Ini merupakan kisah lain dari Helena (dalam
cerita "Aku Tidak Mau.. Tapi Aku Menikmatinya). Karena kebebasan yang
diberikan suami dan kebutuhan seks yang besar serta mungkin juga karena
rasa terlalu percaya kepada orang lain, akhirnya membuat kehidupan
Helena menjadi serba ketakutan. Helena terjebak dalam satu kegiatan
tindak pemerasan.
Kasus ini sempat jadi berita besar di salah satu harian ternama
Jakarta pada awal bulan Oktober tahun ini, dan kasusnya masih dalam
penyelidikan pihak kepolisian sampai dengan detik saat cerita ini saya
buat. Merupakan suatu kehormatan yang sangat besar buat saya karena
Helena, sang pelaku korban sendiri, mau membagi kisahnya untuk saya
reka jadi sebuah cerita..
*****
Berawal sejak sekitar enam bulan yang lalu, saat secara tidak
sengaja Helena, saat ini 30 tahun, berkenalan dengan Dewi, wanita
berusia sekitar 45 tahunan di satu Mall di Jakarta Utara. Sejak itu
Helena sering diajak berkumpul dengan teman-teman Dewi di satu
apartemen di Jakarta Utara pula entah untuk arisan, senam, atau untuk
sekedar mengobrol.
Helena mengira bahwa group tersebut adalah perkumpulan biasa dari
para ibu kelas atas yang dilakukan sekedar untuk mengisi waktu. Mereka
berjumlah sekitar 7 orang, rata-rata berumur 45 sampai 50 tahunan.
Sampai pada suatu hari..
"Eh, Helena.. Nanti siang kita akan kedatangan tamu istimewa", kata Dewi.
"Tamu istimewa apa? Siapa?", kata Helena polos.
"Kamu lihat saja nanti, kamu pasti suka..", kata Ratna, orang yang dianggap ketua dari group tersebut.
"Apalagi kamu selalu berpakaian seksi begitu..", kata Dewi sambil menatap penampilanku dari atas sampai bawah.
Saat itu, sesuai dengan tingkat kehidupan Helena yang dari kalangan
atas, penampilan Helena selalu seksi dan glamour. Dengan memakai baju
terusan katun sebatas paha, 20 cm di atas lutut hingga membuat Helena
tampak seksi menggairahkan.
"Nah itu dia datang!", teriak Ratna ketika mendengar bel di pintu
berbunyi. Ratna segera bergegas membuka pintu apartemen dan
mempersilakan tamunya masuk.
"Hallo semua.. Saya datang tepat waktu kan? Tepat jam 11.00..", kata Ronny, lelaki itu, sambil melihat arlojinya.
"Tenang saja, Pak Ronny.. Anda datang kapan pun, kita selalu welcome..", kata Dewi sambil tertawa dan melirik Helena.
"O iya, Pak.. Kenalkan ini Helena..", kata Dewi memperkenalkan Helena.
"O ini Helena..?", kata Ronny sepertinya sudah tidak asing mendengar nama Helena.
"Ya, saya Helena", kata Helena sambil menyodorkan tangannya untuk bersalaman.
"Saya Ronny. Anda sangat cantik sekali..", kata Ronny sambil menyambut tangan Helena.
"Terima kasih..", kata Helena sambil tersenyum lalu segera melepaskan tangannya dari genggaman Ronny yang sangat erat.
"Hei! Jangan pada berdiri. Mari sini Pak, sudah saya sediakan
semua..", kata Ratna sambil tersenyum kepada Ronny, pria dandy yang
berusia sekitar 50 tahun itu.
Mereka segera berpindah ke ruangan lain dimana Helena bisa melihat
bahwa di meja sudah tersedia beberapa botol minuman keras serta
beberapa bungkus kecil benda berbentuk bubuk putih beserta alat hisap
serta sebuah jarum suntik.
"Naahh! Ini baru asyik!", kata Ronny senang.
"Ayo kita have fun!", ajak Ronny.
"Ayo!", kata Ratna.
Akhirnya Ronny, Dewi dan Ratna duduk bersama dan segera menikmati
semua yang telah tersedia. Sementara Helena karena merasa tidak
terbiasa, segera pamit ke ruangan lain dan menonton televisi. Terdengar
oleh Helena sesekali mereka menyebut-nyebut namanya, entah membicarakan
apa karena tidak jelas.
"Helena sayang, bisa minta tolong ambilin kue di kulkas nggak?", terdengar suara Dewi meminta bantuan.
"Iya, sebentar aku ambilkan!", teriak Helena sambil bangkit lalu
pergi menuju dapur. Helena segera membuka kulkas lalu mengeluarkan kue
untuk dipotong-potong. Helena tak mengetahui kalau Ronny sudah berada
di belakangnya.
"Tubuh anda mulus sekali..", bisik Ronny sambil meraba punggung Helena yang terbuka.
"Ya Tuhan! Anda bikin kaget saya saja..", teriak Helena. Ngapain sih ini orang? Kurang ajar amat!, umpat Helena dalam hati.
"Tak sangka anda begitu montok dan menggairahkan walau sudah punya
anak..", kata Ronny lagi sambil meremas pantat Helena. Bahkan tangannya
berani menelusuri lekukan belahan pantat Helena.
"Hei! Anda jangan kurang ajar begini! Saya tidak suka!", bentak Helena lalu pergi meninggalkan Ronny. Ronny hanya tersenyum..
"Kurang ajar tuh orang!!", teriak Helena sambil cemberut.
"Kenapa sih, Helena?", kata Dewi sambil tersenyum.
"Gila tuh orang! Pegang-pegang tubuh, remas-remas pantat otang seenaknya?", kata Helena.
"Yee, harusnya kamu bangga dong.. Artinya kamu sangat menarik loh..", kata Dewi lagi sambil menuang minuman ke gelas.
"Nih, minum dulu biar agak enakan..", kata Dewi sambil menyodorkan gelas itu ke Helena.
"Sebel aku dengan orang itu..", kata Helena sambil meneguk minuman tersebut.
"Sudahlah, sayang.. Biarkan saja dia..", kata Dewi sambil menambahkan minuman ke gelas Helena.
Helena kembali meneguk minumannya sampai habis, lalu bangkit dan
segera menuju kamar dengan maksud memisahkan diri dari mereka. Tapi
setibanya di kamar, Helena merasakan tubuhnya dingin dan penglihatannya
kabur. Badannya limbung. Helena heran karena tidak mungkin dia mabuk
dengan minum beralkohol sejumlah yang dia minum tadi. Helena segera
keluar dan menuju ruang tamu dengan niat akan berpamitan pulang karena
merasa tidak enak badan.
"Aku mau pulang, Wi..", kata Helena dengan tubuh berdiri limbung.
"Mau kemana, sayang.. Di sini aja dulu..", kata Ratna sambil menarik tangan Helena hingga terduduk diapit tubuh Ratna dan Ronny.
"Lagian barusan Pak Ronny mengajukan tawaran bisnis yang banyak
menguntungkan buat kita..", kata Ratna lalu dengan panjang lebar
menceritakan tawaran bisnis yang menggoda iman Helena.
"Gimana sayang? Kamu mau ikut?", tanya Ratna.
"Kalau begitu sih aku ikut..", kata Helena dengan mata sayu.
"Well done.. Kalau begitu kita rayakan deal bisnis kita..", kata
Ronny sambil merangkul dan menyodorkan gelas minuman kecil kepada
Helena.
Helena mengambil dan meneguknya sebagai rasa penghormatan. Rasanya manis sedikit asam.
"Aduh, kenapa aku jadi tidak enak badan begini?", kata Helena tak lama berselang.
"Aku ke dapur dulu..", kata Helena lalu bangkit dan berjalan sempoyongan menuju dapur untuk minum air putih.
"Hei!!", jerit Helena ketika dia merasakan ada tangan yang mendekapnya dari belakang.
"Lepaskan aku..", suara Helena lemah.
"Tenang saja sayang.. Nikmati yang ada..", terdengar suara Ronny
sambil menciumi pundak dan tengkuk Helena, sementara tangannya meremas
buah dada Helena. Terasa oleh Helena celana bagian depan Ronny sudah
menggembung keras mendesak-desak pantatnya.
"Ohh.. Lepass.. kann..", jerit Helena lirih sembari agak berontak
untuk melepaskan remasan tangan Ronny pada buah dada dan pantatnya.
Akibat pemberontakan tersebut tak sengaja tangan Ronny menyentuh dan
menarik tali baju Helena hingga terlepas merosot ke lantai.
"Sudahlah sayang.. Nikmati saja surga dunia ini..", terdengar
suara Dewi, kemudian tertawa ketika melihat kondisi Helena. Ratna juga
ikut mentertawakan sambil memegang kamera digital, sesekali Ratna
mengambil gambar Helena dan Ronny.
"Aku mau pull.. pullangg..", jerit Helena sambil berusaha lari ke kamar dalam keadaan setengah telanjang sempoyongan.
Tapi di tengah ruangan tubuhnya ambruk ke lantai. Ronny dan Dewi
segera memapah tubuh Helena ke kamar dan dibaringkannya di ranjang.
Dewi dan Ratna segera menjauh dari ranjang, sedangkan Ronny dengan
bernafsu melepas semua pakaian dalam Helena, lalu kemudian melepas
semua pakaiannya sendiri.
"Ohh.. Jangaann..", jerit lirih Helena ketika mulut dan lidah Ronny
menciumi dan menjilati buah dada seta puting susunya. Sementara tangan
Ronny turun meraba dan menggosok-gosok memek Helena.
"Ohh.. Le.. Le.. Lepasskann..", desah Helena ingin berontak di sela-sela kenikmatan yang mulai dirasakannya.
"Ooww.. Ohh..", desah Helena keras ketika mulut Ronny turun ke
perut lalu dengan liar lidahnya menjilati belahan memek Helena. Entah
karena pengaruh minuman yang diminum, entah karena libido Helena yang
terbilang tinggi, perasaan ingin berontak yang tadi ada lama-lama
hilang diganti dengan kenikmatan atas perlakuan Ronny atas dirinya.
"Ohh.. Ohh.. Oohh!", tubuh Helena berguncang keras ketika terasa
ada cairan hangat yang menyembur di dalam memeknya disertai rasa nikmat
yang luar biasa seiring jilatan lidah Ronny pada kelentitnya yang liar.
"Nikmat sayang?", tanya Ronny sambil bangkit berdiri lalu menindih tubuh Helena.
Helena sudah tidak mampu menjawab pertanyaan Ronny karena pikiran
dan perasaannya telah penuh dipengaruhi alkohol yang diminumnya. Yang
dirasakan Helena adalah rasa melayang dan gairah yang menggebu untuk
bersetubuh. Sekilas mata Helena melihat Dewi dan Ratna berdiri tak jauh
dari ranjang sambil tertawa dan memotret dirinya serta Ronny.
"Oww.. Enak sekali sayang..", desah Helena antara sadar dan tidak
ketika terasa kontol Ronny yang tegang dan tegak telah keluar masuk
memeknya.
"Kamu sudah punya anak tapi jepitan memekmu enak sekali..", kata
Ronny dengan nada berat seiring pompaan kontolnya di memek Helena.
Entah sudah berapa lama kali Helena berganti posisi dan entah sudah
berapa kali pula Helena mendapatkan orgasme. Helena sudah tidak ingat
sama sekali. Yang terasa olehnya hanya rasa nikmat disetubuhi Ronny.
"Ohh..! Mmhh..!", hanya desahan demi desahan yang keluar dari mulut
Helena beserta geliat tubuhnya ketika menikmati rasa yang teramat
nikmat seiring keluar masuknya kontol Ronny di memeknya.
"Ohh! Fuck you girl! Fuck you!", kata Ronny sembari mempercepat
pompaan kontolnya ketika sudah terasa sesuatu yang mendesak akan keluar
dari kontolnya.
"Ohh..!!", suara Ronny terdengar berat.
Setelah mempercepat gerakan kontolnya, dengan cepat pula Ronny
mencabut kontolnya dari memek Helena lalu dikangkanginya wajah Helena.
Crott! Croott! Croott! Air mani Ronny tumpah menyembur banyak di wajah
Helena yang terpejam antara sadar dan tidak.
"Mm..", hanya suara itu yang keluar dari mulut Helena, lalu tertidur kelelahan.
Malamnya sekitar jam 19.00 Helena terbangun dalam kondisi tubuh
telanjang. Tercium aroma khas sperma di ruangan itu. Di lantai terlihat
satu kondom bekas pakai yang telah penuh dengan air mani. Juga terdapat
bekas pembungkus Viagra di dekatnya.
"Ya Tuhan.. Apa yang terjadi padaku?", batin Helena sambil meraba
wajahnya yang banyak ditumpahi air mani yang hampir kering, juga di
perut dan di sekitar memeknya banyak terdapat bekas cipratan air mani
yang telah mengering..
"Sudah bangun kamu?", terdengar suara Dewi mengagetkan Helena.
"Apa yang terjadi padaku, Wi..?", tanya Helena lemah sambil bangkit dan duduk di pinggir ranjang.
"Kamu ternyata hypersex juga, sayang..", kata Dewi sambil duduk di samping tubuh telanjang Helena.
"Kamu kuat melayani Ronny sampai beberapa ronde, beberapa jam non stop..", kata Dewi lagi.
"Udah bangun, Helena?", tanya Ratna yang baru masuk kamar.
"Welcome to the club, honey..", kata Ratna sambil tersenyum penuh arti kepada Helena.
"Apa?", tanya Helena.
"Ini tadi uang yang diberikan Ronny buat kamu..", kata Ratna sambil
melemparkan segepok uang ke pangkuan Helena yang masih telanjang.
"Itu empat juta setengah.. Buat kamu..", kata Ratna.
"Aku.. Aku tidak mau.. Aku bukan pelacur!", kata Helena sambil menatap Ratna.
"Terima saja sayang.. Dan mulai sekarang kamu harus menuruti
perintah kami untuk melayani laki-laki yang kami tunjuk..", kata Ratna
tegas.
"Kenapa?!", tanya Helena dengan hati berdebar.
"Karena semua sudah aku rekam..", kata Ratna sambil memperlihatkan kamera digital.
"Kalau kamu menolak, maka foto-fotomu akan sampai ke tangan suamimu..", kata Ratna tegas.
"Ya Tuhan..", Helena langsung menutupi wajahnya dengan kedua tangan.
"Sudahlah sayang.. Lagian nanti kamu juga akan mendapat komisi kok..", kata Dewi sambil mengusap rambut Helena.
"Ratna, aku minta berikan chip foto-fotoku itu.. Please..", kata Helena memelas.
"Tidak! Ini adalah hidupmu. Aku telah memegang hidupmu..", kata Ratna tegas.
"Aku bayar berapa pun kamu mau, asal kemarikan chip itu..", kata
Helena sambil bangkit mau merebut kamera di tangan Ratna. Tapi Ratna
cepat menghindar.
Helena kemudian menangis sejadi-jadinya. Sejak saat itu Helena
menjadi sapi perahan group tersebut dalam menjalankan bisnis mereka.
Dengan terpaksa Helena harus menjadi escort lady, walau tentu saja
Helena juga mendapatkan imbalan atas jasa kenikmatan yang di
berikannya.
*****
Terima kasih kepada Helena karena telah bersedia memberikan
beberapa copy dari foto-foto tersebut untuk saya jadikan inspirasi
cerita, juga menjadi koleksi pribadi saya.