Lia sedang duduk menyelesaikan ceritanya di
komputer waktu aku, Doni dan Ferry datang ke kamarnya. Tiba-tiba kami
bertiga sudah ada di samping dan di belakangnya sambil ikut membaca
ceritanya di monitor.
"Wah, ceritamu bikin horny loh..!" kataku yang diiyakan juga oleh Doni dan Ferry.
Yang membuat Lia kaget, Ferry dan Doni yang berdiri di samping
kiri-kanannya membaca monitor sambil mengusap-usap celana bagian
depannya yang nampak makin lama makin menonjol. Lia semakin kaget lagi
sewaktu mereka secara bersamaan tiba-tiba membuka celana sekaligus
CD-nya ke bawah, sehingga di kanan-kiri Lia muncul dua benda panjang
menjulur ke depan. Rupanya mereka sudah tidak tahan membayangkan cerita
di komputer Lia, apalagi melihat penampilan Lia malam itu yang hanya
berdaster transparan.
"Tuh kan, jadi keras nih punyaku.., ayo pegang..!" kata Doni sambil
menarik tangan Lia dan ditempelkannya di batang penisnya sekaligus
penis Ferry.
"Eh, ngapain nih pada..?" tanya Lia sambil agak meronta.
"Udah deh, pegang aja..!" kata Doni yang tiba-tiba menyusupkan
tangannya ke daster Lia bagian atas terus ke bawah hingga menyentuh
gundukan buah dadanya yang tak ber-BH itu.
Lia langsung menggeliat merasakan usapan tangan Doni pada bagian
sensitifnya yang menimbulkan sensasi tersendiri, sehingga Lia tidak
lagi meronta dan malah menikmati genggaman tangannya pada batang penis
Ferry dan Doni. Ferry pun tidak mau kalah, tangannya ikut masuk
menggerayangi buah dada yang kiri sambil memilin-milin lembut puting
Lia yang semakin mengeras.
"Aaah.., sshh..," desahnya merasakan kenikmatan sambil tangannya terus menggenggam dan sesekali mengocok batang penis mereka.
Mereka serentak menghentikan kegiatannya, dan menyuruh Lia berdiri
dari kursi menuju ke ranjangnya. Daster Lia yang sudah tidak karuan
menyangga tubuhnya langsung terlepas bersamaan dengan tangan Ferry yang
menarik cepat tali dasternya. Sambil memegangi tangan Lia, kini mereka
dapat bebas melihat kemulusan tubuhnya yang tinggal berbalut CD mini
itu.
Lia disuruh berhenti di dekat ranjangnya, dimana aku sudah duduk
menunggu, duduk di pinggir ranjangnya tanpa busana. Lia semakin pasrah
sambil berdiri waktu Ferry dan Doni merentangkan kedua tangannya, dan
mulai menciumi dari mulai ujung jari hingga ke lengan bagian atas.
Bulu-bulu halus Lia langsung berdiri menerima perlakuan ini. Kecupan
dan permainan lidah Ferry dan Doni di sepanjang kulit tangan Lia
membuatnya seperti terbang melayang. Rintihannya semakin menggila
sewaktu mereka menaikkan tangan Lia ke atas dan menyusupkan bibir-bibir
mereka ke ketiaknya.
Jilatan-jilatan Ferry dan Doni yang belum pernah Lia rasakan
sebelumnya itu, membuat Lia menggelinjang kegelian penuh rangsangan.
Kepalanya yang menengadah ke atas langsung disambut dengan ciuman Doni
di samping leher dan telinganya, sementara Ferry meneruskan jelajahan
bibir dan lidahnya yang liar ke samping pinggang Lia. Sementara
tangannya di atas memegang kepala Doni yang asyik menyusuri telinga dan
tengkuknya, aku berdiri dari ranjang dan tak kusia-siakan buah dadanya
yang membusung itu dengan kukecup lembut di sekitarnya. Putingnya yang
mencuat kujilat, kukulum dan kuhisap bergantian yang membuat tubuhnya
bergetar hebat menahan nikmat.
Desahan dan erangannya yang semakin mengeras tidak terdengar lagi,
karena tiba-tiba Doni membungkam mulut Lia dengan mulutnya yang liar
sambil memiringkan kepala Lia. Mau tidak mau Lia melayani permainan
bibir dan lidah Doni yang menari-nari di dalam rongga mulutnya.
"Mmph.. mmph..," erangnya di tengah hebatnya serangan kami bertiga.
Sementara itu Ferry sudah berada di bawah tubuh Lia yang asyik
menciumi belakang batang kakinya mulai dari paha, betis hingga tumit
kakinya. Tangan Ferry yang tadinya meremas-remas pantat Lia, tiba-tiba
begitu cepat turun ke bawah bersamaan dengan CD-nya, hingga akhirnya
tak sehelai benang pun menempel di tubuh Lia. Pemandangan indah
gundukan vagina Lia tidak kusia-siakan dengan bibirku yang sudah turun
dari melumat buah dadanya menjadi ke perutnya.
Setelah puas memutar-mutarkan lidahku di seputar perut dan
pusarnya, aku kembali duduk di pinggir ranjang dengan posisi wajahku
berhadapan dengan vagina Lia. Tanganku kemudian menarik pinggulnya
lebih mendekat ke arah wajahku, dan bibirku langsung mengecup gundukan
vagina Lia dengan lembut yang membuatnya menggeliat merasakan
sensasinya.
Tidak puas dengan itu, makin kuturunkan tubuhku ke bawah dengan
posisi berlutut. Tanganku kemudian merenggangkan kakinya, hingga vagina
Lia terbuka bebas menggantung di depan wajahku. Tidak lama kemudian
kubenamkan wajahku ke selangkangan Lia yang kemudian diikuti oleh
usapan lidah Ferry di seputar pipi pantatnya. Lia semakin hebat
menggelinjang, apalagi sewaktu aku sudah mulai menjilat dan mengisap
klitorisnya dari bawah yang membuat vaginanya semakin basah.
Lia sudah tidak tahan dan mencoba meronta, tapi kami malah semakin
menggila. Tubuh Lia kami dorong ke ranjang, dan kusuruh menungging di
pinggir ranjang dengan posisi kakinya menggantung. Doni naik ke ranjang
dan berlutut di depannya dengan penisnya yang mengarah ke wajah Lia.
Tangan Doni kemudian memegang rambut Lia dan menengadahkan kepalnya.
"Buka mulutmu..!" perintah Doni yang segera diikuti, karena memang Lia sudah horny sekali, dan ingin melakukan apa saja.
Begitu mulutnya terbuka, masuklah batang penis Doni yang tegang itu
sedikit demi sedikit. Lia mulai merasakan nikmatnya mengemut penis Doni
dengan memaju-mundurkan kepala sesuai gerakan tangan Doni di rambutnya.
"Ayo isep dan jilat sepuasmu..!" perintah Doni lagi yang segera
diikuti Lia dengan menjilati sepanjang batang penisnya yang divariasi
dengan mengemut kepala penisnya.
Sambil terus menghisap, Lia merasakan ada sesuatu di bawah
selangkangannya. Ternyata kepala Ferry sudah menengadah di antara kedua
paha Lia dengan posisi badannya berada di bawah ranjang. Bibir dan
lidah Ferry mulai beraksi dengan buasnya di vagina Lia. Yang membuat
Lia semakin histeris adalah ketika aku menyambut goyangan-goyangan
pantatnya yang mencuat ke atas dengan menyapukan lidahku ke belahan
pantat Lia dengan sesekali menusukkan ujung lidahku ke lubang
pantatnya.
Tanganku pun tidak mau tinggal diam, maju ke depan meremas-remas
buah dadanya yang menggantung. Lengkaplah sudah bagian-bagian sentra
kenikmatannya diserang habis-habisan. Aku tidak menyia-nyiakan
kesempatan indah ini. Kutarik kepalaku dari pantatnya, dan kugantikan
dengan menusukkan penisku ke vaginanya dari belakang. Dan untuk
mempermudah genjotanku, ferry memindahkan kepalanya dari selangkangan
Lia ke bawah buah dadanya yang menggantung, dan mulai menggeluti puting
Lia dengan mulutnya.
Bersamaan dengan semakin cepatnya gerakan maju-mundur penis Doni di
mulut Lia, kupercepat juga sodokan penisku ke lubang vaginanya sambil
mencengkeram keras pinggulnya. Sampailah pada erangan keras Lia diikuti
dengan mengejangnya tubuhnya tanda mencapai puncak. Terasa hangatnya
cairan di lubang vagina Lia yang diikuti dengan kencangnya otot-otot di
situ yang menjepit penisku.
Tanpa istirahat, Doni yang lalu mencabut penisnya dari mulut Lia,
membaringkan dirinya dan menarik tubuh mulus Lia ke atasnya, hingga
posisinya jadi berjongkok dengan vaginanya yang tepat berada di atas
penis Doni yang masih tegak berdiri. Sesaat kemudian, terbenamlah penis
Doni bersamaan dengan diturunkannya tubuh Lia. Erangan Lia terdengar
cukup keras merasakan nikmat, dan semakin memacunya untuk mempercepat
pompaan pada penis Doni.
Sementara itu, Ferry yang menunggu giliran mengambil inisiatif
dengan berdiri di samping Lia, dan memasukkan penisnya ke mulut Lia
dengan memutar sedikit kepalanya. Vagina dan mulut Lia kembali bekerja
keras memompa, sementara aku juga tidak tinggal diam dengan menarik
kedua tangan Lia ke belakang, lalu menjilat-jilat puting di buah dada
kirinya yang terguncang-guncang seirama naik-turunnya tubuhnya.
Rupanya Doni mencapai puncaknya lebih cepat. Ia menekan tubuhnya ke
atas yang diimbangi Lia dengan menahan ke bawah. Ferry yang sudah tidak
tahan penisnya dilumat, langsung mengambil inisiatif dengan mendorong
tubuh Lia ke samping hingga merebah di ranjang. Kedua tangan Lia
direntangkan ke atas, hingga berpegangan pada ujung tiang ranjang, lalu
kedua kakinya direntangkan, dan Ferry ambil posisi di antara kedua paha
Lia. Vagina Lia yang terbuka langsung dihujam oleh penis Ferry yang
masih basah bekas lidah Lia. Ferry mulai menyodokkan penisnya dengan
lembut yang membuat Lia mengerang dan berusaha mengimbangi dengan
memutar-mutar pinggulnya.
Sementara itu, Doni yang berada di samping Ferry membantu
merangsang Lia dengan menciumi, menjilat, dan mengulum jari-jari kaki
Lia yang mulus itu. Bibir sensual Lia yang terus mengerang itu
membuatku tidak tahan melihatnya. Aku bergerak maju dan kukangkangi
wajahnya, hingga penisku yang masih tegang berada tepat di depan
mulutnya. Kuangkat sedikit kepalanya dan kudorong masuk penisku. Lia
pun menyambut dengan ganas perlakuanku ini. Dihisap dan dikulumnya
penisku dengan bibir dan lidahnya.
Genjotan penis Ferry semakin cepat di bawah yang membuat Lia menggelinjang hebat.
"Mmmh.. mmph.. mmph..," teriak Lia tertahan penisku di mulutnya bersamaan dengan melengkungnya tubuh Lia ke atas.
Lia telah mencapai puncaknya bersamaan dengan Ferry.
"Tunggu, aku juga mau keluar..!" kataku lagi sambil melepas penisku
dari mulutnya dan mengocok penisku di depan bibirnya yang sengaja
dibukanya lebar.
"Aaagghh..!" erangku yang bersamaan dengan semprotan maniku ke wajah dan mulut Lia.
Tak hanya itu, waktu semprotanku berhenti, langsung dikulumnya
penisku lagi dalam-dalam yang membuatku terasa ngilu tapi nikmat
sekali. Akhirnya kami berempat merebah jadi satu di ranjang dengan
perasaan puas yang mendalam. Yang jelas kami semua merasakan 'asyiknya
rame-rame', mirip dengan slogan iklan rokok di TV.