Ternyata telepon dari kantor Papaku yang memberitahukan bahwa Papaku
akan dijemput oleh mobil kantor. Tetapi Mamaku tetap ikut pergi juga
untuk mengambil mobilnya. Kami berdua tinggal dirumah dan menonton
televisi dengan berdiam diri. Jam dinding di ruang keluarga berdentang
sebanyak empat kali.
"Mbak. Cerita dong Mbak." Kataku memecahkan keheningan sore.
"Cerita apa?"
"Pengalaman Mbak dengan teman Mbak yang lesbi itu."
"Nggak ah. Nanti kamu terangsang."
"Nggak kok."
"Kalau iya. Gimana coba?"
"Tampar saja aku."
"Benar. Ditampar."
"Benar. Dilengan saja. Sekerasnya sampai aku sadar."
"OK deh."
*****
Suatu sore satu setengah tahun yang lalu. Mbak Sari mengerjakan
tugas kuliah dengan temannya yang bernama Ana. Lalu mereka berdua
mengobrol tentang berbagai hal. Sampai,
"Kamu pernah bersetubuh nggak Sar?" Tanya Ana.
"Kamu sendiri?" Mbak Sari malah balik bertanya.
"Belum."
"Kamu pingin nyoba?"
"He eh."
"Nyoba sama aku yuk."
"Boleh. Siapa yang jadi cowoknya?" Kata Ana sambil membuka kaosnya.
Mbak Sari kaget melihat reaksi Ana. Padahal dia hanya bercanda. Perkiraannya Ana akan menolak ajakannya.
"Nggak kok. Aku cuma bercanda." Kata Mbak Sari sambil menyodorkan kaos Ana yang sudah dilepas.
"Kamu curang. Aku sudah setengah telanjang nih." Kata Ana sambil menubruk Mbak Sari.
Akhirnya tanpa sadar Mbak Sari dan Ana saling melepaskan pakaian.
Keduanya duduk menyamping di tepi tempat tidur. Mbak Sari dari belakang
membelai bahu Ana. Ana menolehkan kepalanya ke belakang. Dilihatnya
Mbak Sari yang matanya setengah terpejam sedang menjulurkan lidahnya.
Ana juga menjulurkan lidahnya menangkap lidah Mbak Sari. Mbak Sari juga
meremas-remas kedua payudara Ana dari belakang dengan kedua tangannya.
Ana lalu mendorong tubuh Mbak Sari sehingga Mbak Sari jatuh
terlentang. Ana ganti meremas-remas kedua payudara Mbak Sari dengan
kedua tangannya. Payudara kirinya digesekkan ke belahan kedua payudara
Mbak Sari. Sedangkan payudara kanannya diremas-remas oleh Mbak Sari
dengan tangan kirinya.
Beberapa saat kemudian Ana menyodorkan payudara kanannya ke mulut
Mbak Sari yang langsung menghisapnya. Tangan kiri Ana meremas-remas
payudara kanan Mbak Sari. Sedangkan payudara kiri Mbak Sari
diremas-remasnya sendiri dengan tangan kirinya. Tangan kanan Mbak Sari
membelai vaginanya sendiri yang mulai basah oleh cairan-cairan
kenikmatan.
Ana kemudian menindihi Mbak Sari dan tangan kanannya meremas
payudara kanan Mbak Sari sambil lidahnya menjilati puting payudaranya.
Kaki kiri Mbak Sari menindihi tubuh Ana yang kemudian menurunkan
jilatan lidahnya ke vagina Mbak Sari. Mbak Sari hanya bisa
meremas-remas sendiri kedua payudaranya dengan kedua tangannya.
"Aaahh.." Desah Mbak Sari.
Ana kembali naik ke atas tubuh Mbak Sari. Dijilatinya leher Mbak
Sari dengan lidahnya. Lidah Ana segera menangkap lidah Mbak Sari yang
menjulur keluar. Kedua puting payudaranya bergesekan dengan kedua
puting payudara Mbak Sari. Kedua tangan Mbak Sari membelai pinggang
Ana. Kedua kaki Mbak Sari juga diangkat ke atas dan memeluk tubuh Ana.
Mbak Sari lalu membalikkan tubuh Ana sehingga kini Ana terlentang
di atas tubuh Mbak Sari dengan kepala menindihi payudara kanan Mbak
Sari tepat pada pipinya. Kedua tangan Mbak Sari meremas-remas kedua
payudara Ana yang jari tengah tangan kanannya mengocok sendiri
vaginanya yang basah oleh cairan-cairan kenikmatan. Sedangkan tangan
kirinya membelai paha kiri Mbak Sari.
"Aaahh.." Desah Ana.
Mbak Sari menurunkan tubuh Ana. Tangan kanan Ana menangkap payudara
kiri Mbak Sari dan langsung saja dijilatinya puting payudara kiri Mbak
Sari dengan lidahnya. Mbak Sari menggeser tubuhnya ke samping lagi.
Tangan kanan Ana ganti menangkap payudara kanan Mbak Sari dan
meremas-remasnya. Sedangkan Mbak Sari dari belakang tidak mau kalah.
Tangan kirinya memilin puting payudara kiri Ana dan sekaligus tangan
kanannya membelai vagina Ana. Hal ini membuat Ana mendesah tak karuan.
"Aaahh.."
Tangan kanan Mbak Sari lalu naik ke atas dan meremas-remas payudara
kanan Ana yang telah menjilati juga puting payudara kanan Mbak Sari.
Ana lalu membalikkan tubuhnya dan setengah berdiri dengan kedua kaki
ditekuk ke belakang. Kedua puting payudaranya digesekkan ke kedua
puting payudara Mbak Sari yang juga setengah berdiri dengan kedua kaki
ditekuk ke belakang. Kedua tangan mereka berdua saling berpegangan pada
pinggang.
Mbak Sari lalu merangkak mau menjauhi Ana. Tetapi kedua kakinya
ditangkap oleh Ana. Kedua payudara Ana digesekkan ke pantat Mbak Sari
yang membuat Mbak Sari jatuh telungkup. Ana langsung membalikkan tubuh
Mbak Sari dan mau menindihi Mbak Sari. Mbak Sari kemudian menumpangkan
kaki kanannya ke tubuh Ana. Ana hanya bisa berbaring miring di samping
Mbak Sari.
Payudara kanan Mbak Sari bergesekan dengan payudara kiri Ana.
Keduanya saling menjulurkan lidah. Tangan kanan Mbak Sari membelai
bagian belakang leher Ana. Sedangkan jari tengah tangan kirinya
mengocok sendiri vaginanya. Jari tengah tangan kanan Ana juga mengocok
vaginanya. Tangan kirinya membelai paha kanan Mbak Sari yang menindihi
pinggangnya.
Ana lalu duduk di atas mulut Mbak Sari. Vaginanya yang basah oleh
cairan-cairan kenikmatan dijilati Mbak Sari dengan lidahnya. Jari
tengah tangan kanan Ana mengocok vagina Mbak Sari. Tubuhnya semakin
menindihi tubuh Mbak Sari. Kedua puting payudaranya digesekkan ke
kelentit Mbak Sari bergantian sampai akhirnya Ana juga menjilati vagina
Mbak Sari dengan lidahnya.
Ana kemudian membalikkan tubuhnya dan turun dari tubuh Mbak Sari.
Disilangkannya kedua kakinya dengan kedua kaki Mbak Sari. Kelentit Ana
dan kelentit Mbak Sari saling menempel. Ana dan Mbak Sari sama-sama
saling mendorong pantatnya supaya kelentit mereka berdua bisa
bergesekan. Kedua tangan mereka berdua juga meremas-remas sendiri kedua
payudaranya.
"Aaahh.." Ana dan Mbak Sari saling mendesah tidak karuan.
Selama dua minggu sejak peristiwa itu keduanya saling menghindar
dan berdiam diri ketika ketemu di kampus. Keduanya melakukan
persetubuhan kembali ketika tanpa sengaja sama-sama masuk ke toilet.
Ketika Ana keluar dari toilet, Mbak Sari yang tergesa-gesa menabraknya.
Keduanya jatuh. Mbak Sari menindihi Ana. Tanpa sadar mereka berdua
berciuman. Ana dan Mbak Sari tenyata sama-sama ketagihan tetapi juga
berusaha untuk tidak terjerumus ke dunia lesbi sehingga saling
menghindar ketika bertemu. Ternyata Ana dan Mbak Sari tidak bisa
menolak lagi untuk melakukan persetubuhan.
*****
Aku mendengarkan cerita Mbak Sari dengan menahan nafsu dan menahan
nafas. Justru Mbak Sari yang salah tingkah dan tidak kuat menahan
nafsunya. Dia berlari ke lantai atas dan masuk ke kamarnya. Aku
mengikutinya dan berhenti di pintu kamarnya. Dia mengambil sesuatu dari
dalam lemarinya. Beberapa buah dildo. Sebuah dildo merah hati dengan
dua kepala yang tadi siang telah dipakai. Sebuah dildo coklat dengan
tali karet yang besarnya hampir sama dengan punya Papaku. Sebuah dildo
hitam dengan vibrator sepanjang 20 cm. Dan sebuah dildo putih sepanjang
20 cm.
Mbak Sari melepas semua pakaiannya. Kelihatannya Mbak Sari tidak
tahu kalau aku mengikutinya. Diambilnya dildo yang terakhir. Mbak Sari
lalu terlentang di atas tempat tidur dan dikangkangkannya kedua
kakinya. Pelan-pelan dildo itu masuk ke vaginanya. Mengocok vaginanya.
Aku dibuatnya terangsang. Kulepas juga semua pakaianku.
"Jangan San." Teriak Mbak Sari mencegahku.
Tapi aku nekad. Aku berbaring miring di samping kiri Mbak Sari.
Tangan kiriku memegang dildo yang tadi dipegang Mbak Sari. Sekarang aku
yang mengocok vagina Mbak Sari. Sedangkan tangan kanan Mbak Sari
mengangkat ke atas kaki kanannya. Tangan kirinya menumpangkan kaki
kirinya ke pinggangku. Kuambil dildo merah hati dengan tangan kananku.
Kumasukkan dildo merah hati ke dalam vaginaku. Sedangkan ujung
satunya kumasukkan ke vagina Mbak Sari menggantikan dildo putih yang
kini menari-nari di belahan kedua payudaraku. Kudorong dildo merah hati
keluar masuk vaginaku dan juga vagina Mbak Sari. Kami berdua sama-sama
menahan desahan dengan menjulurkan lidah.
Mbak Sari rupanya tidak respon dengan perbuatanku sehingga
kukeluarkan dildo merah hati tersebut dari dalam vaginaku. Aku lalu
meletakkan dildo putih dan mengambil dildo hitam. Kemudian aku duduk di
samping Mbak Sari yang mengocok sendiri vaginanya dengan dildo merah
hati. Dildo hitam tersebut kugesekkan dibelahan kedua payudara Mbak
Sari dengan tangan kananku sementara tangan kiriku mengeluarkan dildo
merah hati dari dalam vagina Mbak Sari serta meletakkannya ke meja
kecil samping tempat tidur.
Dildo hitam tersebut kuturunkan ke bawah dan meliuk-liuk di sekitar
vagina Mbak Sari yang sudah basah oleh cairan-cairan kenikmatan. Mbak
Sari meremas-remas payudara kanannya dengan tangan kanannya. Mbak Sari
lalu merebut dildo hitam itu dengan tangan kirinya dan kemudian
dikulumkan ke mulutnya sendiri. Seolah-olah dildo hitam itu adalah
penis seorang laki-laki.
Kujilati vagina Mbak Sari dengan lidahku sambil kuambil kurebut
kembali dildo hitam dari tangan Mbak Sari. Kumasukkan dildo hitam ke
dalam vagina Mbak Sari sambil tetap kujilati vaginanya dengan lidahku.
Tangan kanan Mbak Sari meremas-remas payudara kanannya. Tangan kirinya
mengambil dildo putih dan dikulumkan ke mulutnya.
Tiba-tiba Mbak Sari mendorong aku sampai jatuh terlentang. Mbak
Sari berusaha membalikkan tubuhku. Dengan sekuat tenaga aku melawan.
Kudorong tubuhnya juga sampai Mbak Sari jatuh terlentang juga dan
langsung kutindihi supaya Mbak Sari tidak mendorongku lagi. Mbak Sari
berusaha membalikkan keadaan. Tapi aku tidak mau kalah. Kami berdua
berpelukan dan bergulingan di atas tempat tidur.
Kami berdua akhirnya kelelahan. Setelah mengambil nafas aku
menungging mengambil dildo putih yang tadi terjatuh ke lantai. Rupanya
Mbak Sari lebih cepat. Mbak Sari mengambil dildo hitam dan dikocoknya
ke vaginaku. Tubuhku tidak bisa bergerak. Kedua tanganku hanya bisa
meremas-remas sprei tempat tidur walaupun aku berhasil mengambil dildo
putih.
"Aaahh.." Desahku.
Mbak Sari juga mengambil dildo putih dari tanganku dan berusaha memasukkannya ke pantatku.
"Jangan Mbak. Jangan pantat. Sakiit.." Jeritku.
Mbak Sari akhirnya berhenti. Berhenti. Aku menarik nafas panjang.
Ternyata tidak. Mbak Sari mengambil dildo coklat. Tali karetnya
diikatkan ke pinggangnya. Mbak Sari jadi mirip seperti seorang
laki-laki. Hanya saja Mbak Sari memasang dildo tersebut agak ke atas
sehingga dia mirip laki-laki dengan penis dan vagina. Dihampirinya aku
yang telah duduk di atas tempat tidur. Dildo coklat disodorkan ke
mulutku. Aku mengulumnya.
Tangan kanan Mbak Sari meremas-remas payudaranya dan berusaha
dijilatinya sendiri putingnya dengan lidahnya. Sedangkan tangan kirinya
mengambil dildo putih dan dikocokkan ke vaginanya sendiri sambil
memasukkan dildo coklat ke dalam vaginaku. Tidak lupa dia mendorong
tubuhku untuk terlentang. Sedangkan dia merangkak diatasku.
"Aaahh.." Desahku.
Rupanya Mbak Sari belum puas dengan hanya dua buah dildo. Mbak Sari
mengambil dildo hitam dan dengan perlahan dimasukkan ke lubang
pantatnya sendiri. Dikeluarkan lagi. Dimasukkan lagi. Akhirnya
dikocokkan ke lubang pantatnya. Dia mendesah tidak karuan. Aku yang
juga mendesah tidak karuan membungkam mulutnya dengan jilatan lidahku
yang segera dijilati oleh lidah Mbak Sari.
Beberapa saat kemudian Mbak Sari mengeluarkan dildo putih dari
dalam vaginanya dan dildo hitam dari dalam lubang pantatnya.
Diletakkannya kedua dildo tersebut disampingnya. Mbak Sari menindihi
tubuhku dan menaikturunkan pantatnya. Dildo coklat yang dipakai Mbak
Sari mengocok vaginaku yang semakin basah oleh cairan-cairan
kenikmatan. Kedua payudaranya bergesekan dengan kedua payudaraku.
Kuangkat kedua kakiku. Kami berdua masih berjilatan lidah.
Mbak Sari kembali duduk sambil mengangkat kedua kakiku dan
ditumpangkan ke pundaknya. Mbak Sari masih mengocok vaginaku dengan
dildo coklat. Kuremas-remas sendiri kedua payudaraku dengan kedua
tanganku. Sesekali kepalaku mendongak ke atas. Sesekali juga kedua
tanganku membelai vaginaku sendiri dan juga membelai kedua betis Mbak
Sari yang menjepit pinggangku.
"Aaahh.." Desahku.
Akhirnya Mbak Sari mengeluarkan dildo coklatnya. Mbak Sari duduk
dan membelai dildo coklat yang basah oleh cairan-cairan kenikmatanku.
Aku merangkak mendekati Mbak Sari. Kujilati dildo coklat dengan sambil
tangan kiriku dari belakang mengocok vaginaku dengan dildo putih. Mbak
Sari juga mengocok vaginanya dengan dildo hitam dan sesekali dikulumkan
ke mulutnya sendiri.
Kulepaskan ikatan tali karet dildo coklat dari pinggang Mbak Sari.
Kujilati cairan-cairan kenikmatan yang keluar dari dalam vagina Mbak
Sari dengan lidahku. Tangan kanan Mbak Sari menekan kepalaku dan tangan
kirinya meremas-remas payudara kirinya. Aku membantunya dengan
meremas-remas payudara kanannya dengan tangan kiriku.
"Aaahh.." Desah Mbak Sari.
Cairan-cairan kenikmatan dari dalam vaginaku juga banyak keluar
sehingga tubuhku naik ke atas tubuh Mbak Sari dengan kedua tangan
berpegangan pada dinding kamar. Vaginaku tepat dijilati Mbak Sari
dengan lidahnya. Mbak Sari mengocok vaginanya sendiri dengan jari
tengah tangan kanannya. Sementara tangan kiri Mbak Sari bergantian
meremas-remas kedua payudaraku yang bergantungan dan bergoyang
diatasnya.
Tubuhku turun dan menduduki selangkangan Mbak Sari. Mbak Sari juga
duduk. Kedua kaki kami saling bersilangan. Kedua tangan kami saling
membelai kedua payudara. Kemudian dilanjutkan saling meremas-remas
kedua payudara. Entah siapa yang mulai. Aku dan Mbak Sari telah saling
menggesekkan kedua payudara. Kelentit kami berdua juga saling
bergesekan. Semakin lama semakin menggairahkan. Aku dan Mbak Sari
saling mendesah tidak karuan.
"Aaahh.."
Kelentitku dan kelentit Mbak Sari bergesekan terus dan mengeluarkan
cairan-cairan kenikmatan sampai akhirnya aku tidak sadar apa yang telah
terjadi. Sekelilingku gelap. Aku pingsan.
Bersambung...