Aku adalah seorang pria berusia 17 tahun. Aku
bersekolah di sebuah sekolah swasta yang cukup terkenal di kotaku. Aku
tidak terlalu tinggi, tapi tidak juga terlalu pendek, kulitku kuning
kecoklatan dan rambutku sedikit cepak di bagian belakang dan samping.
Saat ini aku sudah mempunyai pacar, lumayan cantik, kulitnya putih,
rambutnya sebahu, namanya Vania. Dia keturunan Chinese dan ada sedikit
petualanganku dengannya. Tapi itu cerita lain, saat ini aku akan
bercerita sedikit tentang pengalamanku, kusebut saja, "Petualangan
Mengejar Mimpi".
Sore-sore sekali aku baru bangun dari tidur siangku. Maklum,
kemarin malam aku begadang dan baru tidur sekitar jam 3 subuh, itupun
hanya 2 atau 3 jam saja, karena paginya aku harus mengantar ibuku untuk
menjemput saudaraku dari Tasikmalaya. Aku sedikit malas, tapi aku
memaksakan diri untuk pergi ke stasiun. Saudaraku itu mungkin setingkat
dengan bibiku, tapi dia masih sangat muda, hanya terpaut sekitar 3 atau
4 tahun denganku. Sebut saja namanya Sri.
Dia pernah tinggal di rumahku sekitar 1 tahun untuk mengambil
program Diploma 1, dan aku sering juga tergiur oleh tubuhnya yang
sintal dan padat. Itu tidak aneh, karena dia memang menekuni olahraga,
khususnya basket. Dia sedikit lebih tinggi dari aku, dan parasnya cukup
menawan. Sri sepertinya sudah lama tahu kalau aku mengincarnya, tapi
selama ini belum pernah dia memberikan respon baik positif maupun
negatif. Setengah tahun yang lalu dia pulang ke kotanya untuk menjenguk
orangtuanya, dan sekarang dia kembali ke kotaku untuk mencari
pekerjaan.
Oke, kita kembali ke jalan cerita. Malam harinya aku berniat untuk
langsung tidur karena masih sedikit ngantuk. Tapi aku sempat mengintip
sedikit ke kamar Sri, dan kulihat dia sedang membereskan pakaiannya.
Dari jumlah pakaiannya, aku tahu dia akan lama diam di rumahku. Aku
senang juga, siapa tahu saja ada kesempatan untuk mengintipnya mandi,
atau bahkan sedikit menyentuhnya. Sekitar pukul 20:00 aku sudah
terlelap dan aku sudah tidak ingat lagi apayang terjadi di sekitarku,
yang aku tahu hanya nikmatnya bantal dan guling di ranjangku.
Aku bangun sekitar pukul 04:00 pagi, aku sudah kebelet ingin buang
air kecil. Segera aku berjalan menuju kamar mandi, dan aku sangat
terkejut. Kulihat pintu kamar mandi sedikit terbuka, rupanya tidak
ditutup atau mungkin lupa ditutup. Kutengok ke dalam dan kulihat Sri
ada di dalam. Aku benar-benar terangsang melihat pemandangan indah yang
ada di depanku. Entahdia sedang terangsang atau apa, yang jelas kulihat
Sri yang masih memakai pakaian tidur tipisnya, dia meremas-remas
dadanya di bawah guyuran shower yang membuat tubuhnya yang basah
tercetak jelas di balik baju tidurnya. Ternyata Sri tidak mengenakan
bra.
Aku tidak tahan lagi, entah kenapa aku jadi sangat berani, aku
masuk ke dalam karena pintunya tidak dikunci. Sri kaget setengah mati,
dan segera menutupi dadanya dengan kedua tangannya. Aku pura-pura
tenang, dan segera menghadap kloset, dan kubuka celanaku. Kukeluarkan
batang kemaluanku dari celana dalamku, dan aku segera kencing di depan
Sri.
Sri sendiri sepertinya kagum juga melihat batang kemaluanku yang
hampir mencapai ukuran maksimal. Dia memperhatikan sambil sedikit
malu-malu. Ketika kulihat wajahnya, Sri memalingkan wajah dan hendak
keluar dari kamar mandi. Kontan saja aku meloncat, dengan batang
kemaluan yang masih mengeluarkan air kencing, kupeluk Sri dari
belakang.
Sri pasrah, sepertinya dia juga tidak menolak ajakanku. Aku
mengunci pintu sambil terus memeluknya, dan setelah pintu kukunci,
kubuka pakaianku, juga celana dalamku yang basah karena terkencingi.
Sri sendiri tidak melawan, dia membiarkan kedua tanganku meremas
dadanya yang kencang dan berisi dengan liar.
Aku sedikit bosan dengan permainan itu, karena itu segera tanganku
menjalar menuju bawah, ke bagian pahanya, dan kemudian hinggap tepat di
sela-sela kakinya. Tangan kiriku yang masih meremas dada Sri segera
bergerak cekatan, menyingkapkan pakaian tidurnya yang basah. Tangan
kananku belum banyak bekerja, hanya bergerak turun naik mengelus-elus
pahanya.
Sri masih terdiam memejamkan mata ketika kulepaskan pakaian
tidurnya. Dia kini hanya memakai celana dalam, itupun tidak bisa
dibilang menutupi tubuhnya karena celana dalam itu sangat tipis dan
basah, sehingga terlihat bulu-bulu halus di sekitar sela-sela pahanya
yang putih mulus. Kuremas sekali lagi dadanya yang kiri dan kanan
bergantian.
Sri tiba-tiba melonjak kaget ketika jari tangan kananku menyentuh
bagian luar liang kemaluannya yang basah berlendir. Aku memeluknya
lebih erat, Sri sedikit berontak, tapi itu tidak menyulitkanku.
Kugerakkan perlahan jari tengahku menyusup di balik celana dalamnya.
Kugerakkan naik turun menggosok permukaan liang kemaluannya yang
semakin basah.
Sekitar 5 menit kemudian, kuhentikan permainanku. Sri membalikkan
badannya, dadanya naik turun dan nafasnya tidak beraturan. Terlihat
sekali kalau dia sangat menikmati permainaku. Kucium belahan dadanya,
lalu kujilat puting susunya, kumainkan lidahku di sana dan kurasakan
nafas Sri semakin memburu tepat di atas ubun-ubunku. Kujilat puting
susu kanannya, sedangkan tangan kiriku meremas dada kirinya. Aku
menyukai kedua susunya yang mantap itu, dan sekali-sekali kuhisap
putingnya dan Sri selalu mendesah panjang ketika itu kulakukan.
Tangan kananku bergerak ke bawah, mencoba membuka celana dalam Sri
dari sela-sela kakinya. Kali ini Sri tidak melawan, dia membuka sedikit
kakinya dan itu membuatku mudah mendorong celana dalamnya hingga
lututnya yang kemudian merosot hingga lepas. Kembali tangan kananku
menuju selangkangan kakinya, dan dengan jari tengahku kuusap lembut
permukaan liang kemaluannya yang semakin basah.
Jari telunjuk dan jari manisku kugunakan untuk membuka liang
kemaluannya lebih lebar, sedangkan jari tengahku menggosok-gosok bagian
tengahnya yang hangat dan berlendir perlahan. Sri mengerang perlahan
sambil berusaha mengatur nafasnya yang semakin memburu. Itu tidak
berlangsung lama karena beberapa saat kemudian tubuh Sri menggelinjang
hebat seperti kehilangan keseimbangan. Kulemaskan liang kemaluan dan
dadanya, dan kupeluk dia mencegah dia jatuh. Sri merapatkan tubuhnya
dan memelukku dengan erat sambil bergoncang-goncang. Nafasnya
memburukeras, kemudian kembali melemah setelah beberapa saat. Aku tahu
Sri sudah mencapai puncak, dan ini harus kumanfaatkan.
Setelah Sri bisa berdiri dengan tegap lagi, kembali tangan kananku
menuju selangkangannya. Kali ini jari tengahku tidak hanya
menggosok-gosok liang kemaluannya, tapi mulai menekan masuk ke dalam.
Liang kemaluannya sudah sangat basah, dan terasa lendirnya membasahi
jariku. Kurapatkan keempat jariku, dan dengan posisi menggenggam,
kutekan liang kemaluannya dari bawah sedangkan ibu jariku menekan dari
atas. Lendir segera mengalir ke telapak tanganku, setelah kurasa cukup,
kugunakan lendir itu untuk melumuri batang kemaluanku yang sudah sangat
tegang. Lendirnya cukupbanyak sehingga batang kemaluanku sudah
seluruhnya basah dan licin. Kukocok beberapa kali untukmemastikan
lendirnya merata, lalu kembali mengelus liang kemaluan Sri.
Sri sendiri tidak banyak bergerak, dia hanya berdiri sambil
memejamkan mata dan menyandarkan tubuhnya ke dinding. Sesekali mulutnya
terbuka, tapi dia tidak bersuara. Jari-jariku semakin rajin mengelus
liang kemaluannya, dan ketika kutemukan lubang kemaluannya, kutekan
jari tengahku ke dalam sehingga seluruhnya masuk ke dalam. Sri mendesah
panjang, dan kurasakan jariku seperti di pijit-pijit di dalam.
Kugerakkan jariku keluar masuk, dan sesekali kutekandinding liang
kemaluannya yang terus menekan jari-jariku. Aku tidak tahan lagi,
kupeluk Sri dari depan, dan kuarahkan kepala batang kemaluanku ke
bagian liang kemaluannya, kugosok-gosokkan perlahan, dan begitu
kutemukan lubang kemaluannya, kuangkat pinggulku sedikit sehingga
kepala batang kemaluanku masuk ke dalam.
Sri mendesah sambil memelukku lebih erat. Kugoyang-goyangkan
pinggulku tapi tidak kutekan lagi. Sri sepertinya sudah sangat
terangsang, dia berbisik di telingaku, "Masukkan.. masukkan sekarang,
kumohon, ah.." Aku tahu Sri sudah tidak sabar, begitu pula aku. Sekali
lagi kuangkat pinggulku ke atas dengan sedikit menghentak, dan sekitar
setengah batang kemaluanku masuk kedalam. Sri mendesah panjang dan
kurasakan batang kemaluanku basah oleh lendir. Rasanya hangat dan
nikmat karena dinding liang kemaluannya memijit-mijit seperti menghisap
batang kemaluanku ke dalam. Kupeluk pinggang Sri, dan dengan segera Sri
mengangkat kedua kakinya ke pinggangku. Tangannya memeluk leherku dan
kakinya melilit di pantatku. Kutekan tubuhnya ke tembok, dan dengan
sekali hentak batang kemaluanku seluruhnya amblas. Sri mengerang
perlahan, kemudian berdesah panjang.
Kuhentak-hentakkan pinggulku, dan setiap kali kuhentak, dada Sri
mengguncang-guncang tepat di depan wajahku. Kembali kujilat pentilnya
yang sudah keras menantang. Aku tak sengaja melirik arlojiku, dan
kulihat sudah pukul setengah lima. Aku tidak ingin ada yang
mengetahuinya, karena itu aku segera membaringkan tubuh Sri di lantai.
Tentu saja batang kemaluanku masih di dalam liang kemaluannya, dan
segera kutindih tubuhnya. Kukocok liang kemaluannya, dan Sri
berdesah-desah keenakan. Semakin lama kocokanku semakin kencang, dan
desahan Sri yang tadi perlahan kini berubah menjadi jeritan-jeritan
kecil. Sekitar 5 menit kemudian, kurasakan batang kemaluanku panas, aku
akan segera mencapai puncak, dan kupercepat kocokanku. Sri sendiri
semakin liar menggeinjang. Sri kemudian menggelinjang hebat, aku tahu
dia sudah mencapai klimaks, karena itu kupercepat kocokanku, semakin
cepat dan terus bertambah cepat.
Sri menjerit-jerit tertahan, dan ketika hampir puncak, kutarik
batang kemaluanku dari liang kemaluannya dan aku segera merangkak maju,
kusimpan batang kemaluanku di belahan dada Sri.Sri sepertinya mengerti,
dan langsung menekan dadanya ke tengah, menjepit batang kemaluanku. Aku
bergerak-gerak seperti mengocok liang kemaluannya, tapi kali ini di
dadanya. Ternyata tidak kalah nikmatnya, dan tidak lama kemudian batang
kemaluanku semakin panas, dan.. "Crot.. crot.. crot.." Aku berdesah,
dan maniku menyembur ke muka dan dada Sri. Tidak lama, aku segera
membantu Sri berdiri, dan setelah membersihkan batang kemaluanku,
kubuka pintu kamar mandi, setelah kutengok ke luar, tidak ada
siapa-siapa, aku segera keluar, tapi akutersandung dan terjatuh.
"Aduh.." aku mengeluh sakit, tapi ketika kubuka mataku, "Lho.." aku
benar-benar kaget, ternyata aku jatuh dari ranjangku. Aku baru sadar
kalau semua itu hanyalah mimpi, aku tersenyum sambil mengusap kakiku
yang sedikit memar. Kulihat arlojiku, pukul 04:00 tepat, aku kebelet,
dan segera menuju kamar mandi, tapi sampai di sana, aku terkejut
setengah mati, aku sedikit tidak percaya, lalu kugosok mataku dengan
kencang, lalu aku membuka mataku lagi, kulihat Sri sedang meremas-remas
dadanya di bawah guyuran shower dengan pakaian tidur tipisnya yang
sudah basah.
Aku terkejut setengah mati, apa mimpi itu jadi kenyataan? aku tidak
peduli, aku segera masuk kedalam, yang ada di dalam pikiranku hanyalah
keinginan untuk menikmati tubuh Sri, seperti yang kualami dalam
mimpiku. Aku sudah bertekad untuk mengejar mimpiku itu, dan untuk
mewujudkan mimpiku, aku tidak peduli resikonya, paling-paling aku jatuh
tersandung dan kakiku memar seperti dalam mimpiku. Sekarang yang
penting kunikmati tubuh Sri, he..he..he..!