Sebelumnya gambaran mengenai diri saya adalah seorang pegawai
kantor swasta yang berada di Singapore dengan tinggi badan 169 cm, umur
24 thn, kulit kuning langsat maklum aku warga keturunan dan maaf kalau
tulisanku kurang bagus.
Kejadian ini kira-kira pada bulan Oktober 2000 tepatnya di ruang
kantorku. Aku mempunyai teman kantor, namanya Liza. Sedikit gambaran
tentang Liza, keturunan chinese dengan tinggi 165 cm berat 55 kg, jadi
sepintas kelihatan agak semok tapi seksi sekali, apalagi kalau lihat
pantatnya, wuiih.. pasti terbayang-bayang deh.
Kebetulan Liza ini orangnya baik sekali padaku, setiap dia pulang
dari luar kota maupun dari luar negeri pasti dia membawa oleh-oleh
buatku. Sebetulnya aku tidak punya perasaan macam-macam terhadap Liza,
tapi berhubung keadaan, situasi mendukung maka terjadilah
perselingkuhanku dengannya.
Liza minta tolong kepadaku untuk diajarkan mengirim e-mail untuk
kekasihnya yang ada di luar negeri, dan aku bilang, "Oke nanti aku
ajarin setelah jam pulang kantor di ruanganku", dan Liza menjawab, "Oke
nanti kalau sudah jam pulang aku menuju ruanganmu.."
Sekitar jam 17:15 Liza sudah datang di ruanganku, kebetulan seisi
ruanganku sudah pada pulang semua. Aku duduk di kursi sambil menghadap
ke Computer, sedangkan Liza ada di sebelah kiriku, dengan seksama dia
memperhatikan apa yang kuajarkan. Tangan kananku ada pada mouse
sedangkan tangan kiri kuletakkan di paha kiriku. Liza merapatkan
tubuhnya untuk melihat apa yang ada di layar monitor, tanpa sengaja
paha kanannya tersentuh tangan kiriku. Sebetulnya waktu itu aku tidak
punya perasaan apa-apa, karena kupikir kita teman baik dan Liza
orangnya juga baik sekali.
Setelah bersentuhan, kulirik pahanya yang putih mulus dan terasa
senjataku menyesakkan celana katunku. Lumayan juga aku mengajari Liza
untuk send & receive e-mail, jam telah menunjukkan pukul 18:00,
seluruh karyawan kantor sudah pada pulang semua, tinggal aku berdua
dengan Liza. Maka kuberanikan untuk menyentuh paha putih yang mulus itu
dengan sangat perlahan sekali, aku takut kalau Liza nanti marah bisa
gawat soalnya namanya juga teman.
Eh.., ternyata Liza diam saja dan pura-pura tanya bagaimana cara
membuka home page yang ada di internet. Aku gembira setengah mati
karena kusangka dia pasti marah atau paling tidak dia menegurku karena
berani menyentuh pahanya yang putih. Sekitar 2 menit kuelus-elus
pahanya, lalu kunaikkan jari-jariku sedikit demi sedikit ke atas menuju
pangkal pahanya dan Liza mulai merem sambil tangannya merangkul
pundakku sambil tetap berdiri di sebelahku, aku pun masih tetap duduk
pura-pura memandangi layar monitor, karena bagaimana pun baru kali aku
melakukan perselingkuhan.
Ujung jari tengahku menyentuh pangkal pahanya dan merasakan
sekumpulan rambut hitam yang agak lembab dan masih di tutupi oleh
celana dalam, Liza mendesah sambil mengucapkan, "Joe kok kamu lakukan
padaku..?"
"Apakah kamu belum pernah melakukan yang seperti ini?, kalau
memang belum pernah aku akan stop dan tidak akan melakukan ini padamu..
dan aku juga minta maaf apa yang telah kuperbuat padamu.."
Ternyata Liza diam saja, matanya merem lagi sambil mendesah,
sementara sambil berkata, jari tengahku sudah melewati celah celana
dalamnya sehingga menyentuh bibir kemaluannya. Kuteruskan tanganku
bergerilya dan kugesek-gesekkan di klitorisnya, kira-kira 15 menit aku
bermain di lubang & bibir kemaluannya, sambil setengah sadar dia
berkata, "Aduh.. gelii.. gelii.. Joee.." tanpa kusadari tangan dan
celana dalam Liza sudah basah berlendir, tangannya rapat memegang
pundakku dan mulut kami telah beradu, sambil saling mengulum.
Keadaan masih seperti semula, aku duduk sedangkan Liza setengah
membungkukkan badannya dengan lidah saling menari, mendesah tanpa rasa
canggung lagi sementara tanganku masih bergerilya di lubang
kemaluannya. Tangan kanannya kubimbing ke arah celana katunku dan
kubuka retsleting celanaku dan juga celana dalamku sebatas paha, maka
tersembulah burungku keluar dengan berdiri tegak siap untuk diapain
saja.
Kusuruh Liza untuk memegang plus mengelus-elus burungku secara
perlahan, sementara aku sudah sangat bernafsu, kuraih celana dalamnya
dan kutarik rok span kantornya ke atas (di perut) lalu kududukkan di
meja hadapanku, kubuka kancing bajunya, kuraih juga tali pengait BH-nya
maka sudah lengkaplah yang ada di depan hidungku ini, sambil tetap
kukulum mulutnya hingga turun ke leher, kujilati semuanya sampai pada
akhirnya ke puncak gunung kembarnya. Liza mengerang keenakkan. Tangan
Liza tetap meremas dan mengelus burungku. setelah agak lama aku
menyusu, lalu kubisikkan kepadanya, "Liz bagaimana kalau burungku masuk
ke sangkarnya..?".
"Liza belum pernah melakukannya Joee.. Liza takut.."
Oh, ternyata Liza ini masih virgin, belum pernah kemaluannya
dimasuki oleh benda tumpul. Memang aku punya prinsip melakukan asal
suka sama suka dan tidak merusak masa depan seseorang dan lagi aku
masih takut untuk melangkah lebih jauh. Tapi berhubung aku sudah tidak
kuat lagi maka kusuruh Liza untuk mengulum burungku, kuturunkan Liza
dari atas meja dan jongkok di bawah meja sambil kubimbing mulutnya
untuk mengulum burungku.
Pertama-tama dia agak ragu-ragu karena menurut pengakuannya belum
pernah Liza melakukan oral seks. Kukatakan padanya bahwa nggak apa-apa
asal air maninya jangan di telan. Akhirnya dengan perlahan bibirnya
mengecup ujung dari burungku dan dengan sangat berhati-hati
dimasukkannya burungku ke dalam mulutnya. Kusuruh ia bervariasi untuk
menjilati batang kemaluan dari ujung lubang kemaluan sampai buah
pelirku.
Kira-kira 15 menit Liza mengulum burungku sambil kupegang kepalanya
dan kadang kupelintir puting susunya. Setelah 15 menit aku merasa ada
yang mau keluar dari lubang burungku. Aku berkata, "Lizz.. aku sudah
mau keluaar." Dia lepas mulutnya dari burungku dan kusuruh dia mengocok
burungku, maka muncratlah air maniku membasahi buah dada dan perutnya,
aku mendesah keenakan, "Ssshh.." sambil bersandar di kursi saking
enaknya. Setelah itu Liza berdiri dan membenahi BH dan CD-nya dan baju
serta rok spannya walaupun sudah agak awut-awutan.
Pada waktu itu jam telah menunjukkan pukul 20:10, aku menawarkan
jasa untuk mengantarnya sambil mengucapkan terima kasih dan tak lupa
kuremas bongkahan pantatnya yang seksi. Kuantar Liza pulang dengan
mobilku dengan hati dan rasa yang puas sekali, dan kebetulan rumahnya
tidak begitu jauh dari kantor dan satu arah denganku.
Demikianlah kisahku dengan Liza, hubunganku terus berlanjut tapi
hanya sebatas oral seks saja kami lakukan di kantor juga di mobil,
kadang juga chek in di hotel tapi tidak sampai lebih dari itu karena
aku tidak mau merusak masa depannya dan juga aku belum pernah
bersetubuh dengan perempuan lain selain istriku. Liza juga senang
dengan apa yang kulakukan padanya, walaupun sebenarnya kita tidak punya
rasa saling cinta hanya saja iseng belaka tapi mempunyai makna yang
mendalam, sungguh nikmat dan bebas penyakit.