampai hidungku tersumbat oleh buah dadanya sendiri. Mulutku menghisap puting susunya yang kanan, sementara tangan kananku memilin puting susunya yang kiri dan tangan kiriku menuju gundukan vaginanya yang masih terbungkus roknya. Bergantian kusedoti puting susunya. Lidahku menari-nari semua buah dadanya sampai basah.
“Okhh. terus.. Yang lama ya.. Aku mau yang lama..” katanya mengerang kenikmatan.
“Ayoohh. Ambil semuanya.. Sekarang ini milikmu. Ayoohh. Ambil..” dia meracau dan dadanya semakin membusung dan tegang.
Sementara pinggulnya dia angkat semakin tinggi menyambut remasan tanganku di vaginanya. Batang zakarku yang tegang juga ikut menekan tonjolan vaginanya dari luar. Kurasakan tangannya menjalar ke bawah menuju tonjolan diselangkanganku yang dari tadi dia rasakan menekan vaginanya. Seperti gemas banget dia remas batang zakarku dengan kuatnya.
Puas bermain di buah dadanya, jilatanku turun ke bawah dan sampai ke perut mengitari pusarnya. Dia semakin kegelian. Jilatanku terus merambat ke bawah pusarnya sambil membuka rok kerjanya. Setelah terbuka, tampaklah gundukan vaginanya yang tebal dan basah tepat di atas lubang vaginanya, jatungku semakin berdegub kencan menyaksikan dua batang paha yang mulus dengan gundukan vagina yang mencuat ke atas dan berputar tak menentu.
Kuselip-selipkan lidahku berusaha memasuki bagian atas vaginanya tanpa membuka celana dalamnya terlebih dahulu. Tentu saja membuat dia tak sabar. Dengan posisi tubuhku saat ini bertentangan dengan tubuhnya, dimana wajahku menghadap selangkangannya dan wajahnya juga di selangkanganku.
“Ayoohh Mas.. Ambil aja semua.. Cepatan.. Akhh..” erangnya semantara gerakan pinggulnya semakin liar, berputar dan menghentak-hentak ke mulutku.
Perlahan kuintip vaginanya dari atas dengan membuka sedikit celana dalamnya yang sudah basah terutama tepat dengan lubang vaginanya.. Samar-samar kulihat bentuk vagina yang mengembang tebal dengan bulu-bulu yang tipis dan teratur rapi. Akhirnya tak sabar lagi kupelorotkan celana dalamnya sampai terbukalah vaginanya dengan utuh.
“Ooohh,” erangku manakala melihat bentuk vaginanya dengan utuh yang ternyata jauh lebih indah dari yang kubayangkan. Kupandangi lama. Karena pinggulnya dia angkat ke atas membuat vaginanya semakin cembung dan menantang dengan klitoris yang menonjol melewati kedua bibir vaginanya.
Perlahan kujulurkan lidahku menyentuh klitoris yang menonjol itu, reaksinya sangat spontan langsung menghentak sampai berbenturan dengan mulutku. Dengan lidah yang lebih panjang, kujilat vaginanya dari klitorisnya sampai ke bawah yakni ke lubang vaginanya dekat dengan lubang anusnya. Demikian kusuapkan lidahku berulang-ulang yamg membuat hentakannya semakin cepat dan vaginanya semakin mengembang.
“Oohh.. Terus sayang.. Ambil semuanya.. Ayohh.. Ambill..” erangnya terus sementara tangannya berusaha membuka celanaku dan akhirnya mendapatkan kontolku. Dia remas-remas dengan tidak terkontrol membuat aku kaget. Setelah dikocok-kocok, akhirnya dia masukkan ke mulutnya membuat aku merasa nyaman dengan kelembutan mulutnya.
Bila panetrasi penis ke dalam vagina yang menjadi ukuran keperjakaan seorang laki-laki, berarti tepat 1 September 2003 lalu, saya kehilangan keperjakaanku. Tetapi bila persentuhan antara penis dengan vagina termasuk juga, berarti sejak dari dulu aku kehilangan keperjakaan, yakni dengan pacar-pacarku yang hampir semuanya kuajak mereguk kenikmatan walau tidak sampai memasukkan batang zakarku ke vagina mereka tetapi hanya sampai di bibir vagina saja, dan itu sudah cukup membuat sensasi kenikmatan yang luar biasa kami rasakan saat itu, Dan entah sudah berapa banyak bentuk vagina yang kujilati dan kugesekkan dengan penisku tapi baru 1 September 2003 resmi batang zakarku amblas ke vagina seorang wanita yang notabene seorang ibu rumah tangga yang cukup harmonis.
Kukulum bibir vaginanya, kusedot klitorisnya berulang-ulang. Kucoba memasukkan lidahku ke lubang vaginanya yang sudah sangat basah. Tidak tahan kuperlakukan demikian berulang-ulang membuat pantatnya naik turun dengan lidahku masuk ke lubang vaginanya.
“Ooohh tuhan.. Enak banget.. Akhh.. Aku nggak tahan lagii..” dia semakin meracau dengan hentakan pantatnya yang semakin liar dan kulumannya dengan batang zakarku semakin kuat.
“Ookhh.. Aku nggak tahan lagi.. Akhh..” jeritnya dengan kuat, pahanya tiba-tiba menjepit kepalaku dan tiba-tiba kurasakan lubang vaginanya berkontraksi, berdenyut-denyut dan akhirnya nyemprot cairan kental dari lubang vaginanya membasahi lidah dan bibirku yang tidak sempat kucabut karena jepitan pahanya sangat kuat. Sementara penisku dia sedot dengan kuat.
Perlahan dia melepaskan jepitan pahanya dan kulumannya di penisku. Dia terlentang lemas dengan mata tertutup. Pahanya terlentang sehingga vaginanya terlihat jelas membuka dan sanagt basah dan juga tangannya terlatang lebar menikmati orgasmenya yang luar biasa seolah aku tak ada disana.
Setelah nafasnya agak tenang, aku menindihnya dan memandangi wajahnya yang mengekspresikan kepuasaan. Sementara kontolku yang tegang mengganjal di bibir vaginanya yang licin dan hangat.
“Enak sayang?” kutanya dengan senyum.
“Iyahh.. Enak banget.. Sentuhanmu begitu indah dan nakal,” katanya dengan senyum juga.
“Masih ada yang lebih indah” kataku.
“Ya, aku mau lebih lagi, aku mau lebih,” katanya.
“Berapa yang kamu mau?” tantangku.
“Sampai nggak bisa bangun, apa kau kuat?” tantangnya balik.
“Aku masih orisinil, jangan kuatir, aku akan memuaskanmu, sampai nggak bisa bangun kan?” kataku.
“Ya, sampai nggak bisa bangun” katanya senyum.
Kembali kami saling melumat, tanganku meremas buah dadanya yang kembali menegang. Sementara kakinya dijepitkan kepinggangku. Puas dengan itu, aku beranjak dan jongkok diantara pahanya yang kurentangkan dengan tertekuk. Kupegang batang zakarku dan kuarahkan ke lubang vaginanya. Kutatap matanya yang pasrah.
“Kita masukkan?” tanyaku. Dia tundukkan kepalanya.
“Yakin?” tanyaku lagi. Dia senyum dan menundukkan lagi kepalanya.
Pelan kutempelkan kepala penisku ke birbir vaginanya, kugesek-geseknya sampai ke klitorisnya beberapa kali. Dan..
“Akhh..”
Dia langsung mengerang ketika kepala penisku memasuki lubang vaginanya. Tangannya langsung menangkap pantatku.
“Terus.. Sayang.. Masukkan semuanya.. Akhh.. Enak banget..” erangnya terus sementara batang penisku masuk setengah.
Kulihat bibir vaginanya semakin membuka lebar. Jepitan vaginanya sangat ketat seolah tidak mengijinkan penisku masuk lebih dalam.
“Akhh.. Enak sayangg” kataku tak tahan rasanya.
Kuhentikan tekananku agar vaginanya menyesuaikan dengan ukuran penisku yang besarnya diatas rata-rata Indonesian. Kulumat lagi bibirnya yang mendesah-desah. Dia mengangkat kakinya dan menempatkannya diatas pantatku. Dia tekan pantatku yang semakin memperdalam masuknya kontolku ke vaginanya.
“Kenapa sih susah masuknya? Mbak kan sudah nggak perawan?” tanyaku heran karena jepitan vaginanya begitu kuat membuat penisku agak susah masuk semua.
“Tergantung orangnya dong,” katanya bangga.
“Ayohh.. Tekan lagi.. Akhh..” katanya sambil kakinya ikut menekan pantatku.
“Okhh.. Stop dulu! Sudah mentok nih.. Ukuran punyamu nggak sesuai dengan tubuhmu.. Aku nggak nyangka sebesar ini. Enak.. Hh..” ceracaunya lagi.
Vaginanya mengempot seperti menyedot penisku. Tak sabar menerima sensasi itu akhirnya kutekan pantatku sampai masuk semua batang zakarku.
“Auwww.. Mas.. Tahan dulu.. Ngilu.. Akhh” erangnya seperti kesakitan.
Tapi aku nggak peduli lagi karena terasa tanggung, bless.. Sekh..
Akhirnya kudiamkan sejenak. Matanya terbalik sampai putihnya saja yang kelihatan.
“Okhh.. Enaknya.. Luar biasa.. Ayo.. Mas.. Ambil. Ambil semuanya. Akh.. Puaskan aku. Jangan sisakan sedikitpun.. Sampai nggak bisa bangun.. Akhh” erangnya mulai memutar pinggulnya.
Kuputar putar pantatku yang membuat penisku memutar didalam vaginanya dan tekananku tetap kuat walau sudah amblas semuanya ditelan vaginanya. Rupanya kontolku menabrak semua urat syaraf yang ada di liang vaginanya yang membuatnya kenikmatan.
“Enak banget Mas.. Kamu apain siih..?” tanyanya sambil mengerang.
Kedua tanganku dengan ketat membetot kedua susunya. Bibirku menyedot bibirnya dan kadang dengan gemas menyedot puting susunya. Dan pantatku tetap dengan kuat menekan vaginanya dengan berputar saja tanpa mengocoknya. Dengan cara begitu rupanya dia senang. Akhirnya kurasakan siraman hangat di kepala penisku. Ternyata dia sudah keluar dengan jurus pembuka ini.
“Akhh.. Mas.. Aku keluar..” katanya dengan kedua pahanya mengunci pinggangku dengan kuatnya sampai akhirnya kurasakan melemas dan jatuh terlentang di tempat tidur.
Aku yang masih belum apa-apa menarik tubuhnya ke tepi tempat tidur. Setengah badannya ditempat tidur, sementara tepat pantatnya mengganjal di sudut tempat tidur dengan kaki menjuntai ke bawah. Oh indahnya vaginanya menggembung menantang. Garis belahan vaginanya dari atas sampai kebawah memanjang membelah dua bibir yang menggembung itu. Kuusap-usap lagi dengan jari tengahku mengikuti belahan vagina tersebut. Saat kulihat dia siap, kurarahkan batang kontolku ke lubang vaginanya.
“Oohh.. Mas.. Ampun.. Masshh.. Biarlah aku jadi budakmu, asal kau bayar dengan kontolmu..” katanya memasrahkan diri saking nikmatnya.
“Makan semuanya.. Akhh.. Ambil.. Ambil vaginaku.. Mas..” katanya terputus-putus karena hentakan pantatku sangat cepat.
Seperti piston begitu penisku keluar masuk vaginanya sambil mengeluarkan suara berdecak-decak membuat badannya terlonjak-lonjak di tempat tidur. Kedua tangannya mencengkram kasur dan dia berusaha menegakkan kepalanya melihat keluar masuknya kontolku di vaginanya. Wajahnya seperti mau menangis padahal karena merasakan nikmat yang belum pernah dia dapatkan.
Tak berapa lama kemabali kurasakan kepala kontolku disiram cairan hangat di dalam vaginanya.
“Akhh.. Aku keluar lagi Mas.. Kau hebat.. Belum apa-apa” katanya memuji karena beroleh kepuasan yang luar biasa.
Sebenarnya aku telah dipuncak gairah, tapi karena timingnya nggak tepat agar bersamaan keluar, akhirnya kukendorkan lagi, biarlah dia orgasme berikutnya agar kami sama-sama keluar, pikirku. Masih setengah badannya di tempat tidur, kubalikkan tubuhnya sehingga pantatnya tertungging dan kaki tertekuk ke bawah sementara buah dadanya tergencet tubuhnya dengan tempat tidur.
Posisi ini sangat menantang, pantatnya bulat padat berisi dengan gundukan vaginanya terjepit di batang pahanya yang padat. Klitorisnya mengintip di celah vaginanya yang terjepit itu dengan genit. Dengan dua tangan kubuka bongkahan pantatnya dan agak menekan sehingga vaginanya keluar dari persembunyiannya. Lubang vaginanya langsung mencuat ke atas mengundang batang zakarku untuk memasukinya.
Kutempelkan kepala penisku tepat di lubang vaginanya, lalu kutekan yang diiringi desisan yang keluar dari mulut kami berdua. Bless.. Bless.. Suara batang zakarku menelusuri liang vaginanya yang becek.
“Aukh.. Nikmat..” erangnya.
Kutekan terus pantatku sampai amblas semua batang zakarku. Kemudian kususupkan tanganku meraih susunya yang tergencet tempat tidur. Setelah kubetot dua-duanya, kuciumi sebentar punggungnya dan tengkuknya. Perlahan kugoyayang pantatku sehingga penisku keluar masuk vaginanya. Kuhentak-hentakkan pantatku sambil memeluknya dengan kuat.
Terus kupercepat kocokan penisku di vaginanya yang banjir. Sebenarnya tadi dia mau membersihkannya, tapi kularang, biar bunyi, kataku. Sepertinya dia sudah semakin puncak, pantatnya semakin dia tunggingkan menyambut sodokan penisku.
“Ayohh.. Jantanku.. Semakin kuat.. Ayoh.. Puaskan aku.” katanya sangat bergairah.
“Aku janji akan memberi apa yang kamu mau asal yang satu ini selalu tersedia untukku,” katanya lagi semakin ngawur.
Memang kalau orang menemukan sesuatu yang membuatnya bahagia, akan bertekuk lutut di hadapannya. Kurasakan waktuku sudah dekat, kupercepat kocokan penisku di vaginanya, semakin cepat, cepat, dan tiba-tiba kutangkap kuat buah dadanya dan mendekapkan dadaku ke punggungnya, sementara tangannya menangkap pantatku dan mengangkat kepalanya. Sodokan terakhir kuhentak sekuat-kuatnya yang disambut dengan tunggingan pantatnya dan..
“Akhh.. Aku keluar.. Sayang.. Akh. Akh..” erangku melepas spermaku yang muncrat kuat memenuhi rahimnya sampai terasa banjir di seluruh liang vaginanya.
“Okh.. Enaknya..” katanya mengakhiri sisa-sisa orgasmenya.
“Akh.. Sungguh kamu luar biasa Mas..” katanya dengan ekspresi lega di wajahnya.
Sementara penisku masih tertancap di vaginanya dan tubuhku masih menindih tubuhnya yang tengkurap. Setelah kami tenang, kucoba mencabut penisku dari jepitan veginanya yang masih terasa kuat menjepit. Bunyi plok, terdengar katika kepala penisku tercabut dari lubang vaginanya. Kami merubah posisi rebahan di tempat tidur dengan kepalanya bersandar di dadaku.
“Makasih ya ma, belum pernah aku merasa sepuas ini,” katanya bahagia.
“Emangnya suamimu gimana?” tanyaku mencoba menyelidiki.
“Sebenarnya aku nggak mau kita membicarakan itu, cukup kita berdua saja,” Katanya.
“Oke, nggak apa-apa” kataku.
Demikianlah dari siang sampai sore kami melakukannya seolah tidak pernah puas. Benar permintaannya terpenuhi. Jadilah lemas semua badannya ketika pulang tetapi membawa sejuta kenikmatan.
*****
Setelah seminggu kemudian tiba-tiba suatu hari yang masih pagi dia menelponku dan menyuruhku datang ke sebuah kamar hotel. Dan disana dia kudapati dengan wajah yang siap menerkam. Dia dengan cepat menarikku masuk dan langsung menanggalkan semua pakaianku sampai aku kelabakan. Dengan sigap dia menangkap kontolku dan langsung mengocoknya dengan kasar sampai aku merasa sedikit kesakitan. Dengan lahap dikulumnya dan berusaha memasukkan semua ke dalam mulutnya. Karena dipaksakan membuat dia tersedak dan mau muntah dengan air mata yang keluar.
“Jangan buru-buru, aku akan memuaskanmu, tenang saja,” kataku.
“Kirain bisa masuk semua, sudah sampai di tenggorokanku belum masuk juga,” katanya.
Kubuka semua pakaiannya dan kuladeni kemauannya. Dengan agak kasar kuremas dan kusedot susunya sampai dia menjerit-jerit. Puas dengan itu kuangkat dia ke tempat tidur dan kutarik roknya dan celana dalamnya dengan paksa.
Tidak terlalu basah vaginanya kumasukkan kontolku. Karena vaginanya belum begitu mengembang membuat kontolku agak sulit saat masuk. Tapi karena kutau itu yang dia inginkan, kugenjot-genjot vaginanya dengan keras sampai kontolku masuk dengan paksa ke vaginanya.
“Wowww.. Owww..” erangnya dengan tubuh terlonjak-lonjak dan dia semakin binal saja mengimbangi permainanku.
“Ayo.. Aku mau yang cepat.. Ayoo.. Lebih keras.. Hancurkan.. Saja.. Robek punyaku.. Ayohh..” dia semakin meracau ditengah peramainan kami yang sangat cepat.
Sebentar-bentar kuganti-ganti posisi, kuputar-putar tubuhnya, kadang tengkurap kadang terlentang, karena ini memang short time, dengan hentakan penuh tenaga, kuhentakkan pantatku yang membuat penisku merobek vaginanya dan kakinya langsung mencengkram pinggangku tak kalah kuatnya.
Kedua lenganku yang besar memeluk tubuhnya sehingga dada kami merapat. Dengan hentakan penisku ke dalam vaginanya yang kuat, lenganku memeluk tubuhnya dengan kuat dan kakinya menjepit pinggangku menyertai semburan spermaku di liang vaginanya dan juga semburan cairannya menyiram kepala penisku di liang vaginanya.
“Akhh.. Aku keluar.. Akhh..”erangnya.”nikmatnya.. Kontolmu.. Biarkan saja kontolmu tertanam terus di vaginaku, biar saja begini samapai mati,” katanya semakin kacau.
Dengan tempo tinggi dan waktu singkat kami memperoleh orgasme kami yang sangat luar biasa. Ternyata cara-cara spontan seperti ini menimbulkan nikmat yang luar biasa, sungguh sangat nikmat. Setelah tenang kucoba menyelidiki kenapa dia berubah buas begini.
“Ada apa Mbak, kok tiba-tiba saja..” tanyaku.
“Kesal dengan suamiku tadi subuh. Tiba-tiba dia nafsu dan langsung memompaku, saat aku baru mulai on, eh, tiba-tiba dia keluar,” katanya kali ini mau terus terang.
“Kan bisa diulang lagi?” kataku.
“Emangnya seperti kamu? Dia itu sudah keluar langsung mati, belum lagi keluarnya cepat,” katanya, “Makanya sudah lama aku tidak merasakan orgasme karena dia tidak pernah memikirkan apa yang kuharapkan. Untung aku bertemu dengan mu”
“Padahal suamiku tinggi tegap dan tampan lagi, ternyata bukan ukuran di ranjang,” katanya lagi.
Seperti dugaanku, nggak mungkin suami Mbak Diana sembarangan, pasti tampan seimbang dengan keanggunan Mbak Diana sendiri, tapi sayang, di tempat tidur payah.
Akhirnya seharian itu kami bersenggama dengan berbagai posisi dan kukerahkan semua teknik bercinta yang ada di dalam diriku untuk menaklukkannya. Mbak Diana benar-benar memanfaatkan kesempatan itu membalas hasrat yang tadi subuh tergantung dengan suaminya. Ternyata perempuan bisa berubah jadi monster bila nafsunya sudah dipuncak dan tidak tuntas. Oh, pengalaman yang luar biasa dengan wanita yang luar biasa pula yang sebelumnya tidak kusangka sama sekali bisa kusentuh apalagi kusetubuhi.