Di sudut ruangan tertata sebuah meja makan kecil berhiaskan lilin untuk
candle-light dinner. Hatiku sungguh terharu sampai saya meneteskan air
mata. Kutatap wajah Aan dan kulihat dia memberiku sebuah senyuman yang
paling menawan. Dengan tangis haru, kupeluk Aan-ku erat-erat.
"Makasih.. Atas semuanya, sayang.." isakku.
Tangan Aan yang penuh dengan cinta membelai-belai kepalaku. Kami
mulai berciuman mesra. Bibirku membuka, membiarkan lidah Aan menyelinap
masuk. Di dalam mulutku, lidahnya bergerak-gerak dan menyapu-nyapu.
Gigi dan gusiku dijilat-jilat, terutama pada bagian langit-langit
mulutku. Rasanya sangat erotik apalagi saat dijilati, Aan memelukku
erat-erat sehingga saya merasa tak berdaya.
Bibirnya kemudian memagut-magut bibirku. Brewoknya yang tipis menggesek
daguku, memberi kesan macho dan jantan. Udara di sekitar kami mulai
terasa panas dan menyesakkan meskipun kamar itu dilengkapi dengan air
conditioner. Pakaianku lepas satu-persatu, kubiarkan Aan melucutinya.
Mula-mula kemejaku jatuh ke lantai, lalu disusul celana panjangku. Saya
hampir tak menyadari saat Aan akhirnya berhasil memelukku dalam keadaan
telanjang bulat. Ketika saya tersadar sepenuhnya, Aan dan saya sudah
bertelanjang bulat. Penisnya yang tegang mendesak-desak selangkanganku,
minta dipuaskan. Noda precum melumuri pahaku. Rupanya Aan sudah tegang
sejak tadi, pantas saja penisnya basah sekali.
"Kamu basah banget?" tanyaku, tetap berada di dalam pelukannya.
"Ya, sayang. Sejak tadi siang, saya sudah memikirkanmu. Kita bercinta, yuk. Udah gak tahan lagi nih."
Aan membuat ekspresi memelas yang kocak dan saya tak tahan untuk
tidak tersenyum. Atas kemauanku sendiri, saya berlutut di depan tubuh
telanjang Aan dan mulai menyedot batang kemaluanya. Batang itu masih
tetap sama walau lima tahun sudah berlalu. Seiring dengan berjalannya
waktu, saya makin mahir dalam menyepong penis. Lidahku, dengan lincah,
membelai-belai kepala penis Aan. Air liurku membungkus kemaluannya,
membuatnya semakin licin. Tetesan precum yang mengalir dari lubang
penis Aan kuhabiskan tanpa mengeluh. Rasanya enak sekali, asin-asin
manis. Aan membelai-belai kepalaku sambil mengerang-ngerang.
"Aahh.. Hhoohh.. Hisap terus, honey.. Oohh.. Buat saya ngecret.. Aahh.. Hisap, sayang.. Hhoosshh.."
Mengetahui bahwa Aan puas dengan servisku, saya senang sekali.
Hanya itu yang kuinginkan: memuaskan Aan. Kutambah tenaga hisapanku dan
Aan mengerang makin kencang.
"Hhoohh..!!"
Semakin banyak precum yang mengalir keluar. Bahkan penisku sendiri
juga membocorkan precum ke atas lantai. Karena saya terangsang berat
tapi tak ada yang dapat menolongku maka saya mengocok-ngocok penisku
sendiri. Mulutku masih saja telaten menghisap batang kejantanan Aan.
SLURP! SLURP! SLURP! Mm.. Enak sekali. Suara hisapanku bergema ke
mana-mana. Untung saja, kamar itu agak kedap suara sehingga kami bebas
mengerangkan kenikmatan yang kami rasakan.
"Mmpphh.. Mmpphh.."
Precum yang mengalir keluar dari lubang penis Aan semakin banyak.
Saya berpesta pora menjilati alat kelaminnya. Kebetulan, precum adalah
cairan kesukaanku. Desahan Aan pun terdengar semakin kencang. Penisnya
mulai digerak-gerakkan, menyodomi mulutku. Saya hanya berlutut diam dan
membiarkan Aan memakai mulutku. Aan memegang kepalaku dan megontrol
irama penetrasinya. Semakin lama, Aan semakin bergairah dan ritmenya
pun meningkat.
"Aahh.. Hhoohh.. Aahh.."
Sodokannya menjadi keras dan bertenaga sampai-sampai batang
kelaminnya mencapai tenggorokanku. Berkat pengalaman, saya kini sudah
biasa memberikan servis oral sedalam itu. Kubungkukkan badanku sedikit
agar penis Aan dapat lebih leluasa menyodomi tenggorokanku.
"Oohh!! Aahh!!" Erangan Aan mengeras, nampak akan segera
berejakulasi. Cairan precum yang meleleh dari penis Aan turun meluncur
perlahan di kerongkonganku.
"Oohh.. Endy.. Oohh.. Saya mau.. Aahh.. Ngecret.."
Dengan itu, Aan mencabut batang kejantanannya dari mulutku dan membiarkanku menghisapnya sampai klimaks.
"Aahh!! Saya keluaarr.. Aarrgghh!!" erang Aan, menyodokkan batang penisnya dalam-dalam.
Dalam sekejab, kepala kemaluannya mengembang sesaat dan kemudian
menyemprotkan air mani bertubi-tubi. Ccrroott!! Ccrroott!! Ccrroott!!
Cairan kental kelaki-lakian yang hangat itu membanjiri mulutku. Dengan
lahap, kutelan semua. Sebelumnya, saya memang ogah menelan air mani
Aan. Bukan karena tidak suka, tapi karena takut terkena AIDS mengingat
Aan dulu adalah seorang 'playgay'-gay yang suka gonta-ganti pasangan.
Tapi setelah kami berdua dinyatakan bebas HIV, kami tak sungkan-sungkan
memadu kasih. Aahh.. Enak sekali. Kutelan semua sperma Aan. Terasa
lental dan asin.
"Oohh!! Uugghh!! Hhoohh!! Aarggh!!"
Aan masih saja terus mengerang dan mengejang sampai tetes sperma
yang penghabisan. Setelah itu, dengan napas panjang, Aan melemas. Meski
melemas, Aan masih sanggup berdiri. Dengan lembut, dia memelukku
kembali. Tanpa saya duga, Aan langsung menggendongku. Tubuh telanjangku
kini berada di dalam genggaman kedua tangannya yang kuat.
Lalu, seperti layaknya pasangan pengantin baru, Aan menggendongku ke
ranjang. Perlahan, dia membaringkanku di atas ranjang mawar itu. Aroma
mawar kembali memenuhi lubang hidungku. Segar sekali dan juga harum.
Aan juga ikut naik ke atas ranjang, namun dia menghampiri kemaluanku
yang setengah tegang. Tanpa berpikir lagi, Aan memain-mainkan penisku.
Pelan tapi pasti, penisku mulai menegang dan mengeras.
"Aahh.. Hhoohh.." desahku, tubuhku mengeliat-geliat seperti ular.
Tiba-tiba Aan langsung mencaplok batang kejantananku. Batangku
dikulum-kulum. Ah, saya langsung terbang melayang. Dulu penisku memang
masih berkulup. Namun, kulup itu tak dapat kuturunkan semauku karena
mulutnya terlalu kecil sehingga kepala penisku tak dapat menyembul
keluar. Saat menegang, penisku nampak aneh karena masih tetap
terbungkus kulup. Ketika Aan dan saya hidup bersama, Aan membawaku ke
dokter dan, atas keputusan bersama, saya disunat.
Kini saya sudah terbiasa dan dapat menikmati bagaimana rasanya dioral.
Aan memang seorang penghisap penis yang jago. Entah di mana dia belajar
ilmu itu. Yang pasti Aan melambungkanku ke langit ketujuh. Setiap
hisapannya begitu bertenaga dan nikmat. Lidahnya, dengan ahli,
menyapu-nyapu kepala penisku yang sensitif, membuatku mengerang-ngerang
dan mengejang-ngejang.
"Oohh.. Enak, Aan.. Hhoohh.. Aahh.." desahku.
Batang kejantananku meluncur keluar masuk mulut Aan, bahkan
sesekali mencapai tenggorokannya. Aan terus saja menghisap dengan
sepenuh hati. Kedua buah zakarku sesekali diremas-remas agar tekanan di
dalam kantung penyimpan spermaku bertambah. Jika tekanan bertambah,
sperma akan muncrat keluar. SLURP! SLURP! Hisapan Aan mulai membuatku
gila dengan kenikmatan. Semakin lama, saya menjadi semakin dekat ke
puncak orgasme.
"Hhoohh.. Aahh.." Di saat napasku semakin berat, tiba-tiba Aan menusukkan jari telunjuknya masuk ke dalam anusku.
"Aarrgghh!!" erangku. Tusukan dari jari itu memang terasa agak sakit karena Aan tidak memakai lotion, tapi rasanya tetap nikmat.
"Aahh.. Oohh.. Aan.. Hhoohh.. Mau kkeelluuaarr.. Aarrgghh.."
Ccrroott!! Ccrroott!! Ccrroott!! Cairan maniku tersemprot keluar.
Aan langsung menampung semua pejuhku di dalam mulutnya. Saya
terus-menerus mengerang.
"Aarrggh!! Aahh!! Oohh!!"
Kepala penisku menjadi jauh lebih sensitif pada saat ejakulasi
sehingga kenikmatanku berlipat ganda. Tubuhku bergetar dan mengejang,
tak kuasa menahan gejolak orgasmeku yang begitu dahsyat. Ketika
semuanya berakhir, saya merasa lemas sekali. Aan berpindah, dari
penisku ke mulutku. Kubuka bibirku dan Aan menyambutnya. Cairan maniku
yang sempat tertampung di dalam mulutnya mengalir masuk ke dalam
mulutku. Kami saling berciuman dengan mesra sambil berbagi sperma.
Setengah kutelan, dan setengahnya lagi ditelan oleh Aan.
Ooh.. Indahnya bercinta.. Kami kembali saling berpelukan sampai
akhirnya kami berdua kelelahan dan harus beristirahat sejenak. Aan
membaringkan tubuhnya di sampingku, sambil membelai-belai rambutku.
Terbaring di sana dengan Aan di dekatku terasa seperti mimpi. Air
mataku kembali mengalir saat Aan kupeluk dengan segenap cinta.
"Terima kasih, Aan. Terima kasih atas segalanya. Saya amat mencintaimu," bisikku, air mataku menempel di wajahnya yang tampan.
Aan menyeka air mataku seraya berkata, "I love you, too. Semenjak
kita hari pertama kita bertemu, saya sudah tahu bahwa kita pasti akan
bersama. Saya lega bahwa ternyata saya tidak salah memilih pasangan
hidup."
Sebuah ciuman mesra mengakhiri kata-katanya. Lidahnya menyeruak masuk
dan bertemu dengan lidahku. Bibir kami saling berciuman, lapar akan
cinta. Aan dan saya berguling-guling di atas ranjang mawar;
kelopak-kelopak mawar menempel di tubuh kami. Kaki kami saling
melingkar, tangan kami saling memeluk, dan tubuh kami saling
menghangatkan. Noda-noda sperma melekat di badan kami akibat
pergesekkan dengan penis kami.