Saat itu, kami merasa seolah-olah tubuh kami melebur menjadi satu.
Penis kami yang tadinya sudah melemas, kini bangkit lagi. Aan hanya
memandangku sambil tersenyum mesum. Saya tahu apa yang Aan mau, dia mau
bersetubuh denganku.
"Mau yach?" bujuknya.
Tanpa dibujuk, saya juga sudah mau. Tetap memeluk tubuhku, Aan
menggesek-gesekkan alat kelaminnya. Batang itu mengetuk-ngetuk lubang
anusku. Sisa cairan sperma Aan menempel di belahan pantatku. Aan dan
saya saling bertatapan muka, napasnya mengenai wajahku. Lalu, dengan
sebuah ciuman mesra, Aan memulai penetrasi.
"Mmpphh.. Mmpphh.." erangku saat lubang anusku dibuka paksa oleh penisnya.
Walaupun selama lima tahun Aan setiap hari menyodomiku, lubang
pantatku tetap rapat. Saya selalu membiasakan diri untuk melatih otot
anusku, maka anusku selalu ketat. Aan tidak perlu memakai kondom lagi,
karena kami berdua bersih. Maka, dengan lumuran spermanya, Aan memasuki
tubuhku.
"Mmpphh.." erangku saat bibir anusku mulai membuka dan menelan batang kelaki-lakian Aan.
Oohh.. Batang itu merayap masuk. Dinding duburku yang gatal akan penis terasa nikmat sekali saat bergesekkan dengan batang Aan.
"Hhoohh.." desah Aan.
Dia pun turut merasakan kenikmatan yang teramat sangat saat
menyodomiku. Senyum mesumnya masih terpampang di wajahnya yang tampan
itu. Saya suka tiap kali Aan tersenyum, sebab wajahnya menjadi semakin
ganteng. Bless.. Akhirnya penisnya sudah masuk seluruhnya.
Kehangatannya menyebar ke seluruh tubuhku. Selama beberapa menit, kami
hanya saling berpelukan saja. Denyutan-denyutan penis Aan membuat
duburku gatal, ingin disodomi.
"Aahh.. Endy.. I love you.. Oohh.."
Tubuh Aan menggeliat-geliat, memposisikan penisnya. Setelah mendapat posisi yang nyaman, Aan mulai menggenjot.
"Aahh.. Oohh.. Aahh.." erangku, panjang.
Aan membuatku semakin gila dengan nafsu karena dia menyodomiku
pelan sekali. Mula-mula, penisnya ditarik mundur sampai kepalanya
hampir keluar. Lalu Aan pelan-pelan mendorong masuk penisnya itu
sedalam-dalamnya. Kemudian, ritme ini diulang-ulang terus. Memang
terasa nikmat, tapi saya menjadi semakin terangsang. Batang
kelaki-lakianku menjulang tinggi, basah dengan precum dan sisa pejuh.
Ada dorongan kuat untuk mengocok-ngocok penisku, tapi penisku
terperangkap di bawah tubuh Aan.
Ritme penetrasi Aan secara tak langsung menyebabkan perutnya
bergesek-gesekan dengan penisku. Sungguh nikmat rasanya. Dan saya
sungguh menikmati setiap detik dari saat-saat intimku bersama Aan.
Ingin rasanya waktu berhenti agar Aan dapat terus menyodomiku tanpa
henti. Tanpa mengenal lelah, penis itu terus menerus dihujamkan ke
dalam anusku. Bagaikan piston mesin, penis itu bergerak keluar masuk
dengan irama yang konstan. Aan nampak sangat menikmati pantatku sebab
dia tak henti-hentinya mendesah.
"Oohh.. Hhoohh.. Oohh.."
Lebih banyak precum dikeluarkan dari lubang penisnya, melumasi
dinding lubang pelepasanku. Sesekali, kepala penisnya menghajar
prostatku dan hal itu membuatku semakin terangsang.
"Hhoohh.. Fuck.. Aahh.."
Semakin lama, ritme penetrasinya mulai meningkat. Sodokannya pun
menguat sehingga saya harus mengerang tiap kali penisnya disodokkan
masuk.
"Aarggh!! Oohh!! Aarggh!! Aarrgghh!!" erangku, tubuhku terguncang-guncang.
Tiba-tiba Aan mengangkat tubuhku, penisnya masih tertancap di dalam
anusku. Saya terkejut dan buru-buru berpegangan dengan erat. Untuk
sementara, penetrasi terhenti namun penis kami berdua tetap menegang.
Dengan susah payah, Aan menggendongku turun dari ranjang.
Kelopak-kelopak mawar yang masih melekat di tubuh kami satu-persatu
jatuh berguguran ke atas lantai berkarpet. Agak terhuyung-huyung,
karena harus menahan berat badanku, Aan berjalan ke arah tembok.
Bersandar pada tembok, Aan mendapat kekuatan ekstra untuk menyodomiku
sambil menggendongku.
"Hhoohh.. Sayang.. Aahh.." desah Aan-ku, wajahnya agak sedikit letih.
Penetrasi pun dilanjutkan. Penis Aan kembali menghunjam masuk
sedalam-dalamnya. Saya sampai berteriak karena penis Aan seolah-olah
akan keluar dari dalam mulutku. Aan sengaja menggunakan berat badanku
untuk membantu penetrasi. Harus kuakui, seks dengan gaya ini memberi
kenikmatan lebih daripada seks gaya biasa.
"Aarrgghh.. Aarrgghh.." erangku, tetap berpegangan pada tubuh Aan.
Penisku yang tegang masih terperangkap di antara perutku dan
perutnya, tergesek-gesek. Prostatku terstimulasi dengan hebat tiap kali
penis Aan bergerak masuk. Aahh.. Jika berlangsung terus, saya pasti
akan mencapai klimaks. Saya pasti akan ngecret!
"Hhoohh.. Aan.. Aahh.. Mau keluar.. Hhohh.." desahku, memeluk tubuhnya erat-erat.
"Aahh.. Aku juga.. Aahh.. Endy.. Mau kelluuaarr.. Aargghh.." desah Aan, matanya terpejam.
Otot-otot tubuhnya berkontraksi hebat untuk menopang berat tubuhku.
Untuk sesaat, saya merasa seolah-olah sedang disodomi oleh seorang pria
berotot. Dan hal itu malah membuatku makin terangsang. Akhirnya, saya
pun berejakulasi dan berorgasme.
"Aarrgghh!! Oohh!! Aarrgghh!! Aan!! Oohh!! Aarggh!!"
Tubuhku mengejang-ngejang, hampir terlepas dari genggaman Aan.
Namun Aan yang kuat memelukku makin erat untuk meredam goncangan
orgasmeku.
Ccrroott!! Ccrroott!! Ccrroott!! Air maniku muncrat ke atas
beberapa kali dalam jumlah banyak. Dada dan perut kami basah dan licin
berlumuran sperma. Muncratan pejuhku bahkan terpercik ke wajah kami.
Saat orgasme, otot anusku juga berkontraksi, memeras batang penis Aan
tanpa ampun. Diperas-peras seperti itu, penis Aan tak kuasa menahan
tumpahan spermanya. Maka, Aan pun berejakulasi.
"Oohh!! Aarrgghh!! Uugghh!! Aarrgghh!!"
Dengan erangan berat dan panjang, Aan menyemprotkan cairan
kejantanannya ke dalam duburku. Air mani yang kental dan hangat itu
tersembur masuk dalam sekali.
Ccrroott!! Ccrroott!! Ccrroott!! Ccrroott!! Sel-sel sperma Aan
langsung berebutan untuk berenang mencari sel ovum untuk dibuahi. Aan
sedang menghamiliku! Tapi karena saya laki-laki, sel-sel sperma itu
diserap oleh tubuhku. Sebagian dari diri Aan kini berada di dalam
tubuhku. Aan dan saya telah bersatu, dan tak ada yang dapat memisahkan
kami, kecuali kematian. Penis Aan berdenyut-denyut dengan liar sampai
tak ada lagi sperma yang keluar dari lubang kencingnya. Aan-ku langsung
melemas. Punggungnya perlahan-lahan meluncur menuruni tembok.
Kelelahan, Aan terduduk di atas lantai berkarpet. Napasnya
terengah-engah, keringat membasahi wajah dan dadanya. Penisnya yang
masih menancap di dalam anusku melemas dan mengecil. Sebagian sperma
Aan mengalir keluar dari anusku, melumuri pahanya. Gurat-gurat lelah
memang masih nampak pada wajah Aan, tapi senyum kepuasan juga
mengembang. Dengan romantis, Aan menciumi bibirku. Kucium balik,
menyambut lidahnya dengan lidahku. Kami berdua saling berpelukan dan
berciuman, tak terpisahkan.
"Terima kasih, Aan, sayang. Aku sayang banget ama kamu," bisikku.
"Aku juga, honey. Aku senang bahwa kamu suka ama kejutanku," balas Aan.
Penisnya yang sudah sepenuhnya lemas pelan-pelan meluncur keluar
dari lubang anusku yang berlumuran sperma. Kami berdua kemudian bangkit
dan pindah ke ranjang. Akibat permainan seks tadi yang sangat panas dan
melelahkan, kami berdua langsung tertidur nyenyak di ranjang mawar.
Aroma mawar masih memenuhi hidungku. Kepalaku bersandar di atas dada
Aan yang bidang sementara badanku dipeluk olehnya.
Sesaat sebelum saya tertidur pulas, kudengar Aan berbisik, "Aku mencintaimu, Endy.. Selamanya.."
Sayangnya, mungkin khayalanku tentang hidup bahagia bersama Aan
hanya dapat terjadi dalam angan-anganku saja. Aan tidak percaya bahwa
pasangan homoseksual dapat hidup bahagia di Indonesia karena masih
ditentang nilai agama dan moral. Meskipun demikian, dia pernah
mengatakan bahwa jika ingin hidup bersama, kami harus pindah jauh ke
tempat di mana tak ada seorang pun yang mengenal kami. Namun saya tak
berani berharap banyak. Cinta Aan padaku mungkin hanyalah cinta
semusim, yang akan mati begitu tiba saatnya.
Tapi cintaku padanya adalah cinta sejati dan takkan pernah mati.
Selamanya saya akan tetap mencintainya, tak peduli apakah dia menjadi
milikku atau tidak. Saya tahu Aan akan selamanya sayang padaku, namun
saya takut bahwa rasa sayangnya itu akan hanya sampai sebatas teman
saja, sedangkan saya ingin agar Aan sudi menjadi pendamping hidupku.
Saya tak meminta banyak; hanya minta dicintai. Mengapa, dalam hidupku,
saya tak pernah merasakan kebahagiaan sejati dari sebuah cinta? Mengapa
semua pria yang pernah kucintai tak ada yang sudi hidup bersamaku dan
mencintaiku selamanya? Mengapa saya selalu saja disakiti oleh cinta?
Mataku diburamkan oleh air mata. Segera kuseka. Sulit rasanya untuk
menahan isak tangis ini. Namun dengan sisa tenagaku, saya tetap
melanjutkan membaca emailku. Saya ingin memastikan bahwa saya tidak
mengetikkan hal-hal yang salah.
Saya sedih sekali memikirkan kepergianmu ke Arab karena saya akan
sangat kesepian dan kehilangan dirimu. Takkan ada lagi senyumanmu yang
menawan. Takkan ada lagi kehangatan pelukanmu. Takkan ada lagi yang
memanggilku sayang. Ingin rasanya kuminta agar kamu tak pergi. Ingin
rasanya saya berkata, "Aan, jangan pergi. Tetaplah di sini. Saya amat
membutuhkan cinta dan kasih sayangmu. Saya mencintaimu. Kumohon,
cintailah aku.."
Saya sungguh takut bahwa setelah dua tahun, kamu akan berhenti
mencintaiku sebagai seorang kekasih. Sekarang saja, kamu sudah mulai
menunjukkan tanda-tanda bahwa kamu ingin menjalani kehidupan
heteroseksual:(Apa yang akan terjadi denganku tanpa cintamu, tanpa
perhatianmu, dan tanpa perlindunganmu? Siapa yang akan mencintaimu? Tak
ada pria lain sebaik kamu, Aan. Semalaman saya menangisimu, berharap
kamu akan berubah pikiran. Jika kau memintaku untuk menunggu
kepulanganmu agar nanti kita bisa menjadi pasangan, saya akan menunggu
dengan setia!
Dan jika suatu hari kamu melamarku dan memintaku untuk menjadi
kekasihmu, saya pasti akan langsung menjawab ya. Dan saya akan menangis
bahagia dalam pelukanmu. Saya akan menjadi pria gay yang paling bahagia
di dunia. Saya tak ingin apa-apa darimu; hanya ingin cintamu saja.
Memang terdengar gombal dan basi, tapi itulah yang sebenarnya. Dari
semua pria yang pernah kukenal, kamulah yang paling tulus menyayangiku.
Jika saja kamu tahu isi hatiku dan besarnya cintaku padamu, mungkinkah
kamu akan menerimaku sebagai pendamping hidupmu?
Kamu pernah bilang bahwa kamu ingin hidup 'normal', punya seorang
istri dan anak-anak. Saya tak punya hak untuk mengikatmu bersamaku
karena saya bukan apa-apa-mu. Cinta sejati takkan menyakiti hati orang
yang kita kasihi dan saya tak ingin menyakiti hatimu. Hatiku akan
sangat hancur membayangkanmu hidup dengan orang lain, apalagi dengan
seorang wanita. Tapi saya harus rela melepasmu, jika itu memang
keputusanmu, membiarkanmu menjalani hidupmu dengan orang lain. Asalkan
kamu bahagia, saya juga bahagia. Satu yang kuminta, jangan pernah
lupakan aku. Ingatlah selalu bahwa, dalam hidupmu, ada seorang pria
yang sangat mencintaimu, yaitu aku. Saya akan selalu berada di sini
untukmu. Kamu akan selalu menjadi Aan-ku yang tersayang..
Peluk hangat dan ciuman mesra,
Kekasihmu,
Endy
Air mataku kembali mengalir saat selesai membaca emailku. Saya tahu
bahwa isi emailku takkan dapat mencegah kepergiannya, tapi setidaknya
Aan akan tahu isi hatiku yang paling dalam. Tanpa berpikir panjang,
kutekan tombol 'send'. Dalam beberapa detik, emailku telah disampaikan.
Monitorku masih menyala saat program Winamp-ku secara otomatis
memainkan file MP3 lagu Jim Brickman yang lain, yaitu 'The Gift'
(Pemberian) yang sangat romantis. Tangisan bisuku pecah menjadi isakan,
mendengar lirik lagu itu.
.. All I want is to hold you forever (Yang kuinginkan adalah memelukmu selamanya)
All I need is you more every day (Yang kubutuhkan adalah kamu, lagi dan lagi, tiap hari)
You saved my heart from being broken apart (Kau menyelamatkan hatiku yang hampir pecah berkeping-keping)
You gave your love away (Kau memberikan cintamu)
I can't find the words to say (Saya tak dapat menemukan kata-kata untuk mengatakan)
That I'm thankful everyday (Bahwa saya sangat bersyukur setiap hari)
For the gift.. (Atas pemberian ini)
Aan memang pemberian yang amat berharga dari Tuhan. Saya selalu
bersyukur telah diberi kesempatan untuk mengenal Aan. Dan mungkin sudah
tiba saatnya bagiku untuk mengembalikan pemberian ini. Andai saja saya
dapat tetap menyimpan pemberian ini selamanya. Andai saja Aan sudi
hidup bersamaku.. Tak peduli apa yang akan terjadi di masa depan, Aan
akan selalu berada di hatiku. Saya akan selalu mengenang semua
saat-saat indah bersamanya dan mencintainya, sampai ajal menjemputku
kelak. Aan, Valentineku, di mana pun kau berada, saya akan selalu
mencintaimu. Selalu..
E N D