Hari senin tiba tanpa terasa, akupun pergi kerumah nenek, dan akupun disambut oleh Tokang dengan ceria, rupanya dia sangat merindukanku. Selama dua hari ini tidak kurasakan apa yang berubah dari diriku. Kecuali susuku yang bertambah agak besar, dan memang benar susuku bisa mengeluarkan air sekarang.
Tokang amat girang dengan “mainan” barunya, untung dirumah selalu sepi, karena nenek dan kedua anaknya pergi mengurus pabrik mereka. Orang utan kecil itu menetek kepadaku di sepanjang siang. Ranya geli juga waktu tetek-ku dikulum kulumnya. Ada perbedaan antara menyusui saat hamil dan tidak hamil.dan sepanjang hari itu tampak biasa biasa saja, dan haripun berlalu dengan cepat.
Seusai mandi aku terbiasa membawa Tokang ke kandangnya, namun kali ini dia menjerit jerit, sepertinya dia ingin bersamaku seharian. Nenek memintaku mengajaknya.
"tak apa, ajaklah dia, Tokang tak akan mengganggu, dulu dengan pengasuhnya juga dia tidur disana" kata nenek.
Akupun mengajaknya tidur dikamarku, ada dua bed disana, sebenarnya aku memang ingin mengajaknya tidur disini, lumayan ada teman, pikirku.
Di malam harinya tiba-tiba aku merasakan gatal-gatal di bagian paha atasku, aku mengelus-elusnya untuk mengusir gatalku, namun kemudian vaginaku juga terasa agak gatal, dan bahkan liangnya juga terasa seperti agak gatel. Aku mulai meraba dan menggesek celana dalamku. Berharap bisa menghilangkan gatalnya. Aku mulai tidak tahan, tanganku mulai menggesek gesek celana dalamku lebih keras, lebih cepat. Dan akupun mengalah, tiba-tiba karena liang kemaluanku gatal, ingin sekali aku menggaruknya kedalam. Kubuka celana dalamku, dan mulai memasukan jari jariku kedalamnya.
Aku mulai panik, namun keenakan juga, aku tebangun dan hendak mencuci vaginaku di kamar mandi. Tapi tiba tiba mataku tertuju pada kotak kecil tempat menyimpan “kepala putik”. Iseng aku membuka kotak itu, dan ternyata kepala putik itu masih disitu, walaupun ukurannya telah menysut, namun jangkauannya masih lebih panjang dari jari-jariku.
Kepala putik kumasuan kedalam vaginaku yang berbulu. Perlahan lahan kukorek korekkan kepala putik itu kedalamnya. Semakin lama semakin nikmaaatt... uhhh..rasanya sangat enak…dan aku pikir bahkan aku belum pernah menikmati yang seperti ini sebelumnya.
Tiba tiba aku merasaakan birahi yang besar, keringatku bercucuran dan korekan kepala putik itu semakin kupercepat, liang vaginaku sekarang telah basah, dan sesaat kemudian…sreettt sreettt ceeerrrrr..ughhh…aku mengalami ledakan orgasme yang luar biasa…liang vaginaku sepertinya berdenyut hebat…aku masih bisa merasakan kepal putik itu tertancap di liang kemaluanku turut bergetar settiap kali vaginaku berdenyut…
"ughhh …nikmat sekali…" pikirku.
Kedua mataku kututup dengan bantal, rasa orgasme masih menyelimuti diriku.
"apa yang terjadi ?" tanyaku dalam hati.
Mungkin cairan kepala putik itu menyebabkan kegatalan pada vaginaku, itu sebabnya para peternak disini menggunakannya untuk membuat sapi betina mereka lebih birahi.
Sesaat berlalu, kedua tanganku masih mendekap bantal yang menutup mataku. Tiba –tiba oh.. sungguh diluar dugaanku ada tangan yang meraba bibir kemaluanku yang merekah akibat tertancap kepala putik tadi.
Dengan sigap aku terbangun, dan hampir saja aku berteriak. Rupanya Tokang telah terbangun, dan aku tidak tahu apakah dia melihat pengasuhnya bermasturbasi, namun kali ini dia telah meraba-raba vaginaku. Sesaat kemudian kepala putik itupun terjatuh…pluk…dan tampak jelas lubang vaginaku berdenyut dan basah.
Tokang semakin tertarik dengan itu, tangannya meraba raba dinding vaginaku yang basah. Aku sangat terkejut dan gugup. Astaga... baru pertama kali ada yang meraba vaginaku selain suamiku mas Heru. Aku tidak bisa berbuat banyak. Tokang sepertinya terheran heran dengan alat kelamin betina dewasa, tiba tiba dia membauinya, membaui vaginaku .. sniff. .sniff…dan mulai menjilati tangannya sendiri yang berlumuran cairan vaginaku.
Parahnya, Tokang ternyata menyukai rasa dari cairan vaginaku itu. Dia mulai menempelkan mulutnya ke vaginaku. oh..astaga… apa yang dilakukannya…tapi semua ketakutan tiba-tiba sirna. Kupikir lebih baik untuk menikmati saja semuanya. Kubiarkan Tokang menjilati vaginaku, dan bahkan dia menyedotnya dalam-dalam.
Kepalanya sibuk beroperasi di selangkanganku sementara kukangkangkan kedua pahaku lebar lebar. Dan ughhh…crooottt..serrrr….kurasakan orgasme kedua yang lebih hebat lagi. Tokang semakin menikmatinya, mungkin dia pikir ini sama dengan air susu payudara..he he mungkin juga dia berpikir begitu, Tokang masih kecil untuk mengenal sex, walaupun akupun tidak bisa memastikan dia tidak memiliki keinginan bersetubuh denganku.
Setelah cairannya habis Tokang pindah dan tertidur. Syukurlah dia tidak ingin macam-macam, pikirku. Dan karena lelah akupun juga tertidur. Terlentang dan telanjang.
Siangnya aku terbangun, suasana sudah sepi. Akupun makan, setelah mengurus Tokang, akupun memasukannya ke kandangnya. Kali ini aku akan membersihkan kandang kuda milik nenek. Kuda disana ada tiga ekor semuanya betina, akupun membersihkannya dan menyemprotkan air dan bersih bersih, setelah memberi makan kuda akupun ingin segera mandi. Namun sepertinya gatal-gatal itu mulai terasa lagi. Selama mengurus kuda aku mulai merasakannya lagi, hal ini membuatku merasa sedikit tersiksa.
Pada sudut sebuah meja aku mulai menggesek gesekan kemaluanku. Namun rasanya malah semakin terasa. Akupun kehilangan akal sehat. Rasa gatal itu telah menguasaiku. Aku mulai belingsatan untuk mencari “benda yang enak” untuk pelampiasanku. Akhirnya sebatang kayu silinder tebal 5 cm melintang memberikan aku sebuah ide.
Kayu bulat itu melintang horisontal dan tersambung pada dua buah tiang kayu. Akupun melepas celana dalamku. Rasanya tidak akan ada yang melihat, aku tidak tahan. Aku mengangkang dan tepat dibawah vaginaku, kayu horisontal itu. Kugesek gesekan vaginaku yang mulai basah. Ssambil mengawasi kuda-kuda itu makan, akupun menikmati sex nikmatku sendiri.
Dan kali ini vaginaku memang basah. Saat itu, Joki anjing nenek masuk ke kandang, Joki memang anjing kampung, gunanya menjaga rumah ketika sepi. Dia terbengong melihatku duduk diatas sebatang kayu. Perlahan didekatinya aku dan mengendus endus. Joki tidak terlalu besar hanya sepaha bawah ku, tubuhnya biasa saja. Mula-mula dia mulai curiga dengan bau yang dia cium. Dia mulai agak tegang dan seperti kebingungan, tapi perlahan dia mulai mendekat, dan akupun mulai curiga kalau-kalau anjing kampung ini membaui cairan vaginaku yang mulai menetes.
"huss .. huss kataku mulai mengusirnya. Namun Joki semakin mendekat dan Happ!! Anjing kampung itu nekad memasukan moncongnya ke balik daster pendekku …ughh…akupun mundur secara refleks namun tubuhku terhalang tiang kayu dibelakangku. Aku tidak bisa berkelit, kakiku mengangkang sempurna dan vaginaku tanpa penutup apapun. Aku tidak mengerti mengapa Joki doyan menjilati vagian wanita ?
ughhh.. aku tidak bisa berbuat apa-apa. Sapuan lidah kasar Joki membelah vaginaku yang telah basah oleh cairan. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Jujur saja, aku agak takut dengan ajing itu. Jadi kubiarkan saja dia menjilati kemaluanku. Segera setelah mendapatkan jeda, aku melompat dan pergi kedalam rumah.
Sesampainya disana, nenek dan kedua anaknya telah sampai, Joki masih saja berusaha menjilat-jilati kelaminku. Dan untuk menghindari ketahuan oleh penghuni rumah,(apalagi aku tidak pakai cd ) aku segera menyelinap ke dapur. Kuberikan Joki sepotong kue dan perhatiannya sejenak beralih. Tiba-tiba nenek masuk kedapur, kami berbasa-basi sebentar dan setelah mengecek semua pekerjaan rumah.
"Kalo semua sudah beres kamu boleh mandi. oh ya, si Joki ini sepertinya agak kotor mandikanlah dia." kata Nenek.
Aku menarik Joki segera ke kamar mandi pembantu, (kamar mandiku berbeda dengan kamar mandi utama), setelah mengunci pintu, akupun hanya tinggal berdua didalam dengannya. Kali ini benar-benar tidak ada yang bisa memisahkan aku dari anjing kampung ini. Hanya daster pendek dan tipis ini yang memisahkan tubuhku darinya.
Aku segera mengambil selang dan memandikannya, setelah dia basah, aku segera menyabuni anjing itu dengan sabun, sesaat ketika aku agak berjongkok vaginaku terlihat oleh Joki, hal ini memberikannya ide sekali lagi untuk menjilatinya.
Aku mulai terbiasa dengan itu, kubuka baju dan braku. Dengan telanjang bulat kami mulai madi bersama. Aku berdiri di pancuran dan mulai merasa nyaman. Kubiarkan Joki menjilati belahan pantatku. Kutunggingkan sedikit sehingga dia bisa menjilati anusku. Akupun tertawa geli, tidak apa-apa toh, pikirku mulai berusaha membenarkan tindakanku ini. Toh aku tidak bersetubuh dengan anjing ini pikirku. Anjing ini cukup berguna juga, aku mulai merasakan keenakan.