Hai, namaku Felicia. Aku adalah murid salah satu SMU Swasta. Aku duduk di kelas satu dengan umur 16 tahun. Aku termasuk pintar di antara teman-temanku. Kata teman-temanku, aku termasuk cantik. Sebenarnya aku juga merasa begitu sih. Habis kalau aku lewat, banyak teman-teman cowok yang memandangiku dengan tatapan yang penuh gairah birahi. Aku juga mempunyai bentuk tubuh yang ideal. Aku cukup tinggi atau mungkin terlalu tinggi. Tinggiku 173 cm dengan berat badan 45 kg. Rambutku sebenarnya panjang namun baru-baru ini aku memotongnya hingga sebahu. Dengan penampilan baru ini, aku semakin menjadi perhatian teman-temanku. Dadaku tidak terlalu besar namun padat. Ukuran bra 32B. Kulitku putih mulus tanpa ada cacat. Aku sendiri sebenarnya mengagumi bentuk tubuhku ini. Aku termasuk aktif di sekolah. Itulah pula yang menyebabkanku populer. Pergaulanku pun menjadi luas. Sebenarnya di kelasku ada 5 orang yang juga cantik. Bahkan ada yang lebih menarik dariku.
Ketika itu, aku sedang berjalan-jalan di mall dengan Devi. Devi adalah teman sekelasku yang termasuk dalam 5 orang cantik di kelas. Dia cantik dan manis. Devi sangat berbakat dalam bermain basket. Dia termasuk pemain inti. Apalagi tubuhnya yang tinggi menunjang kegiatan tersebut. Devi bahkan lebih populer dibandingkan denganku. Kulitnya tidak terlalu putih namun mulus. Rambutnya lebih pendek dari rambutku. Aku adalah teman baiknya. Kami sering berjalan-jalan bersama, seperti sekarang kami sedang menonton film Love Stink. Kami pun terpingkal-pingkal melihat aksi film itu yang konyol. Sering pula kami tertawa kecil melihat adegan-adegan yang agak porno.
Selesai menonton, kami pun keluar dari bioskop. Jam Hello Kitty-ku sudah menunjukkan angka 8 ketika kami akan pulang dari mall. Aku meminjam HP Siemens Devi untuk menghubungi rumahku. Aku meminta orang tuaku untuk menjemputku. Namun ternyata mereka tidak dapat menjemputku. Setelah berunding, akhirnya diambil keputusan, aku menginap di rumah Devi. Hal itu bukan yang pertama bagiku. Akhirnya aku ikut Devi ke rumahnya. Rumahnya tidak terlalu besar namun sangat nyaman. Orang tua Devi sudah kenal baik denganku. Pulang dari mall, kami segera masuk ke kamar Devi. Kami ngobrol dengan bebasnya sampai kami diundang oleh orang tua Devi untuk makan. Seusai makan, kami mandi untuk membersihkan badan. Kami segera mengenakan pakaian tidur. Devi meminjamkan baju Hello Kitty warna pink dan celana pendek warna merah kepadaku. Devi sendiri mengenakan baju tidur kesukaannya yang berwarna biru.Kami membicarakan tentang film tadi. Kuperhatikan tubuhnya yang dibalut baju kesukaannya. Kadang-kadang aku iri dengan dirinya. Dia memang tidak pintar namun dia lebih populer dariku. Setelah lama kuperhatikan ternyata dia tidak mengenakan BH. Kemudian kupandangi bagian depan tubuhnya dan ternyata memang dadanya lancip. Terlihat samar-samar puting susunya. Aku memang belum pernah melihat tubuh Devi secara langsung. Devi tampaknya tidak menyadari sama sekali bahwa aku sedang mengamatinya. Kami terus membicarakannya sampai mengantuk. Dan akhirnya kami tidur. Kami tidur di satu ranjang karena ranjang Devi termasuk lebar. Tengah malam kurasakan ada seseorang yang meraba-raba tangan dan pahaku. Aku terbangun dan menemukan Devi sedang di atas tubuhku. Dia terlihat sekali sedang terangsang. Mungkin film yang tadi siang kami tonton telah membangkitkan imajinasinya. Menerima perlakuannya yang terus-menerus, akhirnya aku pun terangsang. Kubalas perlakuannya dengan mencium mulutnya yang mungil. Kubiarkan lidahku beradu dengan lidahnya di dalam mulut kami. Tanganku pun mulai menjelajah ke dalam balik bajunya. Kubuka bajunya dan kutemukan sepasang bukit kembar yang ternyata besar dan kenyal tanpa terbungkus oleh BH. Harus kuakui bahwa ternyata bentuk payudaranya lebih bagus dari milikku. Payudaranya telah menegang. Devi pun telah melepas bajuku dan kini dia sedang menciumi payudaraku. Aku mengeluarkan rintihan-rintihan kecil. Devi sangat ahli dalam melakukannya. Dia mencium perlahan dadaku, lalu memuntir-muntir puting susuku, menggigitnya perlahan. Aku merasakan kenikmatan yang belum pernah kudapatkan sebelumnya. Aku memang belum pernah melakukan hubungan seks dengan cowok apalagi dengan cewek. Bermasturbasi saja aku belum pernah. Aku pasrah saja terhadap arus kenikmatan yang diberikan Devi. Devi yang melihat ketidakberdayaanku pun menggencarkan serangannya. Sampai akhirnya Devi menghentikan ciumannya, dan mulai membuka celana tidurku. Lalu terlihatlah gundukan hitam di dalam celana dalamku. Devi membelai perlahan celana dalamku itu. Ketika belaiannya mengenai kemaluanku, kurasakan sensasi yang sungguh sangat luar biasa. Apalagi setelah itu Devi melepaskan celana dalamku dan membelainya tanpa dihalangi apapun. Tak ada kata yang mampu melukiskan betapa nikmatnya sensasi tersebut. Aku menggelinjang terus kenikmatan. Belaian itu semakin cepat dan cepat. Begitu ahlinya Devi melakukannya sampai-sampai aku lalu merasakan dorongan dari dalam tubuhku. Aku membusurkan badanku untuk menahan gejolak yang membara dalam diriku. Aku merasa lemas dan baru kusadari bahwa keringat telah membasahi permukaan kulitku. Devi membiarkanku merasakan orgasmeku yang pertama ini selama beberapa saat. Lalu Devi mendudukanku, membuka kedua pahaku dan menahannya dengan tangannya. Devi menjulurkan lidahnya untuk meraih kemaluanku di depan wajahnya. Aku mengerang kenikmatan. Namun Devi tak menghiraukannya. Ia terus menikmati kemaluanku. Lidahnya masuk ke dalam kemaluanku dan mencari-cari daging kecilku. Setelah menemukan G-Spot-ku, ia menjilatnya dan menghisap-hisapnya. Sungguh kacau perasaanku saat itu, tak dapat kukatakan betapa nekatnya perlakuan Devi itu. Tak lama kemudian, akhirnya aku kembali mengejang dan kemaluanku mengeluarkan cairan kenikmatan untuk yang kedua kalinya. Kali ini Devi terus melahap kemaluanku dan menelan semua cairan yang kukeluarkan. Rasanya sungguh aneh namun nikmat. Lalu, tangan Devi kembali bermain, dimasukkannya sebuah jari ke dalam milikku. Kurasakan sakit yang melanda kemaluanku. Jari itu keluar masuk perlahan, namun temponya bertambah cepat. Ketika Devi menambah jumlah jarinya yang masuk, kurasakan kemaluanku berdenyut-denyut menjepit kedua jari Devi. Aku sunguh-sungguh terbius oleh kenikmatannya kali ini. Nafasku semakin memburu, beradu dengan kecepatan tangannya. Nikmatnya membuatku tak dapat bertahan lama. Akhirnya aku keluar lagi untuk yang ketiga kalinya. Kali ini, Devi melahap semua cairanku dan mencium bibirku untuk membagi cairan kenikmatan tersebut. Setelah membantuku mengalami tiga kali orgasme, Devi memintaku untuk memuaskannya. Kuarahkan ciumanku ke arah dadanya dan kuperlakukan dadanya seperti apa yang ia lakukan padaku. Lalu sambil menciumi dadanya, kujelajahkan tanganku ke daerah bawah tubuhnya. Lalu tanpa membuka celananya, kutempatkan tanganku di tengah-tengah pahanya. Kurasakan celananya sudah basah oleh cairan. Kugesek-gesekkan tanganku di sana. Lalu kulepaskan celananya dan kuciumi kemaluannya. Devi terus mengerang tanpa henti. Dia terus menarik rambutku. Aku berusaha menemukan klistorisnya. Kuhisap-hisap klistorisnya ketika kutemukan daging kecil itu. Kugigit-gigit kecil tonjolan itu. Ketika sedang enak-enaknya menghisap, tiba-tiba badan Devi mengejang. Wajahku yang berada di antara pahanya pun tersembur cairan itu. Kulahap semua cairan itu dan kumasukkan ke mulut Devi melalui French Kiss. Kubuka kedua bibir kemaluan Devi yang basah itu lalu dimasukkan jari tengahku ke dalamnya. Kumasukkan perlahan karena takut Devi kesakitan. Benar saja, Devi sudah kesakitan. Jariku serasa dijepit oleh kemaluannya. Aku dapat merasakan denyut kemaluannya. Kugerakan keluar masuk dengan perlahan dahulu, namun ketika Devi sudah tidak merasa kesakitan, kupercepat tempo permainan. Lalu Devi menyuruhku ikut memasukkan jari telunjukku. Walaupun sudah dua jariku berada di dalam kemaluannya, Devi tak kunjung mendapatkan klimaksnya. Padahal aku sudah melakukannya dengan kecepatan yang tinggi. Devi kulihat sudah sangat tersiksa dengan keadaannya. Wajah Devi saat itu tak mungkin kulupakan. Wajahnya sungguh sangat berbeda dengan wajahnya yang biasa. Wajahnya sungguh merangsang. (Mungkin bila ada cowok yang melihatnya mungkin penisnya sudah tegang maksimal). Setelah sekian lama, akhirnya Devi mencapai klimaksnya juga. Cairan yang keluar dari kemaluannya sangat banyak. Kali ini aku melahapnya semua. Kami duduk saling menatap. Kulihat tubuh Devi berkeringat di bagian dadanya. Rupanya dia sangat capai. Semakin kuamati tubuhnya, semakin ada perasaan aneh menjalar di hatiku. Aku masih belum sadar apa yang terjadi padaku saat itu. Sekian lama hening, Devi mengambilkan handuk untukku. Aku sungguh senang dengan sikapnya itu apalagi Devi sendiri yang mengusap keringat di tubuhku. Aku merasa aman, dilindungi. Setelah itu, Devi membelai rambutku dan aku pun bersandar pada dadanya. Tak terasa, kami pun tertidur sampai pagi. Pagi harinya, ketika aku bangun, kulihat Devi masih tertidur lelap di sampingku. Wajahnya menunjukkan perasaan puas dan senang. Aku berusaha keluar dari tempat tidur perlahan karena tak ingin membangunkan Devi. Aku pakaikan selimut ke tubuhnya yang polos itu. Lalu aku segera mengenakan pakaianku dan keluar untuk menemui kedua orang tuanya. Ternyata kedua orang tuanya pergi menginap ke Bandungan kemarin malam. Aku merasa lega, karena aku sempat takut perbuatanku tadi malam diketahui oleh orang tua Devi. Tadi malam jeritanku dan Devi cukup keras untuk didengar orang rumah. Aku segera masuk kembali ke kamar, namun aku tidak menemukan Devi di ranjang. Pakaian Devi yang terjatuh di lantai pun sudah tidak berada di tempatnya. Lalu aku mencarinya ke halaman belakang rumah yang terdapat ring basket. Di sanalah Devi berada. Rupanya Devi sedang berolahraga. Devi memanggilku untuk berolahraga bersamanya, namun aku menolaknya. Aku hanya memandangi Devi dan tubuhnya dari pinggir lapangan. Tak lama kemudian, kami pun masuk kembali ke dalam rumah. Aku ingin mandi terlebih dahulu sebelum makan, maka kukatakan pada Devi agar dia makan dahulu. Devi pun mengiyakan. Aku segera masuk ke dalam kamar mandi mewah di kamar Devi. Kamar mandi itu sungguh mewah. Dindingnya berwarna krem, bath up-nya luas, cukup untuk menampung 3 orang. Aku ingin sekali memiliki ruang mandi seperti itu. Aku segera melepas seluruh pakaianku dan bersiap untuk mandi. Kunyalakan air panas di bath up. Aku ingin sekali berendam di air panas. Sambil menunggu air panas, aku berdiri memandangi cermin di depanku. Tanpa sadar, kupegang bagian tubuh yang kubanggakan ini. Kucoba membandingkannya dengan milik Devi. Aku menjadi teringat akan kejadian tadi malam. Tubuh mulus Devi, sentuhan tangan Devi, permainan lidah Devi. Mengingat semua hal itu, membuat tubuhku merasa panas. Kucoba mengalihkan perhatianku dengan merendam tubuhku di bath up yang sudah terisi separuhnya. Kumatikan aliran air, sehingga kini tidak ada bunyi apapun di kamar mandi tersebut, kecuali bunyi air yang kutepuk-tepuk. Aku segera melupakan masalah tadi. Tiba-tiba kudengar bunyi derit pintu dibuka. Ternyata aku lupa mengunci pintu kamar mandi. Aku segera tahu siapa yang membuka pintu, karena ada suara lembut yang terucap dari si pembuka pintu. Devi rupanya menanyakan apakah ia boleh mandi bersamaku. Entah sadar atau tidak, aku menganggukan kepalaku. Devi mulai melepas pakaiannya. Mulai dari bajunya. Gaya Devi ketika melepas bajunya rupanya mampu menimbulkan gejolak di hatiku. Tubuh bagian atas Devi kini sudah tidak berbalut apapun. Lalu tangannya mulai merambah perutnya terus ke bawah. Diturunkannya perlahan celananya dan tampaklah kini gundukan hitam di tengah-tengah selakangannya. Kini Devi berjalan ke arahku dan mulai memasuki bath up bersamaku. Dia mengambil tempat tepat di depanku. Devi menyelonjorkan kakinya dan mulai menikmati nikmatnya air panas. Devi sekali-kali menatap tubuhku dengan pandangan yang berbeda dari tatapannya yang biasa. Tak jarang kami bertemu pandang, namun Devi cuek-cuek saja. Aku sebenarnya senang-senang saja dipandangi oleh Devi karena aku juga senang bisa melihat tubuhnya. Timbul pikiran di otakku, untuk merangsang Devi. Aku sangat ingin menikmati kenikmatan seperti yang dia berikan tadi malam. Aku mulai mencoba gerakan-gerakan yang dapat merangsangnya. Kupegang-pegang dadaku dan mendesah halus. Lalu kulebarkan kedua kakiku. Devi menangkap isyaratku. Dia mendekatiku dan mencium bibirku. Lumatan bibirnya yang hebat sungguh membuatku tak ingin kalah. Kucoba mengimbangi ciuman Devi. Lidah kami saling beradu di dalam mulutku. Tak hanya itu, tangannya sudah mulai merambah ke dadaku. Aku juga memainkan kedua bukit kembarnya. Lalu aku menurunkan ciumanku ke lehernya. Devi mendesah-desah kecil. Ketika ciumanku sampai di dadanya, kurasakan nafas Devi sudah tidak beraturan. Kujilati seluruh bagian payudaranya, kupermainkan putingnya dengan lidahku. Payudara Devi sudah mulai mengeras, bentuknya pun menjadi lebih indah dan kini payudaranya sudah mengacung tegak. Aku lebih bernafsu untuk merasakannya. Kuturunkan lagi ciumanku ke bagian kemaluannya. Kujilati bibir kemaluan Devi, lalu kumasukkan lidahku ke bagian dalamnya. Kucari-cari klistorisnya di setiap dinding kemaluan yang terkena lidahku. Sampai akhirnya aku menemukan apa yang kucari. Kuhisap-hisap daging kecil itu dan kugigit-gigit kecil. Nafas Devi kian memburu. Sampai suatu saat, pahanya menjepit kepalaku dan badannya mengejang. Desahan Devi mencapai puncaknya. Cairan hangat tersembur dari dalam kemaluannya. Kutelan semua cairan tersebut. Devi mengajakku untuk bermain di lantai. (Lantai kamar mandi Devi tidak terlalu keras) Devi terlentang di lantai dan aku di atasnya. Kini aku menciumi kemaluan Devi, dan Devi juga melakukan hal yang sama denganku. Devi sangat ahli melakukannya. Kombinasi jilatan, hisapan, gigitan Devi mampu membuatku keluar terlebih dahulu. Aku merasakan nikmat yang luar biasa. Cairan hangat meleleh dari kemaluanku. Devi menghisapnya lalu memberikan kepadaku dengan ciuman. Kami pun kembali pada posisi semula. Kali ini kami saling memasukkan dua buah jari. Kami mendesah panjang ketika lubang kemaluan kami diisi dengan jari-jari. Tempo permainan berjalan semakin cepat dan cepat. Kembali, aku keluar terlebih dahulu. Aku memang sangat mudah terangsang. Setelah aku keluar, Devi pun menyusul. Aku sungguh merasakan lelah. Aku menghentikan tusukanku pada Devi. Namun Devi masih terus memainkan jarinya. Kali ini Devi menusukkan jarinya ke lubang anusku. Aku merasakan sakit yang luar biasa, ketika jari tengah Devi menembus perlahan. Devi pun menggerakkannya perlahan-lahan saja. Anehnya walaupun sakit, aku justru mendapatkan rasa nikmat. Aku tak ingin Devi menghentikan perlakuannya itu. Cukup lama waktu yang diperlukan Devi untuk membuatku mendapatkan orgasme. Namun akhirnya aku mencapainya juga. Kami beristirahat sebentar. Kemudian, Devi mengaitkan kakinya dengan kakiku sehingga kemaluan kami saling menyentuh. Lalu Devi menggesek-gesekkannya. Cara Devi ini berhasil membangkitkan gairahku sekali lagi. Aku pun ikut menggesek-gesekkannya. Desahan ikut mengiringi kecepatan kami. Bunyi permainan kami mampu disamarkan bunyi kran air yang tadi sempat dinyalakan Devi. Tak lama, kami keluar bersama. Ini sungguh nikmat. Perasaanku menjadi sangat nyaman, damai dan puas. Setelah itu, Devi membawaku ke bath up dan memandikanku. Aku semakin sayang kepada Devi. Devi mengajariku segalanya mengenai seks. Devi juga menceritakan bahwa sebelum berhubungan denganku, dia juga pernah melakukannya dengan 2 cewek untuk beberapa kali. Pengalaman itulah yang membuat Devi mengerti tehnik dan cara untuk memuaskanku. Sejak saat itu, kami lebih sering terlihat bersama. Di sekolah, di mall, dll. Bisa dikatakan kami berpacaran. Kami sering mengulangi perbuatan itu di rumahku, di rumahnya, maupun di sekolah. Aku sangat menyukai tubuh Devi dalam seragam sekolah. Apalagi seragam sekolahku tipis. Biasanya kalau di kelas (kami duduk semeja), Devi memegang tanganku, meraba pahaku dan perbuatan lain yang mampu merangsangku. Aku pun biasanya menanggapinya. Bagiku Devi adalah kekasih yang mampu memberikan rasa aman pada diriku. TAMAT