Lagi dan lagi, Aan menyemprotkan cairan kelaki-lakiannya itu. Semua
cairan itu tertampung di dalam kondom. Dapat kurasakan, penisnya
mengejang-ngejang saat ejakulasi berlangsung.
"Hhoohh.. Oohh.." 30 detik kemudian, keadaan menjadi tenang kembali.
"Aahh.." desahnya saat menarik penisnya keluar.
Kondomnya nampak penuh dengan cairan kental putih seperti susu.
Namun wajah Aan nampak agak kecewa, membuatku penasaran. Tak dapat
menahan rasa ingin tahuku, kutanya dia. Aan hanya menjawab.
"Saya kecewa karena belum puas aja."
"Apakah karena saya? Apa karena saya kurang seksi?" tanyaku panik, rasa bersalah menghantuiku.
Yang kuinginkan hanyalah untuk memberi kepuasan padanya. Jika Aan tidak
puas setelah bersetubuh denganku, tentu saja saya merasa bersalah dan
bertanggung-jawab.
"Bukan, sayang," jawab Aan, menciumku.
"Kamu hebat sekali. Kamu seksi, dan saya suka banget ama kamu.
Masalahnya ada pada diriku. Saya gak bisa mengontrol ejakulasiku. Saya
ngecret lebih cepat dari yang saya inginkan."
Mendengarnya, saya menjadi lega sekali. Segera kupeluk tubuhnya yang
basah dengan keringat itu dan kucium pipinya. Rasa cintaku bertambah
besar tiap kali kami berciuman. Aan-ku nampak jauh lebih ganteng. Saya
tak dapat menyangkal perasaan cinta yang sedang bersemi di dalam
hatiku. Saya telah benar-benar jatuh cinta pada Aan. Saat kami sedang
seru-serunya berciuman, temannya menyeruak keluar dari kamar mandi.
Tahu bahwa permainan kami sudah habis, dia menyarankan kami untuk
segera mandi. Sambil berpelukan mesra, Aan dan saya pindah ke kamar
mandi.
Kami memang benar-benar mesra. Bahkan di dalam kamar mandi pun, kami
belum puas berciuman. Bibir kami kembali saling bertautan sementara
lidah kami saling bergulat. Kedua tangan kami sibuk meraba, membelai,
dan meremas. Mulutku terbuka dan menyambut lidah Aan yang tak puas-puas
menyapu lidah, gusi, gigi, dan bibirku. Belum pernah mulutku dipuja
seperti itu. Penisku yang masih tegang mendesak-desak belahan paha Aan.
Dan kemudian saya baru ingat bahwa saya belum sempat ngecret. Ingin
cepat berejakulasi, saya merangsang penisku dan bermasturbasi. Aan
ingin membantu menambah rangsangan, menggesek-gesek penisnya yang sudah
lemas ke belahan pantaku. Kututup mataku dan kubayangkan bahwa kami
kembali bercinta. Rangsangan demi rangsangan membangun orgasmeku.
Perlahan, saya mulai mendekati klimaks..
"Oohh!!" Sperma segar menyembur keluar dari penisku. Ccrroott!!
Ccrroott!! Ccrroott!! Badanku mengejang-ngejang namun Aan memelukku
kuat-kuat. Bahkan ketika sedang berejakulasi, kurasakan betapa amannya
saya dipeluk seperti itu olehnya.
"Aahh!! Uugghh!! Oohh!!" Cairan semenku tertumpah ke atas lantai, disaksikan oleh Aan.
Saat orgasmeku meninggalkan tubuhku, saya merasa lemas sekali.
Masih menyangga tubuhku, Aan kemudian menciumku kembali dan saya
membalasnya. Memori itu membuat kemaluanku tegang dan berdenyut-denyut.
Kenangan itu begitu indah tapi juga menyedihkan. Indah karena Aan
bersamaku pada waktu itu. Sedih karena saya tak tahu kapan saya dapat
bercinta dengannya lagi. Aan pasti akan kembali lagi setelah masa
kerjanya berakhir. Tapi mungkin dia akan didesak oleh orangtuanya untuk
segera menikah.
Fakta bahwa Aan adalah seorang biseksual sangat mencemaskanku. Saya
tahu bahwa suatu saat saya akan kehilangannya Aan. Andai saja Aan mau
memperjuangkan cinta kami bersama.. Masalah itu pernah kusinggung saat
kami bersama, tapi Aan hanya menghiburku bahwa suatu saat saya akan
menemukan seorang pria lain. Hatiku agak tersayat saat mendengarnya
karena saya tak menginginkan pria lain. Saya hanya ingin bersama Aan-ku
sampai ajal memisahkan kami.
Dengan sedih, kulanjutkan membaca emailku.
Aan sayang, saya suka caramu bercinta denganku. Meskipun kamu sering
mengeluhkan dirimu sendiri, tapi saya puas. Saya tak pernah mengeluh,
kan? Bagiku, kamu tetap merupakan seorang pejantan yang tangguh. Dan
saya sangat menikmati setiap detik dari percintaan kita. Masih ingat
gak saat kita bercinta untuk yang kedua kali?
Kita bercinta selama satu jam lebih di rumahku. Sisanya, kita habiskan
dengan berbaring di ranjangku sambil telanjang bulat. Harus kuakui,
saya suka sekali saat kamu merengkuhku dan memelukku di dadamu. Saya
merasa sangat aman dan dicintai. Ingin rasanya waktu berhenti saja di
saat itu agar saya bisa selamanya berada dalam pelukanmu. Aan,
terkadang saya bertanya-tanya pada diriku sendiri, tahukah kamu
seberapa dalam saya mencintaimu?
Kenangan lain saat bersamanya kembali hadir di dalam pikiranku. Saya
teringat kembali saat kami memadu kasih di rumahku. Kejadiannya agak
heboh dan sempat membuatku kalang kabut karena Aan lupa membuang
bungkus kondom. Dan bungkus itu ditemukan oleh mamaku! Tapi semuanya
berakhir dengan baik meskipun sejak saat itu keluargaku jadi agak
was-was tiap kali saya keluar rumah dengan pria lain. Mereka hanya
takut kami akan pergi ke motel dan berubungan badan sejenis. Tapi bukan
kejadian heboh itu yang ingin kuingat, melainkan persetubuhan romantis
dan seru yang kami alami bersama.
Hari itu, beberapa hari setelah hari di mana kami bercinta untuk yang
pertama kalinya, Aan kembali datang mengunjungiku. Kali ini kami
memutuskan untuk bersantai di rumahku saja. Saya mengenalkannya pada
keluargaku dan mereka berpikiran positif tentangnya. Kata mereka, Aan
adalah pria tersopan dan teramah yang pernah saya bawa ke rumah. Aroma
parfum Aan yang lembut tapi memabukkan memenuhi lubang hidungku.
Wewangian parfum atau cologne pria memang dapat merangsangku, apalagi
wewangian itu berasal dari tubuh Aan. Saat kami hanya berduaan saja,
saya tak dapat menahan diri untuk meraba-raba tubuhnya. Aan hanya
tersenyum mesum dan merabaku balik.
Kebetulan sekali, orangtuaku harus keluar dalam rangka bisnis MLM yang
mereka geluti. Kesempatan emas bagi Aan dan saya! Aan memelukku dari
belakang dan memutar tubuhku agar kami saling bertatapan. Dan kulihat
wajah pria yang sangat kucintai itu. Matanya menyiratkan sejuta gairah.
Jelas sekali bahwa Aan rindu untuk memelukku. Tanpa ragu, kubiarkan
bibirnya menciumku. Kobaran api nafsu pun menyala-nyala dan membakar
kami. Tubuh kami kegerahan, keringat mulai bercucuran. Tak kuasa
menahan nafsu, kami buru-buru melepas pakaian kami. Sambil membugili
diriku, kupandangi gerak-gerik Aan dengan penuh nafsu. Pria itu
terlihat begitu dewasa, begitu maskulin, dan begitu penuh kasih sayang.
Langsung saja kupeluk dia. Kami pun terkunci dalam pelukan penuh
birahi. Batang kejantanan kami menegang dan menjadi hidup, saling
beradu pedang. Untung bagiku, Aan adalah tipe pria romantis. Dia suka
sekali dengan aktifitas ciuman dan pelukan. Saya menjadi bulan-bulanan;
hampir pingsan karena kebanyakan dicium dan dipeluk. Tapi saya suka,
suka sekali, dan Aan membuatku sangat bahagia, sangat bahagia sampai
saya ingin menangis terharu. Kutemukan kebahagianku di dalam dirinya.
"Aan," bisikku.
"Ada apa, sayang?" tanyanya, membelai-belai kepalaku.
"I love you," bisikku lagi. Kucium bibirnya selama beberapa detik.
"I love you, too," jawabnya, romantis.
"Suck me, please."
Dengan tangannya, Aan mendorong tubuhku ke bawah dengan pelan,
memberi tanda bahwa dia ingin dihisap. Saya tentu saja sangat tidak
keberatan. Berlutut di depannya, kukerahkan semua kemampuanku.
Batangnya yang sudah mengencang langsung masuk ke alam mulutku yang
lapar. Seperti bayi yang menyusu, saya menyedot-nyedot penisnya.
Otot-otot mulutku bekerja sama untuk menciptakan sensasi nikmat pada
perkakas kejantanan Aan. Desahan-desahan lembut terdengar pelan; Aan
menikmatinya.
"Hhoohh.. Oohh.. Hhoosshh.."
Pinggul Aan mulai dipompakan ke mulutku agar penisnya dapat masuk
lebih dalam lagi. Terus saja kusedot batangnya. SLURP! SLURP! Precum
dialirkan keluar dari lubang kencing Aan sebagai hadiah atas usahaku.
Penuh rasa terima kasih, kujilat habis semuanya. Rasa precum Aan sangat
memabukkan, membuatku ingin menyedot lagi, lagi, dan lagi. Yang ada di
dalam benakku hanyalah ingin membahagiakannya saja.
"Aahh.. Hhoohh.. Hhoosshh.." desah Aan menguat dan dia mulai bernafsu memperlakukan mulutku seperti pantat.
Alat kelaminnya dipompakan keluar masuk dengan semangat. Air liurku bercampur precum milik Aan mulai membusa di sekitar bibirku.
"Oohh.. Aahh.."
Atas inisiatifku, kutarik batangnya keluar. Napasu agak
terengah-engah. Letih rasanya harus menyedot penis sebesar penis Aan.
Dan saya puas dengan penisnya! Aan tak nampak kecewa karena setelah
dioral dia akan segera menganalku. Pria ganteng itu kemudian
membimbingku ke sofa dan duduk di sana. Seperti biasa, kami bermain
secara aman. Berbekal kondom dan lotion, Aan siap menggempur lubang
pertahananku dengan rudalnya.