Saya sedang asyik memilih-milih dasi yang
terpajang di display sebuah department store, ketika saya dikejutkan
dengan tepukan tangan di pundak. Dengan refleks saya menoleh ke arah
orang yang menepuk pundak saya itu. Betapa terkejutnya saya, sesosok
laki-laki bertubuh besar dan tambun berdiri di hadapan saya. Orang ini
pasti orang India atau sebangsanya. Kulitnya hitam gelap, berkumis
tebal dan berpenampilan dekil. Ia memperkenalkan dirinya dengan nama
Boy.
"Apakah itu istrimu?" orang itu bertanya sambil tangannya menunjuk
ke arah Wiwied yang sedang asyik berbicara dengan telepon selulernya.
Orang yang ditunjuk oleh laki-laki ini memang Wiwied istri saya,
dan saya hanya bisa mengiyakan saja. Entah mengapa saya seperti kerbau
yang dicocok hidungnya. Sepertinya pikiran saya tertutup sesuatu.
Terbukti dengan begitu mudahnya saya menuruti saja kemauan orang itu
untuk diperkenalkan dengan istri saya. Dan sama seperti saya, wiwied
pun seperti terpengaruh dan menuruti apa saja yang diminta oleh
laki-laki itu.
Orang ini ternyata memiliki beberapa orang teman, saya masih sempat
menghitung, ada lima orang lagi temannya, masing-masing Josh, Bram,
Fai, Yan dan Ali. Setelah mengobrol beberapa lama, dua orang
diantaranya minta tolong kepada Wiwied untuk mengantarkan mereka
mengambil barang. Sekali lagi, kami hanya bisa menurut. Aneh memang,
untuk orang yang baru beberapa menit berkenalan, bahkan dengan
penampilan lusuh seperti itu kami mau saja menuruti permintaan mereka.
Mereka bilang tidak perlu mengantar berduaan, sebab mereka juga membawa
mobil hingga akhirnya kami pun berpisah. Wiwied pergi dengan Josh dan
Bram, sementara saya bersama keempat orang lainnya. Saya tidak ingat
lagi persisnya saya dibawa ke mana, yang bisa saya ingat hanyalah saya
diminta mengemudikan mobil berputar-putar kota sambil terus-menerus
diajak ngobrol oleh mereka.
Sementara itu ternyata Josh dan Bram membawa Wiwied ke sebuah motel
di pinggiran kota. Josh yang mengemudikan mobil langsung memasukkan
mobil ke dalam garasi dan begitu mobil berada di dalam pintu garasi
langsung ditutup oleh penjaga motel itu, sementara Bram tampak seperti
membereskan urusan administrasi dengan petugas motel sebelum ia pergi
meninggalkan mereka bertiga di ruang tamu.
Begitu petugas motel itu pergi, Bram langsung memeluk Wiwied dari
belakang. Ia menjatuhkan ciumannya ke tengkuk Wiwied yang jenjang,
tengkuk indah itu memang hari itu terpampang tanpa penghalang karena
rambut Wiwied memang disanggul ke atas. Entah karena apa, Wiwied hanya
manut saja membiarkan dirinya diperlakukan seperti itu. Bahkan lebih
dari itu! Bahkan kini kedua laki-laki itu mulai melucuti pakaian Wiwied
satu demi satu. Mulai dari blazer, blouse kemudian rok span mini yang
dipakai Wiwied kini berceceran di lantai. Kini tinggal bra dan G-string
transparan saja yang melekat di tubuhnya.
Kedua orang itu tertegun memandangi tubuh wiwied yang setengah
telanjang itu, beberapa saat mereka membiarkan istri saya dalam keadaan
seperti itu sebelum kemudian Bram memerintahkan Wiwied untuk membuka
semua sisa penutup tubuhnya hingga tak lama kemudian istri saya telah
benar-benar telanjang bulat. Wiwied juga membuka ikatan sanggulnya
hingga kini rambutnya tergerai bebas sampai sedikit di bawah bahunya.
Ia hanya berdiri pasrah di hadapan kedua laki-laki itu. Sungguh sangat
cantik dia dalam keadaan polos seperti itu. Istri saya yang memiliki
wajah baby face dengan kulit yang benar-benar putih bersih, dengan
payudara yang boleh dibilang besar (Bra size 34C, cukup besar dengan
tinggi badan yang hanya sekitar 162 cm), belahan bukit kembar dengan
puting susu coklat kemerahan itu menggelantung bebas dan berguncang
lembut mengikuti irama nafasnya. Turun ke bawah terdapat perut yang
rata dengan rambut tipis di pangkal pahanya yang tidak begitu lebat
hingga samar-samar terlihat belahan bibir bawahnya yang berwarna merah
muda.
Kedua orang itu kini tidak sabar lagi, buru-buru mereka melucuti
pakaiannya sendiri hingga kini ketiga orang itu sama-sama telanjang
bulat. Bram segera membimbing Wiwied ke arah ranjang dan merebahkan
tubuh istri saya itu terlentang di kasur. Laki-laki itu segera
berbaring di sebelah tubuh istri saya dan membenamkan wajahnya ke dalam
belahan payudara Wiwied. Mulutnya dengan gemas menciumi kedua pucuk
puting susu Wiwied bergantian. Lidahnya ikut mempermainkan kedua
putingnya sambil kedua tangan Bram meremas-remas kedua bukit itu
terus-menerus.
Sementara itu Josh dengan tak sabaran membuka kedua selangkangan
Wiwied lebar-lebar, dan menemukan belahan bibir mungil yang ada
diantaranya. Dengan jari-jari tangannya ia membuka belahan bibir itu
hingga menganga dan segera menjulurkan lidahnya ke dalam untuk
menjilati bagian dalam dinding vaginanya. Tubuh Wiwied menggelinjang
dan dari mulutnya keluar suara dan desahan nafas tertahan setiap kali
lidah Josh menyapu setiap permukaan dinding yang sekarang mulai basah.
Dan ketika lidah Josh menemukan sebongkah daging kecil di bagian atas
liang itu dan menggelitiknya, tak tertahankan lagi tubuh Wiwied
menggelinjang lebih hebat dan ia mengerang tertahan.
Hanya beberapa saat saja Josh membenamkan wajahnya di selangkangan
Wiwied dan ia sudah merasakan bahwa istri saya ini sudah sangat basah.
Maka ia tak membuang kesempatan, ketika Bram sedang sibuk menciumi
bibir Wiwied dan meremasi kedua payudaranya, Josh dengan tergesa-gesa
merenggangkan kaki Wiwied lebar-lebar, dan menekankan kejantanannya ke
dalam liang senggama yang sudah sangat siap menerima penetrasi itu.
Maka dengan mudah Josh mendorongkan miliknya sampai masuk semua ke
dalam vagina Wiwied disertai dengan pekik tertahan yang keluar dari
mulut Wiwied, tidak begitu jelas memang karena mulutnya tersumbat mulut
Bram.
Dengan posisi berlutut kini Josh mulai menggoyang-goyangkan
pinggulnya maju mundur menekan bagian bawah perut Wiwied. Ia dengan
leluasa memompa tubuh Wiwied yang terlentang di hadapannya. Sementara
kedua kaki Wiwied diangkat dan diletakkan di atas pundak Josh, hingga
ia bisa menekan lebih dalam lagi dengan posisi seperti ini.
Sementara Bram yang mulai merasa tidak leluasa mencumbui Wiwied
karena badan Wiwied yang selalu berguncang-guncang mengikuti gerakan
pinggul Josh, mengalah dan duduk di sofa sambil menonton adegan itu,
sambil sekali-sekali tangannya mempermainkan batang penisnya sendiri
yang sudah sejak tadi berdiri tegang.
Hampir sepuluh menit berlalu dari saat Josh melakukan penetrasi
pertamanya ketika ia makin mempercepat dan memperkeras goyangan
pantatnya hingga makin membuat Wiwied mengerang tak berkesudahan, dan
tiba-tiba tubuh lelaki itu mengejang di atas tubuh Wiwied. Ia
menyemburkan air maninya ke dalam liang senggama Wiwied dengan
derasnya. Beberapa saat kemudian setelah nafasnya mulai teratur
kembali, Josh memisahkan diri dari tubuh Wiwied dan berjalan ke arah
sofa dan duduk di sisi Bram.
"Wah, luar biasa tuh cewek. Cantik lagi..!" katanya sambil menyalakan sebatang rokok.
"Giliranmu Bram.." katanya sambil menoleh ke arah rekannya.
Bram yang sejak tadi sudah tidak sabar, segera berdiri dan berjalan
ke arah Wiwied yang terlentang di atas kasur. Bahkan posisinya sampai
sekarang belum berubah, kedua belah kakinya masih mengangkang lebar,
hingga tampak terlihat jelas sebagian air mani meleleh keluar dari
dalam bibir bawahnya yang masih membengkak dan menganga.
Bram menarik tubuh Wiwied hingga kini istri saya terduduk di
pinggir tempat tidur, wajahnya persis menghadap ke selangkangan Bram
yang berdiri di depannya. Dengan sekali rengkuh ia menarik kepala
Wiwied dan mejejalkan batang penisnya ke dalam mulut Wiwied. Istri saya
sekarang melakukan oral pada Bram. Wiwied yang memang jago dalam hal
satu ini langsung membuat Bram merem melek keenakan. Ia sesekali
mengerang, "Aahh.. Jago sekali nih cewek nyepongnya, loe musti nyobain
Josh!" Bram berkata sambil menoleh ke arah Josh yang sedang duduk
terlentang mengumpulkan tenaga.
Wiwied yang berada di bawahnya terus memainkan bibir, mulut dan
lidahnya untuk mempermainkan batang penis Bram. Caranya ia menghisap
kepala penis yang makin lama makin licin dan berubah warna menjadi
merah tua keunguan itu pasti tidak pernah dilupakan oleh Bram. Belum
lagi kepalanya yang ikut bergerak-gerak maju mundur mensimulasikan
gerakan senggama kepada batang penis yang berada di dalam mulutnya itu.
Entah sudah berapa lama Wiwied mengulum penis Bram, ketika akhirnya
Bram melepaskan diri dan menarik tubuh Wiwied berdiri dan menariknya ke
arah meja rias yang berada di ujung ranjang, menghadap cermin. Lalu
dari belakang Bram memasukkan batang miliknya ke dalam vagina Wiwied
dengan sekali sentakan halus hingga amblas seluruhnya ke dalam. Terasa
benar liang itu sangat licin dan hangat. Dan kemudian Bram mulai
mengerakkan pinggulnya maju mundur sementara kedua tangannya memegang
pinggul Wiwied untuk membantu menggoyangkannya berlawanan dengan arah
gerakan pinggul Bram yang maju mundur.
Stamina Bram sungguh bagus, hampir sepuluh menit ia menggerakkan
pinggulnya dengan cepat dan disertai hentakan-hentakan kasar. Wiwied
benar-benar mengerang-erang tak berkesudahan digagahi dengan cara
seperti itu. Nikmat, geli dan kadang-kadang ngilu bercampur jadi satu.
Apalagi batang kejantanan Bram termasuk besar hingga terasa sekali
benda itu begitu penuh dan menguak lebar vaginanya.
Tiba-tiba Bram memisahkan diri dan menarik tubuh Wiwied dan
memaksanya berjongkok di hadapannya, ia kemudian menjejalkan kembali
batang penisnya ke dalam mulut Wiwied, hampir bersamaan dengan itu Bram
memuntahkan air maninya ke dalam mulut Wiwied. Air maninya menyembur
dengan deras sekali dan tidak tertampung oleh mulut Wiwied yang mungil
hingga meluap keluar, meleleh ke dagu dan menetes ke bawah membasahi
belahan payudaranya. Bisa dipastikan sebagian air mani itu pasti telah
tertelan oleh Wiwied, dan ketika akhirnya Bram mengeluarkan penisnya
dari dalam mulut Wiwied, muntahan air mani itu segera berhamburan
keluar dari dalam mulut Wiwied karena memang sangat banyak dan Wiwied
tidak sanggup menelan semuanya. Kini wajah bagian bawah Wiwied
berlepotan lendir lengket berwarna putih susu.
Sehabis itu, masih dalam keadaan telanjang Josh dan Bram kemudian
membimbing Wiwied ke dalam kamar mandi untuk memandikannya. Kedua
laki-laki itu membersihkan semua lendir yang berada di selangkangan dan
wajah Wiwied sambil memandikannya. Namun kemudian, kedua laki-laki itu
sekali lagi menggagahi Wiwied di dalam kamar mandi bergantian. Sekali
lagi Wiwied digilir di dalam bath tub dalam keadaan berdiri menghadap
tembok kamar mandi pertama oleh Josh, dan ketika Josh selesai mencabut
batang penisnya ia langsung digantikan oleh Bram yang juga langsung
memasukkan batang kejantanannya dari belakang tanpa pemanasan lagi.
Baru sesudah Bram selesai, mereka benar-benar memandikan Wiwied sampai
bersih sebelum kemudian mereka kembali berpakaian dan keluar
meninggalkan motel itu kembali menemui rekan-rekan mereka yang sedang
bersama saya.
Kami bertemu kembali di tempat di mana saya dan Wiwied pertama kali
bertemu dengan mereka. Dan ketika bertemu Wiwied saya sedikit heran,
kok sekarang sanggul istri saya telah terlepas, jepitan rambut besar
yang tadinya digunakan untuk menjepit sanggul istri saya itu sekarang
hanya digunakan untuk menguncir rambut istri saya ke belakang.
Dandanannya juga agak acak-acakan, tidak serapi waktu pergi. Namun
ketika mata saya bertemu dengan mata Boy, entah mengapa kecurigaan saya
itu langsung sirna.
Singkat kata, akhirnya entah mengapa kami sepakat membawa mereka
pulang ke rumah. Sekali lagi aneh, di rumah itu tidak ada siapa-siapa,
bahkan pembantu pun tidak tampak batang hidungnya. Saya diajak duduk di
ruang tengah oleh Josh dan Bram sementara yang lainnya masuk ke kamar
tidur bersama Wiwied, sementara pintu kamar seperti sengaja dibiarkan
terbuka lebar. Saya masih sempat mendengar suara Boy yang tanpa
sungkan-sungkan meminta Wiwied menanggalkan pakaiannya, serta membuka
kunciran rambutnya hingga kini rambutnya tergerai bebas ke bawah.
Mereka cukup terkejut ketika melihat Wiwied hanya mengenakan celana
dalam G-string transparan warna putih plus bra berenda yang juga
transparan dan sama warnanya, jelas kedua potong pakaian dalam itu
menunjukkan kemontokan pantat serta payudaranya. Boy dan yang lainnya
seperti terperangah dengan kemolekan tubuh Wiwied.
Sesaat kemudian Boy mulai memeluk dan menciumi Wiwied dari belakang.
Fai yang berjongkok memulai mencium dari paha kemudian ke pantat,
sedangkan Bram meremas-remas payudara Wiwied serta menciuminya,
sementara Yan memilih duduk di kursi rias sambil menonton ketiga
rekannya mengeroyok Wiwied. Tidak tahan hanya melihat Wiwied memakai
baju dalam, Fai mulai menarik G-string Wiwied dari belakang dan
perlahan-lahan menurunkannya, sehingga sekarang pantat istri saya yang
montok jelas terlihat. Pada saat yang sama, Boy melepas bra Wiwied
hingga kedua buah payudara istri saya itu menggelantung bebas tanpa
penghalang lagi dan segera disambut oleh Bram dengan menjilat-jilat
puting susunya.
Sesaat kemudian Boy melepas semua bajunya dan kemudian mengangkat
tubuh molek Wiwied ke atas tempat tidur. Sementara yang Fai menyambut
tubuh istri saya di atas ranjang. Wiwied terlentang di tempat tidur
dengan kaki terbuka lebar, kepalanya sekarang berada di pangkuan Fai.
Ia merintih-rintih karena kemudian Boy menjilati dan menghisap
klitorisnya. Tampaknya tubuh Wiwied tidak bisa menolak kenikmatan yang
diberikan Boy, meskipun saya yakin dia sedang di bawah pengaruh
Hipnotis, tak berapa lama kemudian vagina Wiwied yang sekarang sudah
cukup basah dengan mudah menerima penis Boy. Kaki Wiwied diangkat,
dilingkarkan ke tubuh Boy pada saat dia menggoyang naik turun.
Kira-kira lima menit, Boy mempercepat goyangannya dan tiba-tiba
mencabut penisnya dari dalam vagina Wiwied. "Tunggu dulu, gue belum mau
keluar. Loe terlalu cantik untuk dilewatkan sesaat, jadi harus
dinikmati dengan waktu yang cukup lama.."
Boy kemudian mengangkat tubuh istri saya dan memposisikannya doggy
style dengan perut diganjal bantal dan pantat menghadap ke atas.
Sekarang keindahan pantat Wiwied benar-benar terlihat, tidak satu orang
pun yang tidak terangsang melihat Wiwied pada posisi tsb. Tanpa
menyia-nyiakan waktu, Boy membimbing penisnya masuk ke dalam vagina
Wiwied yang masih basah dan tampak berwarna pink muda. Kedua tangan Boy
memegang pantat Wiwied, sedangkan pinggulnya bergoyang-goyang berirama.
Sesekali tangan Boy mengelus-elus pantat Wiwied dan sesekali meremas
payudara Wiwied dari belakang.
Beberapa menit kemudian, Boy kembali mempercepat goyangan
pinggulnya, kemudian dia menarik kedua tangan Wiwied. Jadi sekarang
persis seperti naik kuda lumping, kedua tangan Wiwied dipegang dari
belakang sedangkan pantatnya digoyang seirama. Akhirnya Boy tidak lagi
bisa mempertahankan, dia lepaskan spermanya ke dalam vagina Wiwied
disertai erangan kenikmatan. Tampak cairan putih kental keluar dari
dalam vagina Wiwied seiring dengan dicabutnya penis Boy dari dalam
vagina Wiwied, cairan putih tsb mengalir ke pahanya dan menetes di
tempat tidur. Beberapa detik kemudian tiba-tiba badan Boy didorong oleh
Fai, "Gantian dong, sekarang giliran gue.."
Wiwied dibimbing masuk ke dalam kamar mandi yang sekarang sudah
penuh dengan air hangat. Fai dengan bersemangat membersihkan tubuh
Wiwied, terutama di bagian kemaluannya. Fai yang sudah telanjang bulat
dengan penis tegang, meminta Wiwied untuk melakukan oral sex. Wiwied
menuruti saja kemauan Fai, bahkan dia memperlakukan Fai seperti
suaminya sendiri yaitu dengan menjilati bagian kepala penis dan
dilanjutkan dengan 'deep troath'. Saya sudah menceritakan bagaimana
lihainya Wiwied dalam permainan ini, hingga tidak usah dijelaskan lagi
bagaimana nikmat yang dirasakan oleh Fai dengan pelayanan Wiwied
seperti itu. Masih di dalam kamar mandi, Wiwied kemudian disetubuhi Fai
dengan berdiri dari belakang. Kedua tangan Fai meremas-remas payudara
Wiwied, sedangkan pinggulnya bergoyang dengan cepat. Goyangan ini
bertahan selama hampir sepuluh menit, sebelum akhirnya dicabut. Pada
saat bersamaan Wiwied diposisikan berlutut menghadap Fai. Sekali lagi
Wiwied melakukan oral sex, tapi kali ini tidak lama. Hanya dengan
beberapa hisapan, penis Fai menyemburkan isinya ke dalam mulut Wiwied
serta wajahnya. Wiwied kembali menelan air mani, kali ini dari penis
Fai. Sama seperti tadi, sebagian air mani ini juga meluap keluar dari
dalam mulut dan berlepotan di wajahnya.
Fai kemudian meneruskan membersihkan badan Wiwied dan akhirnya
membimbingnya keluar dari bath tub kembali ke ranjang. Boy yang rupanya
telah membongkar lemari pakaian kami menemukan koleksi lingerine Wiwied
yang memang sering dia pakai terutama pada saat menjelang kami
berhubungan intim sebagai 'starter'. Boy sudah mempersiapkan stoking,
gather, G-tring dan bra yang serasi ditambah baju tidur. "Ayo sekarang
kamu pakai baju ini dan menunggu kedatangan teman-teman kita yang
lain." perintah Boy pada Wiwied.
Boy, Bram dan Josh sekarang duduk berhadapan dengan saya di meja
kerja. Mereka mengajak saya ngobrol mengenai perusahaan dotcom disertai
business case-nya. Saya sangat terkejut ketika melihat Wiwied dari
celah-celah pintu kamar yang terbuka sedikit, dia memakai baju tidur
transparan lengkap dengan stoking dan ghater-nya. Dia tampak begitu
seksi dan merangsang dengan rambut tergerai acak-acakan. Bram dan Yan
berada di samping kiri dan kanan Wiwied sambil menciumi lengan dan
meremas-remas payudaranya. Masih dari celah-celah pintu, saya bisa
melihat sekarang ketiganya merebahkan diri di tempat tidur. Bram
menciumi bibir istri saya sambil meremas payudara sedangkan kepala Yan
menghilang di bawah selangkangan Wiwied sambil kedua tangannya dari
bawah meremas-remas pantat.
Saya terkejut ketika Boy mengajak saya masuk ke dalam kamar Wiwied
untuk mengambil buku daftar PIN untuk diberikan kepada Boy. Saat masuk
ke dalam kamar, saya dapat melihat dengan jelas Bram sedang melepas bra
Wiwied dan Yan sedang menarik ke bawah G-string istri saya dengan
giginya. Setelah selesai menelanjangi Wiwied, Bram langsung menghisap
puting susu Wiwied yang sebelah kiri. Bahkan saya masih inggat, puting
susu Wiwied sudah ereksi menjadi bengkak dan meruncing. Tanpa rasa
apa-apa saya terus saja berjalan melewati tempat tidur dan langsung
membuka laci lemari di samping kiri di mana Wiwied sedang terlentang
dan dikerubuti dua orang laki-laki yang juga sudah sama-sama bugil.
Dari dalam laci saya mengambil sebuah buku catatan yang berisi PIN
kartu kredit saya dan Wiwied. PIN dan kartunya kemudian saya serahkan
pada Josh yang menunggu di belakang saya.
Ketika saya beranjak melewati tempat tidur lagi untuk keluar dari
kamar, Bram menghisap-hisap serta meremas payudara Wiwied, Yan masih
dengan beringas menciumi serta menyedot vagina istri saya. Anehnya
Wiwied tampak biasa saja, bahkan seperti menikmati kejadian tersebut.
Matanya tampak setengah terpejam sementara tangan kirinya meremas-remas
kepala Bram yang sedang terbenam di dadanya. Sementara tangan satunya
lagi berada di atas kepala Yan. Sesekali dia merintih keenakan karena
rangsangan pada klitoris dan payudaranya. Boy dengan sigap menarik saya
keluar dari kamar Wiwied, mungkin dia tahu saya mulai curiga dengan
perlakuan temannya pada istri saya. Sayup-sayup terdengar mobil
meninggalkan rumah, ternyata Josh sedang menuju mesin ATM untuk menarik
uang dari kredit card saya dan Wiwied.
Saya dan Boy kembali duduk berhadapan di samping kamar di mana
Wiwied sedang disetubuhi. Masih dengan pintu kamar yang terbuka lebar,
sehingga tampak dengan jelas bagaimana Wiwied dalam posisi doggy stye
sedang menghisap penis Bram sedangkan dari belakang Yan
menggoyang-goyangkan pinggulnya sambil kedua tangannya menepuk-nepuk
pantat Wiwied. Suara mereka pun terdengar dengan jelas.
"Ooh gila.. vagina si Wiwied ini benar-benar basah dan menggigit.
Belum pernah sebelumnya saya merasakan yang seenak ini. Mujur benar si
Doni mempunyai istri seperti dia, tapi sayangnya saat ini kita yang
menikmatinya.. he.. he.. he.." desah Yan.
"Hisapannya pun cukup kuat, pandai sekali dia nyepongnya," balas Bram.
Selama lebih setengah jam mereka berdua secara bersama-sama
menyetubuhi istri saya, berbagai macam posisi mereka coba. Mulai dari
doggy style, women on top, berdiri dan ketika Bram tak bisa bertahan
lagi dan menyemburkan maninya ke dalam vagina Wiwied, kemudian mereka
bertukar posisi. Kembali dengan doggy style, Kini Yan yang menggasak
Wiwied dari belakang, sementara Bram menjejalkan penisnya ke mulut
Wiwied untuk dibersihkan, sampai akhirnya diakhiri dengan gaya Wiwied
duduk membelakangi Bram yang sesaat kemudian kembali menyemprotkan air
mani ke wajah Wiwied. Yan pun juga mengalami klimaks dengan
mengeluarkan isinya ke dalam vagina Wiwied. Namun rupanya Yan belum
puas, ia menarik kepala Wiwied untuk menghisap penisnya yang mulai
loyo. Wiwied menuruti saja permintaan Yan tsb. Dengan wajah yang masih
penuh dengan sperma, Wiwied melakukan oral sex lagi beberapa saat
sebelum Kedua pria tersebut kemudian membimbing Wiwied masuk ke dalam
kamar mandi, Wiwied untuk yang kedua kalinya dibersihkan tubuhnya dari
ceceran sperma di vagina maupun di wajahnya.
Tampaknya Boy dan Ali yang juga menyaksikan aksi tsb dari luar
mulai terangsang kembali. Buktinya setelah saling memberi isyarat
dengan mata mereka sekarang menuju kamar mandi dan mengeringkan tubuh
Wiwied yang sudah bersih dan segar dengan handuk. Bram dan Yan memakai
baju kembali dan keluar menemui saya. Sayangnya sekarang pintu kamar
tidur ditutup, sehingga saya tidak tahu apa yang terjadi di dalam. Yang
jelas, Boy dan Ali pasti kembali menggauli istri saya untuk yang kedua
kalinya. Dari pengakuan Wiwied kemudian, saya tahu bahwa pada saat itu
Boy langsung mengangkat tubuhnya dan meletakkan di atas sofa yang
terdapat di dalam kamar. Boy memposisikan Wiwied menungging dengan
tangan berpegangan pada pundak Ali yang duduk di sofa, kemudian Boy
memasukkan penisnya dari belakang. Sementara Ali yang duduk menghadap
Wiwied menciumi wajah dan payudara Wiwied bergantian.
Tak berapa lama kemudian, tubuh Wiwied merosot ke bawah, kepalanya
menangkup di selangkangan Ali dengan melakukan oral pada penisnya,
sementara Boy tetap menggoyangkan pinggulnya maju mundur dari belakang.
Dan ketika telah selesai menyemburkan air maninya kembali ke dalam
vagina Wiwied, Ali langsung membopong tubuh istri saya dan memangkunya.
Wiwied sekarang duduk di atas pangkuang Ali, dengan mudah batang penis
Ali menyelusup ke dalam vagina Wiwied. Namun aneh, Wiwied malah dengan
sukarela menggoyangkan pinggulnya naik turun di atas pangkuan Ali
dengan kedua belah tangan berpegangan pada pundak Ali. Beberapa lama
kemudian Ali membopong tubuh Wiwied yang sudah keletihan itu dan
meletakkannya di atas tempat tidur sebelum kemudian menindihnya dan
mulai menggerakkan kembali tubuhnya naik turun.
Saat itu Josh melangkah masuk ke dalam kamar, rupanya ia telah
pulang dari menguras ATM saya sampai batas limit, dan ketika melihat
Ali sedang menggoyangkan tubuhnya di atas tubuh istri saya yang
sekarang telungkup di atas tempat tidur ia jadi kembali terbangkit
nafsunya, maka ia pun kembali membuka seluruh pakaiannya dan mengocok
penisnya hingga menegang, dan ketika Ali selesai, tanpa basa basi Josh
pun segera naik di atas tubuh istri saya yang kini telah lemah lunglai.
Wiwied hanya pasrah saja tubuhnya dibolak-balik sesuka hati oleh Josh
sambil terus disetubuhi sampai pada akhirnya Josh mencabut penisnya
dari vagina Wiwied dan menjejalkan ke mulut istri saya, bertepatan
dengan memuntahkan air maninya ke dalam mulut Wiwied. Air mani itu
muncrat dan berlepotan ke seluruh wajah istri saya setelah sebagian
tertelan. Baru sesudah Josh menyelesaikan hajatnya, kelihatannya mereka
sudah cukup puas melampiaskan semua nafsu birahinya terhadap istri
saya.
Setelah mengucapkan terima kasih, keempat sekawan tsb meninggalkan
rumah kami sambil membawa G-string dan bra Wiwied yang berwarna putih,
perhiasan, dan uang tunai baik yang ada di rumah maupun dari ATM. Boy
berkata bahwa dalam waktu satu jam semuanya akan kembali seperti biasa.
Sekarang dia meminta saya meneruskan menulis proposal, serta meminta
Wiwied untuk tidur agar tidak kecapaian setelah melayani tamu.
Kira-kira satu jam kemudian, saya terbangun dari tidur saya di atas
meja kerja. Saya merasa semua kejadian tadi seperti mimpi, untuk
membuktikan saya masuk ke dalam kamar, ternyata di situ saya
menyaksikan Wiwied sedang terlelap tanpa baju dengan hanya ditutupi
selimut. Tampak juga gaun tidur, G-tring hitam, stoking serta gather
tercecer di bawah tempat tidur. Makin penasaran, saya periksa tempat
tidur Wiwied. Masih ada sisa-sisa sperma di mana-mana. Bahkan banyak
juga yang masih melekat di wajah, mulut, rambut dan di selangkangannya.
Saat Wiwied terbangun dari tidurnya, dia juga merasakan hal yang sama.
Dapat mengingat semua kejadian dengan jelas, tetapi tidak bisa menolak
untuk tidak melakukannya. Begitulah, kami kehilangan harta dan harga
diri setelah dihipnotis.