Perkenalan pertamaku dengan Mai terjadi karena
kebetulan ada kuliah umum gabungan untuk dua fakultas dari seorang
ekonom nasional. Biasa saja, kebetulan ada bangku kosong di sebelahnya
dan aku mengisinya. Kebetulan memang tinggal itu satu-satunya bangku
kosong pada daerah strategis, di belakang dan dekat pintu keluar.
Wajahnya khas gadis cantik berdarah Tionghoa, bulat telur, putih
kekuningan, mata bulat kecil dengan sudut-sudut mata agak menyipit ke
atas, hidung kecil mancung, bibir tipis agak lebar. Saat itu nampaknya
dia tidak menggunakan make-up tebal. Tidak terlalu mencolok
dibandingkan teman-temannya yang bermake-up tebal.
Seperti biasa, perkenalan diawali basa-basi tanya angkatan berapa?
dst.. dst.. Dan.. sebulan kemudian kami sudah jalan bareng.
Kontak-kontak fisik baru hanya sebatas bergandengan tangan, memeluk
pundak, sun pipi. Inipun sudah mampu menimbulkan "kekerasan" di bawah celanaku karena ternyata badan Mai memancarkan bau yang "aneh",
bukan bau keringat, juga bukan bau parfum, semacam bau jamu lulur
badan, dan bau tersebut menimbulkan rasa betah berdekatan dengan Mai.
Petualangan seksualku dan Mai pertama kali terjadi kira-kira 6
bulan setelah jalan bareng bersamanya. Saat itu kira-kira pukul 19.00
Mai mampir ke kamar kost-ku, yang kebetulan di dekat kampus. Sebetulnya
biasa seperti itu, kira-kira pukul 21.00 selalu kuantar pulang ke rumah
orang tuanya.
Begitu juga kali ini, datang terus cium pipi dan sedikit bibir, terus Mai "
lesehan" di sofa dan kami ngobrol segala macam kesana-kemari. Sampai akhirnya Mai "
lesehan"
di pelukanku sambil nonton sinetron di TV dan aku melingkarkan kedua
tanganku dari belakang ke perutnya. Rupanya Mai begitu "exciting"
dengan pengalaman pelukan pertama ini. Kedua tanganku dipegang
erat-erat, dan matanya terpejam sambil wajahnya menengadah ke atas.
Mulailah aku mencium pelipisnya dan Mai bereaksi dengan sedikit
lenguhan sambil menggerak-gerakan kedua kakinya bergesekan dan melipat
lututnya. Tersingkaplah paha Mai yang putih, mulus, agak
berkilap-kilap. Dan Mai juga tidak berusaha menutup belahan rok midi
(bukan mini) yang tersingkap tersebut. Kaki-kaki langsing, putih
bersih, dengan latar belakang rok mini warna pink dan pangkal paha yg
dibalut celana dalam katun berwarna coklat muda membentuk pemandangan
indah yang tak terlupakan.
Aku lanjutkan dengan mulai merambah daerah bibir, dan Mai ternyata
bereaksi makin hebat. Tangan kananku digesernya masuk ke bawah belahan
blouse dan ditempatkan di payudara sebelah kirinya. Secara otomatis
juga tanganku meremas-remas gunung kembarnya. Kususupkan jari-jariku ke
bawah BH sampai menyentuh puting susu Mai yang sudah berdiri mengeras.
Mulai muncul sentakan-sentakan kecil di pinggul Mai. Rok mininya pun
sudah tersingkap sempurna, begitu juga blouse putihnya sudah
"berantakan". Kulanjutkan meraba-raba dan kadang-kadang menjepit puting
susu Mai dengan jari tengah dan ibu jari, dan saat itu juga selalu Mai
melenguh agak keras sambil tersenyum dan pinggulnya menggelinjang
kecil. Berganti-ganti kuraba payudara kiri dan kanan. Aku lihat juga
celana dalam Mai ternyata sudah basah kuyup (juga celana dalamku).
Kira-kira 15 menit kemudian kami berhenti sejenak untuk merubah
posisi. Kugelar kasur dan kami rebahan berdampingan. Mai mulai melepas
blousenya. Dilanjutkan aku yang melepas BH-nya yang juga berwarna
coklat muda. Wuih.., bukan main.. kedua bukit kembar itu mengeras,
puting yang berwarna coklat sudah mencuat. Kali ini aku yang
berinisiatif menjilati kedua puting susunya bergantian kiri-kanan.
Kadang-kadang aku jepit dengan bibir, sementara kedua tanganku
meremas-remas bagian bawah payudaranya itu. Aku benar-benar menikmati
lekukan-lekukan dan tonjolan kecil-kecil di sekitar puting susunya
dengan lidah dan bibirku dan Mai terlihat berusaha menahan rasa geli
dengan mencengkeram kasur kuat-kuat sambil tentu saja melenguh-lenguh
sambil sekali-sekali tertawa.
Tiba-tiba badan Mai mengejang, punggungnya terangkat, pangkal
pahanya berguncang hebat, menggelinjang maju-mundur beberapa kali.
Sepertinya Mai tidak mampu lagi mengontrol pangkal pahanya itu. Dan
payudaranya pun menjadi lembek kembali. Setelah guncangan berhenti
kulihat Mai masih memejamkan matanya tapi tangannya sudah tidak
mencengkeram kasur lagi, kali ini tangan Mai mengusap-usap kepalaku.
Rupanya betul-betul pengalaman orgasme yang pertama bagi Mai. Maksudnya
orgasme dengan melibatkan orang lain.
Sambil Mai "beristirahat" kulanjutkan "penjelajahan", kali ini agak
merambat ke bagian perut Mai. Lidahku menjilati seputar pusar sambil
tangan kiriku memijat payudaranya kiri-kanan bergantian. Tangan kananku
mulai masuk ke bawah rok mengusap-usap perut Mai agak di bawah pusar
sampai pinggul, tapi masih di luar celana dalamnya. Lagi.., Mai mulai
melenguh-lenguh dan tertawa-tawa kecil. Tak lama kemudian terasa
payudara dan puting susu Mai mulai mengeras lagi. Kulihat juga matanya
sudah mulai terpejam lagi, dan lenguhan-lenguhannya terdengar makin
keras, manja dan menggemaskan. Tangannya juga sudah mencengkeram kasur
lagi. Usapan tangan kananku turun sedikit ke daerah "
segitiga emas"
dan tanganku bisa merasakan jejak rambut kemaluan Mai dari luar celana
dalam katun yang basah kuyup itu. Tanganku terus bergerak ke paha dan
lutut Mai yang terkatup rapat. Kuturunkan lagi, kali ini telunjuk dan
jari tengahku, ke bagian dalam antara paha dan lututnya.
Tiba-tiba kedua paha Mai membuka dan aku leluasa mengusap-usap
seluruh bagian dalam paha itu. Akhirnya jari-jariku mulai menyentuh
bagian kewanitaannya. Celana dalam yang basah kuyup mempermudah jariku
menikmati bibir kemaluannya, lipatan-lipatannya, tonjolan klitorisnya,
dan juga jejak rambut kemaluannya. Jari tengahku kutempatkan memanjang
di belahan liang kewanitaannya sementara telapak tanganku menggenggam
bagian atas yang berambut. Mulailah kugesekkan jariku maju-mundur
sambil sekali-sekali menekan tonjolan klitoris dan kadang-kadang
meremas-remas gundukan rambut kemaluannya. Lenguhan-lenguhan Mai sudah
berubah menjadi erangan kuat tanpa tawa-tawa kecil. Sampai akhirnya
kembali tubuh Mai mengejang dan bagian pangkal pahanya kembali
menghentak-hentak kuat tanpa terkontrol.
Mai yang tampak kelelahan terlihat berusaha mengatur nafasnya yang
masih tersengal-sengal. Tak lama kemudian Mai tertidur sebentar, dengan
hanya mengenakan pakaian bagian bawah saja. Dan karena sudah saat makan
malam, aku keluar sebentar untuk membeli nasi goreng.
Begitu kembali, Mai ternyata sudah menutupi tubuhnya dengan
selimut, tapi seluruh pakaiannya, luar dalam, sekarang terlipat di sofa
sepertinya habis disetrika. Mai betul-betul telanjang bulat dalam
selimut. Kubangunkan Mai untuk makan malam dan dia seperti tidak
sungkan lagi memperlihatkan tubuh indahnya. Selesai makan kubantu Mai
mengenakan semua pakaiannya sambil sekali-sekali menciumi bagian-bagian
tubuhnya terutama sekitar dada dan perut. Aku paling suka saat membantu
mengenakan celana dalamnya. Kuciumi dulu perut dan sekitar rambut
kemaluannya sambil kuusap-usap celah liang kewanitaannya sebelum celana
dalamnya menutup daerah "
segitiga emas" tersebut.
Dan jadilah malam itu tonggak sejarah awal petualangan seksual kami.
Setelah kejadian itu, kami sering mengulanginya lagi bahkan lebih dari
yang telah kami lakukan malam itu.