Terima kasih untuk rekan-rekan yang telah
mengirimkan emailnya. Rien bukannya tak mau membalas tapi sudah lama
harus mengikuti Mas Pujo yang alih tugas ke luar Jawa karena promosi.
Khusus bagi para cowok aku ucapkan terima kasih dan aku sangat
tersanjung dengan semua keinginan kalian. Sedang bagi para cewek yang
ingin tahu rahasia Rien, saya buka saja buat kalian.
Pertama aku jaga kebugaranku dengan senam rutin seminggu 3 kali,
kedua aku rajin minum jamu wanita yang bagi orang jawa pasti sudah
tidak heran dengan kunyit asam dan sirih untuk menjaga bau badan,
ramuan galian putri (sudah ada diproduksi masal oleh pabrik jamu) untuk
kewanitaan atau kadang juga rendaman rumput fatimah, serta ketiga untuk
perawatan luar dengan berendam rebusan rempah dara. Itulah sebabnya
kedua suamiku selalu mengatakan bahwa memekku terasa punel. Jika tidak
percaya, khususnya bagi wanita yang sudah punya anak silakan ikuti
petunjuk Rien, dijamin manjur.
Berikut adalah ceritaku kali ini..
*****
Pada bulan April Mas Pujo mendapat panggilan ke Jakarta. Ternyata
Mas Pujo mendapat promosi untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi di
Bumi Nyiur Melambai. Promosi itu adalah sesuatu yang menggembirakan
bagi kami tapi juga sekaligus menyedihkan. Karena itu berarti kami
harus berpisah dengan orang yang paling kami sayangi, Meta.
Setelah hampir dua minggu dan telah membuat perencanaan yang masak,
kami sepakat untuk berterus terang pada Meta. Acara kami buat di villa
kami di kawasan Kopeng. Sengaja kami hanya berempat dengan Meta dan
kami memilih tepat pada hari libur kerja yaitu Sabtu dan Minggu. Kepada
suaminya Meta ijin akan mengikuti pelatihan Manajemen Mikro. Meta
sebenarnya cukup merasa penasaran meskipun sebenarnya acara seperti ini
telah sering kami adakan, tapi memang biasanya Meta tidak sampai
menginap.
Kami berangkat terpisah karena Meta diantar oleh suaminya sampai ke
tempat bus Patas, tapi sesampai di Salatiga kami telah menunggunya,
lalu Meta turun dan terus bergabung bersama kami menuju Kopeng.
"Uhh..! Kesel aku Mbak, masak aku disuruh naik bus sendiri" sungut Meta begitu turun dari bus.
"Lho kan belum jadi direktur, ya sabar dulu dong sayang.." jawabku sambil membantu mengangkat koper bawaannya.
"Mbak, aku di belakang ama Mas Pujo ya, biar Mas Duta yang setir"
pintanya padaku. Aku tahu betul akan kelakuannya itu, Meta ingin
bermanja-manja dengan Mas Pujo.
"Iya deh.., asal Mbak tetep dibagi.." godaku.
"Iih.. Mbak kan udah tiap hari nyanding" balasnya. Mas Pujo cuma nyengir, sedang Duta sudah siap di belakang setir.
"Met.., apa tadi nggak dapat saweran di bus" goda Duta sambil menjalankan mobilnya.
"Iih.. Emangnya aku cewek apaan" jawab Meta menirukan gaya Nani
Wijaya di serial Bajaj Bajuri sambil menggelendot manja pada Mas Pujo.
Memang Meta sangat menyayangi Mas Pujo, bahkan dialah yang paling
pencemburu dibandingkan aku yang isterinya. Aku, Mas Pujo dan Duta juga
amat sayang padanya. Bagi kami kebahagiaan yang kami rasakan selama ini
memang untuk berempat. Kulihat Meta sudah mulai mengantuk di pelukan
Mas Pujo.
"Mas pijit ya sayang..!" bisik Mas Pujo di telinga Meta.
Meta merapatkan pelukannya. Mas Pujo mulai memijit punggung Meta.
Pijitan Mas Pujo memang benar-benar pijitan yang menenangkan karena aku
pun sangat menyukainya. Bila sehabis ML biasanya Mas Pujo memijit
punggungku sambil memelukku. Itulah Mas Pujo yang romantis, kata Meta.
Perjalanan Salatiga-Kopeng hanya sekitar 45 menit. Aku sendiri
sebenarnya lelah setelah tadi malam kuhabiskan dua rondeku dengan kedua
suamiku. Cumbuan Duta yang begitu lama membuatku benar-benar habis
tenaga, belum Mas Pujo yang selalu mengambil babak akhir permainan
kami. Mas Pujo memang sangat senang membenamkan kontolnya ke dalam
memekku saat aku telah mencapai orgasme. Biasanya ia akan membenamkan
kontolnya dan memelukku dengan penuh perasaan sambil menikmati
remasan-remasan memekku, bahkan tadi malam sempat kram rasanya
otot-otot memekku karena permainan mereka berdua.
Seperti biasanya aku meminta Duta untuk telentang dan membuka kedua
pahanya dengan kepala bertelekan 2 bantal, lalu aku menaikinya dengan
posisi membelakangi dan bertumpu pada kedua tanganku ke belakang.
Posisi ini sangat aku sukai karena Mas Pujo dapat dengan mudah melumat
clitorisku sementara Duta memompa memekku dari bawah sambil meremas
putingku. Rasanya semua syaraf nikmatku tak ada yang terlewat menerima
rangsangan dari keduanya.
Begitu aku orgasme yang ketiga dan Duta memuntahkan spermanya di
memekku, langsung Mas Pujo mengambil alih dengan membenamkan kontolnya
ke memekku. Mas Pujo menikmati kontraksi otot-otot vaginaku dan
berlama-lama berada di sana, sebelum kemudian memompa memekku dengan
penuh perasaan.
"Kok ngelamun Rien, kita dah nyampe nih..!" ujar Duta mengagetkanku
sambil memasukkan kendaraan ke pelataran villa. Aku tergagap. Kulihat
Pak Kidjan penjaga villa kami memberi salam.
"Meta, bangun sayang, kita udah nyampe nih..!" bisik Mas Pujo.
Yang dibisiki menggeliat sambil mengucek-ucek mata. Kembali
dipeluknya Mas Pujo dan mereka berciuman lembut penuh perasaan. Entah
mengapa sejak mula pertama Mas Pujo bercinta dengan Meta tak ada rasa
cemburuku, aku malah bahagia melihat keduanya, tapi anehnya aku cemburu
kalau Mas Pujo dengan yang lain.
Pada pukul 17.00 tepat kami sudah selesai memasukkan semua bawaan
ke dalam villa dengan dibantu Pak Kidjan. Setelah itu kami suruh Pak
Kidjan untuk mengunci pagar dan pulang karena kami katakan bahwa kami
ingin beristirahat dengan tidak lupa memintanya agar besok jam 10 dia
datang lagi.
Villa ini dibeli oleh Duta karena sebelumnya memang direncanakan
untuk coba-coba usaha agribisnis. Bangunan yang ada hanya sederhana
saja karena memang bekas bangunan Belanda yang terletak di
tengah-tengah tanah seluas 1 hektar yang di depannya ada rumah penjaga
yang jaraknya 75 meteran. Ada 4 kamar, yang dua besar dan ada
connecting door, salah satunya ada 2 tempat tidur dan yang satunya
single, dengan ruang tamu cukup luas, ruang dapur dan garasi. Kami
sengaja memakai dua kamar yang besar itu.
"Mandi dulu gih.." pinta Mas Pujo pada saya dan Meta.
"Maas, Meta dimandiin Mas aja.. Ya" rengek Meta manja sambil memegang lengan Mas Pujo.
"Idih, kan udah becal, Meta kan bisa mandi cendili" goda Mas Pujo dicedal-cedalkan.
"Nggak mau.., Meta mau mandi ama Mas aja" jawab Meta merajuk sambil cemberut dan langsung minta gendong.
Aku dan Duta hanya senyum-senyum melihat tingkah mereka. Lalu Mas
Pujo menggendong Meta berputar-putar. Bibir keduanya tampak berpagutan
mesra. Sambil tetap berciuman mereka menuju kamar mandi, yang oleh Duta
sudah diganti dengan jacuzzi besar yang cukup untuk berendam 4 orang
dan ada air panasnya. Lalu Duta meraihku dan memelukku, kami berciuman.
"Nyusul yok.. Kita bisa saling gosok" ajak Duta dengan langsung menggendongku.
Di jacuzzi, Mas Pujo sedang memeluk Meta dari belakang sambil
menciumi rambutnya, tapi aku yakin bahwa pasti tangan Mas Pujo yang
satu tidak akan jauh-jauh dari puting susu Meta, sedang yang lain entah
apa yang digosok, tapi karena di dalam air dan tertutup busa sabun jadi
tidak kelihatan. Sementara itu yang dipeluk memejamkan matanya penuh
kenikmatan sambil sesekali mendesis.
Aku turun dari gendongan Duta. Kulepas semua pakaianku hingga
telanjang bulat, setelah itu ganti kulucuti pakaian Duta sampai tak
bersisa. Kontol Duta yang besar masih belum bangun penuh, jadi masih
setengah kencang. Dengan berbimbingan tangan kami masuk ke air dan Duta
bersandar dekat Mas Pujo. Dengan meluruskan kedua kakinya, aku maju ke
pangkuan Duta, kutempelkan bibir memekku ke atas kontol Duta dan
kutempelkan dadaku ke dadanya. Hangatnya air dan sentuhan kulit kami
terasa nikmat, benar-benar nikmat.
Dengan perlahan tapi pasti benda bulat dalam lipatan bibir memekku
membesar mengeras dan berusaha berdiri tegak, tapi karena tertahan oleh
belahan memekku, benda tersebut tak bisa tegak. Di sebelahku, Meta juga
sedang menduduki barang yang sama seperti aku. Aku tahu pasti, bahkan
aku yakin bahwa Mas Pujo masih belum memasukkan barangnya ke memek
Meta. Kami berempat tak ada yang bersuara, hanya sesekali terdengar
desahan lirih dari mulut Meta tetapi kami sama-sama tahu bahwa kami
masing-masing sedang menikmati sesuatu yang tak dapat dilukiskan dengan
kata-kata.
"Engh.. Egh.." tiba-tiba desahan Meta semakin keras diiringi geliat tubuhnya yang seperti cacing kepanasan.
"Aduh Mas, Meta nggak kuat.. Oh Mbak, ooh.. Mas Duta, ayo dong, Meta duluan" pintanya.
Kalau sudah begini biasanya Meta meminta Duta untuk segera
membenamkan kontolnya ke memeknya. Aku beringsut meninggalkan Duta
sementara Mas Pujo masih memangku Meta dari belakang dalam posisi kedua
kaki lurus ke depan dan bersandar pada dinding jacuzzi. Duta mendekat
dari depan sambil mengarahkan kontolnya ke arah selangkangan Meta dan
Meta memberi jalan dengan mengangkangkan kedua pahanya. Perlahan dengan
bimbingan tangan Meta, kepala kontol Duta memasuki memek Meta, jelas
terlihat dari ekspresinya yang mendesis keenakan.
Perlahan Duta mulai memompa maju mundur terlihat dari riak air yang
mulai menggelombang, sementara Mas Pujo memeluk Meta dari belakang
sambil menciumi tengkuk dan belakang telinganya. Saat-saat seperti itu
Meta nikmati dengan memejamkan mata sambil giginya beradu menahan
nikmat yang luar biasa. Meskipun kontol Mas Pujo tidak melakukan
penetrasi namun aku yakin, pasti ada yang mengganjal di anus Meta
hingga itu membuat sensasi tersendiri untuknya. Tiba-tiba Meta
melepaskan pelukan Mas Pujo dan ganti memeluk Duta. Sedang Mas Pujo
masih tetap tidak dapat bergerak karena harus memangku dua orang yang
sedang bersetubuh. Mas Pujo hanya mengusap-usap punggung dan pinggang
Meta dari belakang.
"Aduhh Mas, Meta ngga tahaan, enghh.." desah Meta sambil memeluk
Duta erat-erat dan dada Duta yang bidang terkena sasaran gigitannya.
Melihat itu semua aku menjadi sangat terangsang tapi kami bertiga
sudah bersepakat bahwa kesempatan kali ini adalah milik Meta
sepenuhnya, jadi aku mengalah dulu. Sementara itu kutukar air jacuzzi
dengan air hangat tanpa membubuhkan sabun. Begitu air telah mulai
berkurang, kulihat posisi Meta yang mengangkang sementara Duta
memompanya dari depan dan kontol Mas Pujo tertindih di antara bokong
Meta.
Sejenak Meta masih menikmati saat-saat indah orgasmenya. Kemudian
Meta melepaskan diri dari Duta dan berdiri membalik menghadap Mas Pujo
hingga praktis memeknya berada di depan mulut Mas Pujo. Diraihnya
pinggul Meta dan Mas Pujo mulai menciumi dan menjilati memek Meta.
"Aahh sshh Mas kita ke kamar aja.. Meta nggak tahan nih" rengek
Meta. Mas Pujo berdiri menggendong Meta dan meninggalkan kami berdua
sementara Duta mulai berbalik menciumi payudaraku.
"Rien ikut yuk.." ajak Duta.
Aku ikut saja sambil berpelukan seperti Adam dan Hawa, kami
menyusul Mas Pujo dan Meta ke kamar besar yang ada single bed-nya.
Kulihat Meta telah telentang dan Mas Pujo menindihnya, sekali-sekali
pinggulnya diangkat dan dihunjamkannya dengan penuh perasaan sampai
melengkung. Kutarik Duta dan segera aku telentangkan diriku. Aku ingin
kontol Duta yang masih tegak berdiri segera menusukku mengisi relung
vaginaku. Aku ingin mempraktekkan sex yoga yang baru aku pelajari
dengan Mas Pujo beberapa waktu lalu.
Sementara Mas Pujo dan Meta menikmati saat-saat indah itu, di
sebelahku Duta membuka kedua pahaku lebar-lebar dan mengarahkan
kontolnya ke memekku yang telah merekah. Perlahan-lahan, mili demi mili
aku rasakan benda itu mulai memasuki memekku sebelum akhirnya benda
keras itu telah dengan sempurna berada di peraduannya. Kemudian Duta
menindihku dan memelukku dengan sepenuh perasaan. Aku sepenuhnya
berkonsentrasi pada apa yang sedang kurasakan dan Duta mengikutinya
hanya dengan diam, tanpa gerakan memompa hingga tanpa diperintah pun
saraf-saraf nikmat di sepanjang lorong memekku bekerja, mula-mula hanya
gerakan-gerakan halus.
Pada saat yang sama desiran-desiran nikmat juga mulai menjalari
kedua payudaraku yang tertindih dada Duta. Semakin lama gerakan-gerakan
halus di sepanjang lorong memekku berubah menjadi remasan-remasan dan
mulai terasa getaran-getaran pada batang kontol Duta, bahkan kepala
kontolnya terasa mulai melebar pertanda akan memuntahkan spermanya.
Napas Duta semakin memburu, aku sendiri sudah tak ingat apa-apa.
Konsentrasiku hanya satu yaitu pada rasa nikmat yang menggelitiki mulai
ujung puting payudaraku sampai ke lorong-lorong memekku. Dan.. Creet..
Creett.. Crett.. Ketika akhirnya sperma itu membasahi relung-relung
memekku, jiwaku seakan melayang menari-nari di atas awan sambil
berpelukan dengan Dutaku sayang. Sejuta kenikmatan kurasakan di sekujur
tubuhku. Sementara itu..
"Oohh.. Ahh aduh Mas.. Meta mau nyampe lagi Mas.." suara desahan
Meta kembali menyadarkan aku dan kudapati Duta yang masih ngos-ngosan
dengan bermandi peluh mendekapku.
"Terima kasih Rien.. Kamu luar biasa" bisiknya di telingaku. Aku
menoleh ke samping. Mas Pujo juga sedang menjelang saat-saat akhir
mendekati puncak. Tampak pinggulnya menghunjam selangkangan Meta
dalam-dalam dan..
"Aahh.., adduhh Mmass.." Meta dan Mas Pujo hampir bersamaan mengejat-ngejat keenakan.
Akhirnya kami mengakhiri permainan sore itu setelah jam menunjukkan
hampir pukul 19.00. Rasa lapar akhirnya datang juga mengingat kami
belum makan malam. Bergegas kulepas pelukan Duta, lalu dengan telanjang
bulat aku pergi ke dapur. Kubuka bungkusan-bungkusan bekal yang telah
aku siapkan. Meta menyusul juga dalam keadaan telanjang dan akhirnya
kami berempat menghadapi meja makan masih dalam keadaan telanjang tanpa
ada yang sempat membersihkan diri bahkan dari celeh memekku dan memek
Meta masih tampak meleleh sperma suami-suami kami.
Pagi itu aku bangun lebih awal karena memang aku dapat beristirahat
penuh saat malamnya. Kulihat Mas Pujo masih memeluk Meta berhadapan,
sedang dari belakang Duta tampak memepetkan tubuhnya terutama pada
bagian bokong Meta, pasti batangnya masih menancap.
Kebiasaan Duta selalu membenamkan kontolnya sambil tidur dan
hebatnya tidak lepas, tetap saja kencang di dalam memek. Sedang Mas
Pujo pasti tangannya tak mau jauh-jauh dari puting, aku tahu persis
kelakuan kedua laki-laki itu karena aku juga sering diperlakukannya
demikian, bedanya aku tidak dapat tidur dengan kontol masih mengganjal
memekku, sedangkan Meta bisa, mungkin karena kecapaian.
Dalam hal seks sebenarnya aku sudah puas sekali dipenuhi oleh Mas
Pujo dan Duta tapi kehadiran Meta kadang membuatku ingin bereksperimen
terhadap respons sex yang ditimbulkan oleh sesama jenis. Meskipun aku
sudah sering main berempat, tapi biasanya aku atau Meta hanya bersifat
pasif kurang dominan, sedangkan peran utama tetap pada kedua pria itu.
Pernah pada suatu hari Mas Pujo sedang tidak ada di rumah karena
ada tugas ke luar kota selama seminggu dan Duta sedang ada di rumah
setelah dari Jakarta selama hampir 5 hari. Kira-kira pada pukul 19.00,
Meta datang ke rumahku. Nampaknya Meta tahu bahwa aku sedang berduaan
saja dengan Duta. Kami duduk di ruang tamu. Seperti biasa Meta agak
kurang tertarik untuk ML kalau dengan Duta. Aku pamit ke dapur untuk
membuat minuman. Aku sedang menyeduh teh, ketika Duta tiba-tiba sudah
berada di belakangku. Sebelum aku sadar apa yang terjadi, Duta sudah
mendekapku dari belakang.
"Duta, jangan.. Jangan di sini sayang, aku kan lagi pegang air
panas.. Gak boleh.. Ya sayang.." kataku manja sambil berusaha
melepaskan diri.
"Rien..", bisiknya sambil menciumi leher dan telingaku.
"Rien.. Aku kangen banget sama Rien. Kasihanilah aku Rien.. Aku kangen banget", bisiknya sambil terus mendekapku erat-erat.
"Iya.. Iya tapi kan baru tiga hari masak udah gak sabar.." kataku sambil meronta-ronta manja dalam pelukannya.
"Aduhh. Mbaak jangan gitu.. Mas Duta sudah ngga kuat tuh.. Nggak
kuaat kan Mas", bisik Meta tiba-tiba juga sudah berada di belakang Duta
tanpa sehelai benang pun dengan sinar mata penuh nafsu.
Tangan Meta tiba-tiba meremas buah dadaku, menciumi leher dan
belakang telingaku. Tangan kirinya merangkulku dan tangan kanannya
tahu-tahu sudah meraba vaginaku sementara pelukan Duta mengendur
memberi kesempatan. Aduh, gilaa, sentuhan Meta malah melambungkan
nafsuku. Kalau tadi aku pura-pura meronta, sekarang aku malah pasrah,
menikmati remasan tangan Meta di puting payudara dan di vaginaku.
Aku dibaliknya menjadi berhadapan, aku didekapnya, dan diciumi
wajahku. Dan akhirnya bibirku dikulumnya habis-habisan. Lidahnya masuk
ke mulutku, dan aku tidak sadar lagi saat lidahku juga masuk ke
mulutnya. Meta menurutku saat itu agak kasar tetapi benar-benar
romantis hingga aku benar-benar terhanyut. Sensasinya luar biasa, baru
kali itu aku merasakan nikmatnya sentuhan sejenis.
Tanpa terasa Duta dan aku pun telah telanjang bulat, entah siapa
yang melucutiku, mungkin Duta. Kalau situasinya memungkinkan, belaian
sejenis ternyata malah menjadi lebih nikmat untuk dinikmati. Aku
membalas pelukannya, membalas ciumannya. Kami semakin liar. Tangan Duta
menyingkap belahan bokongku dan merogoh ke dalam vaginaku yang sudah
basah dari belakang sedang tangan Meta mengerjai vaginaku dari depan.
Didekapnya clitorisku dan dipijat-pijatnya, diremasnya,
dimainkannya jarinya di belahan vaginaku dan menyentuh clitorisku. Kami
tetap berdiri. Aku didorong Meta mepet menyandar ke tubuh Duta,
penisnya sudah tegang sekali, mencuat ke atas. Tangan kananku
dibimbingnya untuk memegangnya. Penis Duta memang lebih besar daripada
punya Mas Pujo. Secara refleks penisnya kupijat dan kuremas-remas
dengan gemas.
Duta semakin menekan penisnya ke celah bokongku untuk menerobos
vaginaku. Aku paskan di lubangku, dan akhirnya masuk, masuk semuanya ke
dalam vaginaku. Duta dengan sangat bernafsu mengocok penisnya keluar
masuk sementara kuangkat satu pahaku dan Meta telah merosot ke depan
selangkanganku untuk mengulum clitorisku yang juga sudah mencuat.
Benar-benar kasar gerakan Meta, tetapi gila, aku sungguh menikmatinya.
Sementara penis Duta terasa mengganjal dari belakang dan nikmat sekali.
Aku pegang bokongnya dan kutekan-tekankan agar mepet ke pangkal pahaku,
agar mencoblos lebih dalam lagi.
"Duta.. Meta.. Aku ngga kuat.. Aduhh.. Kalian.. Curang.." bisikku dengan nafas memburu.
"Ooh.. Meet.."
Cepat kudorong pinggulku ke belakang, sehingga penis Duta bertambah
dalam di vaginaku hingga aku mengejat-ngejat menikmati orgasme.
"Orghh.." Duta melenguh seperti kerbau disembelih pertanda akan memuntahkan spermanya.
Lalu tangan Meta segera mencabut dan menggenggam penis Duta yang
memuncratkan spermanya di dalam mulut Meta hingga sebagian tumpah di
lantai dapur. Kami berpelukan lagi sambil mengatur napas kami. Ya
ampun, aku telah disetubuhi Duta dan dioral Meta dengan posisi Duta
berdiri, sambil mepet ke tembok. Gila, aku menikmatinya, aku berakhir
orgasme dengan sangat cepat, walaupun hanya dilakukan tidak lebih dari
20 menit saja. Mungkin ini karena sensasi yang kuperoleh dari permainan
dengan sesama jenis juga.
*****
Pagi itu setelah selesai membersihkan diri di kamar mandi, timbul
niatku untuk ganti mengerjai Meta sekaligus memberikan kenangan
perpisahan untuknya. Sambil memisahkan pelukan Mas Pujo dengan Meta,
aku yang sudah mandi dan masih telanjang bulat menyelinap di antara
tubuh mereka.
"Biar aku yang gantiin peluk Meta Mas..", kataku pada Mas Pujo.
Mas Pujo bangun dan langsung ke kamar mandi. Kudekap Meta, kupegang
puting susunya yang sebelah kiri sementara tangan kananku meraba
vaginanya. Benar saja di memek Meta masih terganjal kontol Duta. Meta
terbangun.
"Aku sayang sama Mbak Rien..", kata Meta sambil mencium bibirku.
"Kamu luar biasa deh Met.. vegymu masih bisa pegang.. the big gun",
bisikku sambil tersenyum. Meta juga tersenyum nakal, sambil ganti
membelai payudaraku.
"Punyaku kencang dan keset ya Mas? Mas Pujo suka bilang gitu.
Meskipun udah buat lewat anakku", tanya Meta ke Duta manja. Yang
ditanya hanya membuka matanya separuh.
"Mbak, punya Mbak Rien juga masih oke banget kan, nyatanya Mas
Duta selalu ketagihan", kata Meta lagi. Kami berdua tersenyum dan
mempererat pelukan kami.
Kuciumi Meta dari kening, mata, hidung hingga mulut. Disambutnya
ciumanku dengan permainan lidahnya. Lama kami berciuman dan tanganku
pun tak henti meremas teteknya yang kenyal. Lalu kubuka bibir
vaginanya. Kemudian kususupkan tanganku ke dalam belahan memeknya di
antara kontol Duta untuk kemudian jari tengahku kutarik ke atas hingga
tepat menekan clitorisnya. Memek Meta telah banjir akibat
kelenjar-kelenjar memeknya mengeluarkan cairan karena rangsangan
tanganku dan dari kontol Duta yang mulai ditarik keluar masuk.
"Sshh.. Oohh.. Mbak.. Please.. Sshh.. Don't stop.. Aahh.." desah Meta.
Lalu jari telunjukku memainkan clitorisnya yang mulai menegang
sementara Duta memompanya dari belakang dan mulutku telah beralih turun
ke putingnya. Kuberanikan untuk menyodok-nyodok memeknya dengan dua
jari. Agak kasar.
"Sshh.. Aahh.. Oohh Mbak.. Meta ngga tahann.. Sshh.."
Meta mulai mengacak-acak rambutku. Aku merosot ke arah selangkangan
Meta, kuangkat paha Meta yang kiri dan aku bantalkan kepalaku pada paha
satunya. Dengan posisi paha bawah menekuk begini aku dapat leluasa
menjilati clitoris Meta dari depan sedangkan Duta tetap leluasa memompa
dari belakang.
"Ohh.. Mbak.. Mas Duta.. Aku mau keluar.." Meta berteriak tidak
tahan diperlakukan demikian. Kedua pahanya mulai bergerak akan
dijepitkan pada kepalaku sambil terus menggoyangkan pantatnya, tiba
tiba Meta menjerit histeris..
"Oohh.. Mbak bagaimana.. Ini.. Orgghh.." Meta terus mengejat-ngejat dengan ritmis pertanda dia sudah keluar.
Duta terus menggenjot pantatnya semakin cepat dan keras hingga
mentok ke dasar memek Meta. Dan.. crett.. crreett.. ccrreett.. Dan
keluarlah sperma Duta dari sela-sela memek Meta saat sperma Duta
keluar. Aku langsung menyedotnya habis sampai bersih.
Rupanya Mas Pujo sudah selesai mandi dan begitu Duta mencabut
kontolnya dari memek Meta langsung saja Mas Pujo menggantikan posisi
Duta dengan tidur miring dan memasukkan kontolnya ke memek Meta dari
belakang.
Mas Pujo mulai mengayunkan kontolnya, walau tampak agak kelelahan tapi
Meta berusaha mengimbangi. Setelah agak lama Mas Pujo meminta Meta
untuk berposisi menungging dengan tanpa melepaskan kontolnya. Otomatis
Meta mengangkangiku dalam posisi 69. Aku terus saja mengambil posisi
merengkuh bokong Meta dan mengganjal kepalaku dengan dua bantal agar
mulutku dapat pas di clitoris Meta. Mas Pujo langsung mendorong
pantatnya.
Aku terkesiap ketika kurasakan lidah Meta sudah memainkan
clitorisku, sambil meremas tetekku yang dari tadi terbiarkan. Aku pun
mengangkat pantatku dan menarik pinggul Meta hingga kami berpelukan
dengan bantalan tetekku dan tetek Meta. Rasanya jiwaku melayang apalagi
saat sesekali aku dapat meraih kontol Mas Pujo untuk kukulum dan
memasukkannya lagi ke memek Meta.
"Aduuhh..,.. Met.." erang Mas Pujo sambil terus laju memompa memek Meta, dan dua buah pelirnya memukul-mukul ubun-ubunku.
Tiba-tiba ditahannya pantat Meta kuat-kuat agar tidak bergoyang.
Dengan menahan pantat Meta kuat-kuat itulah Mas Pujo dapat memompa
lebih kuat dan dalam, sedangkan aku dengan susah payah harus melumat
clitoris Meta. Rupanya Mas Pujo kuat juga meskipun telah berkali-kali
kemaluannya menggocek memek Meta tadi malam tapi masih tetap saja tidak
menunjukkan adanya tanda-tanda kelelahan bahkan semakin meradang.
Kulepas mulutku dari clitoris Meta dan terus kutekan dengan jari
tengahku sambil kugosok naik turun seperti bermasturbasi, dan tiba-tiba
Meta mengapit kepalaku.
"Aduuhh.., Mbakk.., Aahh Mas.. Pujo," kudengar erangan Meta mulai
tidak karuan saat aku terus melakukan gosokan pada clitorisnya.
"Mbak Rien..,.. Aku mau keluar.. Ahhgg.." desahnya lagi.
Mendengar desahan Metam aku dan Mas Pujo seperti dikomando, semakin
gencar melakukan gosokan sambil tanganku naik turun untuk mempercepat
rangsangannya dan Mas Pujo mempercepat tempo genjotannya. Dan tak lama
kemudian.., seerrtt.., seerrtt kurasakan dua semburan lelehan putih
dari bibir memek Meta serta kedua pahanya semakin mengapit kepalaku
kuat-kuat. Lelehan warna putih pekat di tanganku kumasukan mulutku,
terasa agak manis asin.
Setelah kedutan-kedutan memek Meta berhenti, kulihat kontol Mas
Pujo yang masih tegar kuraih, kuhisap dan kukulum serta kujilat pada
kemaluan yang membonggol itu dan hasilnya luar biasa.., aku merasa
ukurannya bertambah besar dan mulai bekedut-kedut. Kuhisap lagi
berulang kali sampai aku puas. Aku mulai merasakan adanya cairan manis
keluar dari ujung kemaluan itu. Aku terus berusaha, mulutku mulai
payah. Kugoyang-goyangkan telur kemaluan Mas Pujo.
"Ahh Rienn.." desah Mas Pujo.
Creet.. crett.. Saking kuatnya semprotan dari kemaluan Mas Pujo,
kurasakan ada air maninya yang langsung masuk tertelan. Kuhisap terus
sampai terasa tidak ada lagi air mani yang keluar dari kemaluan Mas
Pujo. Kubersihkan kemaluan Mas Pujo dengan menjilatinya sampai bersih.
Aku puas merasakannya. Aku bahagiaa. Sebentar kemudian kurasakan
kemaluannya mulai mengecil dan melemas. Pada saat telah kecil dan lemas
tersebut, aku merasa mulutku mampu melahap kemaluannya secara
menyeluruh.
Kuangkat tubuh Meta tidur ke samping. Kami tidak berpakaian. Meta
mulai merapatkan matanya sambil tangannya merangkulku dan tubuhnya yang
berkeringat merapat ke tubuhku. Meskipun udara Kopeng dingin, tetapi
tubuh kami masih kepanasan berkeringat akibat permainan tadi.
Siangnya pada jam 10.00, kami rapat dengan dihadiri Pak Kidjan
penunggu Vila dan memutuskan bahwa pengelolaan usaha yang ada di Jawa
termasuk kebun dan villa akan menjadi tanggung jawab Meta. Meta hanya
menangis ketika kami sampaikan bahwa kami harus pindah, tapi dengan
fasilitas dan keuangan yang ia kelola, Meta akan dapat menyusul kami
sewaktu-waktu.
"Kami tak akan pernah melupakanmu Met..," itulah kata-kata kami
kepada Meta sebelum kami akhirnya terbang ke Bumi Nyiur Melambai.