Aku meluncur terus dengan meninggalkan cupang-cupang di sekujur
pahanya. Dan dari sini aku sempat melihat nonok Anneke yang mengkilat
oleh basahnya cairan birahinya yang muncrat terserak di permukaannya
dan jembut-jembut halusnya. Bukan tidak mungkin bila dia telah meraih
orgasmenya. Kemudian dengan jalan yang sama aku perlakukan tungkai kaki
sebelahnya. Anneke nampaknya benar-benar sudah larut dan lebih tenang.
Yang terdengar kini adalah sisa isak tangisnya dan jambakan tangan pada
rambutku yang tak dilepaskannya. Aku sendiri ingin menuntaskan janjiku
untuk melumat setiap mili pori-pori di tubuhnya.
Saat aku kembali ke pangkal paha di tungkai kaki sebelahnya aku
menyaksikan kemaluan Anneke yang semakin membasah. Cairan birahinya
nampak meleleh keluar. Aku menahan diri untuk belum mendekatinya
sekarang.
Aku bergerak kembali ke bagian atas. Kusaksikan betapa keringat
Anneke sudah demikian kuyup membasahi rambut, wajah dan lehernya.
Kukecup bibirnya dan kurasakan asin keringatnya yang menetes di ujung
bibirnya. Aku melumat ujung bibir itu. Dia pasrah lelah. Yang kudengar
hanyalah erangan kecil dalam matanya yang tertutup untuk merasakan
secara intens semua birahi yang kutumpahkan kepadanya.
Sesaat kemudian kembali kupagut lehernya untuk mengawali bibir dan
lidahku menyisir turun ke dadanya. Kini aku menemukan impian-impianku
yang selama hampir 3 minggu telah menggoda malam-malam hariku. Kini aku
menemukan contoh asli kristal buatan Rossental yang bahan bakunya
digali dari bebatuan Afrika dan pengolahannya dilakukan oleh para
disainer top dunia. Dan keindahan itu kini dalam kuluman bibirku. Susu
dan pentil Anneke merupakan kesatuan nilai yang tak terpisahkan.
Bibirku merasakan api panas dari gundukkan kencang dan getas susu dan
pentil Anneke. Kuakui belum pernah aku menemui jenis keindahan dan
nikmat macam ini. Rasanya aku juga mulai trans, tersungkur dan terjebak
dalam lautan nikmat dengan mataku yang membeliak tinggal putihnya. Aku
tak ingat lagi di mana aku berada kecuali hanya nikmat yang
menenggelamkan aku. Hal itu berlangsung ber-menit-menit hingga kudengar
jerit dan desah Anneke yang tak tertahankan sambil tangannya meremas
rambutku lebih keras menahan nikmat yang terus mengalir.
Aku buru-buru meninggalkan buah dada ranumnya sebelum aku kembali
tenggelam dan tersungkur dalam lupa diri. Kini kutarik lepaskan tangan
Anneke dari remasan dirambutku, kutaruh ke atas kepalanya dekat dengan
kisi-kisi ranjangnya. Kemudian aku merangsek ketiaknya yang setiap
detik aku dambakan selama 3 minggu terakhir ini. Aku melumati lembah
ketiak kanan maupun kirinya. Hidungku menangkap aroma hutan jati
Madiun, aroma alami Anneke asli tanpa terkontaminasi oleh macam-macam
aroma artifisial buatan pabrik-pabrik parfum Perancis maupun Swedia.
Aroma yang langsung di-adon dari kembang hutan jati khusus oleh para
malaikat untuk Anneke. Dan dari Anneke untuk hidungku ini. Ah, aku
sungguh beruntung bisa tenggelam ke ketiaknya kini.
Kulihat tangan Anneke kini berpegang erat pada kisi-kisi untuk
menahan derita nikmatnya. Aku merasa kini saatnya untuk menapaki ke
jenjang puncak nikmat. Aku bergerak keperut mayoretku. Lubang pusernya
sangat menggodaku saat aku ngintip mandinya. Kini lidahku meraihnya dan
bibirku melumati hingga kuyup oleh ludahku. Kulakukan itu keseluruh
pori lembut perut Anneke sebelum aku minta agar dia tengkurap.
Kini aku menyisir pinggulnya sesaat untuk menuju wilayah belakang
pinggangnya. Tak semilipun yang kulewatkan. Seluruh pinggul dan
pinggang Anneke telah basah oleh ludahku. Anneke tetap memegang erat
kisi-kisi ranjang untuk menahan nikmat kecupan bibir jilatan lidahku.
Rintihan dan desahannya sudah menjadi konser yang mengiringi setiap
jilatan, gigitan dan kecupanku padanya. Dan saat aku mulai mendaki
bukit bokongnya aku jadi ingat sebuah bukit di tengah kota Magelang,
Jawa Tengah. Aku pernah berkesempatan mendaki bukit itu. Dari puncak
bokong Anneke ini aku bisa melihat seluruh persada keindahan panorama
tubuh mayoret dan Paskibraka-ku ini. Adakah ini sebuah kenyataan?
Adakah ini bukan alam mimpi? Aku coba menutup mataku dan membukanya
kembali. Kutemui keindahan yang sama. Kalau ini benar aku memang
dimanjakan oleh para malaikat. Keindahan bukit ini antara lain karena
dari sini aku bisa menyaksikan keindahan bukit dan lembah tubuh Anneke.
Kusaksikan bayangan pada belikat Anneke yang simetris seakan sepasang
sayap bidadari yang akan mengajakku terbang tinggi.
Kusaksikan bayangan pada alur tulang pinggangnya yang membelah
tubuhnya menjadi dua bagian terpadu, meliuk turun saat ketengah dan
menanjak menuju bukit Cordoba, seakan Laut Merah yang terbelah untuk
menenggelamkan Firaun yang kejam itu. Ah, Anneke-ku.
Kini aku berada tepat dia atas bokongnya dimana tatto pesawat
ulang-alik Challenger nangkring di sana. Kukecup, kugigit dan kujilat
tatto Anneke itu. Reaksi Anneke seketika mengangkat kepalanya sambil
berteriak tertahan.
"Jangan, Mbak Mar.. jangann..".
Semula aku tidak tahu maksudnya, tetapi saat tangannya menggapai
dan menangkap acakan rambutku kemudian lebih menekan kepalaku, aku tahu
bahwa itu adalah bahasa nafsu birahinya. Anneke mau agar aku lebih
dalam mengecupinya, lebih keras menggigitnya dan lebih cepat
menjilatinya. Jangan cemas, Anneke, aku akan penuhi harapanmu. Dan aku
tidak ingin dia menunggu. Aku langsung tumpahkan segala yang aku bisa
tumpahkan.
Dan bukan hanya itu, kini lidahku mulai mencoba membelah lereng di
pantatnya. Lereng itu terjal dan licin yang terbentuk antara dua bukit
indah, dengan akhiran yang semakin menyempit dan akhirnya berhimpit
rapat. Kerapatannya menyimpan misteri sejuta nikmat yang tak mungkin
cukup diutarakan dalam kata. Serasa tak sabar aku merangsek kedalamnya.
Ku-usel-usel-kan mukaku kecelah itu. Kucoba dengan lidahku menguak
misterinya. Ku-uselkan hidungku hingga kurasakan ada semburat aroma
yang menerpa. Dan ternyata Anneke tahu akan kehausanku, akan problema
hidung dan lidahku. Dia menggerakkan tubuhnya dan menaikkan pantatnya.
Dengan kepalanya yang bertumpu pada bantal, Anneke nungging
tinggi-tinggi melepas cadar misteri belahan pantatnya. Dan kini yang
aku hadapi adalah sebuah pesona paduan dari garis-garis lembut yang
menuju sebuah titik pusat dan apabila lebih turun ke bawah lagi akan
nampak pesona kerang mutiara yang saat diangkat ke permukaan sepasang
kulit lokannya terkejut dan dengan cepat menutup tetapi membiarkan
sepotong bagiannya tertinggal di luar. Itulah lubang anus dan nonok
Anneke yang memamerkan bibir vagina dan kelentitnya.
Ah, Anneke-ku. Bagaimana aku mampu menahan prahara birahiku ini.
Bukan salahku saat dengan serta merta aku menyergap untuk menciumi dan
mejilati lubang pantatnya. Dan aku melumatinya habis-habisan. Aku
merasa pesona misteri Anneke harus kulumat dan kulahap tanpa sisa. Dan
disinilah terjadinya ledakkan nafsu seksual Anneke.
Akibat sergapanku yang tak tertahan yang menjilati dan mencium
anusnya, Anneke menjadi liar. Kini dia benar-benar mengeluarkan jurus
mayoret dan Paskibraka-nya. Dia ganti meringkusku yang langsung
gelagapan karena tidak menduga sebelumnya. Dia seret aku telentang ke
tengah ranjangnya. Dia merangkaki tubuhku untuk kemudian menduduki
dadaku atau lebih tepat menduduki wajahku dengan dengan nonoknya yang
sudah basah kuyup oleh cairan birahinya yang dia jejalkan ke mulutku.
Kemudian dia menggerakkan maju mundur pantatnya dengan sekaligus
menggaruk-garukkan nonoknya ke bibirku. Cairan itu meraupi mukaku,
beleberan hingga ke leherku dan membasahi kasur. Dia ingin aku
melumatinya. Dia dalam keadaan liar tanpa memperhitungkan lagi dengan
siapa dia melakukan ini semua. Dia tidak lagi menampilkan
kesantunannya. Dia sudah kerasukan nafsunya untuk selekasnya meraih
puncak birahinya. Aku benar-benar gelagapan dibuatnya.
Cairan birahi Anneke membuatku hampir tersedak. Dia bisa membunuhku
karena aku kehabisan nafas. Dengan sekuat tenaga kutahan berat dan
tekanan tubuhnya dengan tanganku. Dan agar aku tidak lagi tersedak
kuminum langsung cairan yang membanjir ke mulutku. Aku melumat nonoknya
sebagaimana aku melumat mulutnya. Bibir vaginanya adalah bibir
mulutnya, kelentitnya vaginanya adalah lidah di mulutnya, cairan
birahinya adalah ludah yang terus mengalir dari kelenjar ludah di
mulutnya. Anneke semakin cepat menggosok-gosokkan kemaluannya ke
bibirku. Semakin cepat lagi. Semakin cepat lagi. Cepat, cepat, cepat.
Nafasku ngos-ngosan dibuatnya. Hingga cairan panasnya tumpah ruah
meraupi seluruh wajahku. Anneke mendapatkan orgasmenya. Dia masih terus
menggosok-gosokkan nonoknya ke mulutku. Dan aku menjadi sangat sibuk
untuk menjilati dan menyedoti nonoknya serta meminum semprotan cairan
birahinya. Saat akhirnya reda, Anneke rubuh ke kasur. Pasti sangat
kelelahan dan lunglai. Kudengar nafas-nafas panjangnya. Aku sendiri
masih dengan sepenuh birahi menggerakkan tanganku untuk meraup cairan
yang menumpuk dimukaku, meratakan ke mukaku, keleherku dan sebagian
lain ke dadaku. Aku yakin ini menjadi semacam lulur kecantikkan yang
akan meningkatkan penampilanku. Aku ikut rebah dan lunglai. Kali ini
aku tidak dikejar untuk meraih orgasme. Aku sudah sangat puas melihat
Anneke meraih kepuasannya. Aku merasa dapat memberikan sesuatu yang
terbaik baginya. Aku benar-benar sangat puas. Kami tertidur sesaat.
Saat aku terbangun aku melihat Anneke masih pulas. Mungkin di kereta
tadi malam kurang bisa tidur. Dengan sedikit tertatih aku bangun.
Kuambil pakaianku dan kukenakan. Aku langsung pergi mandi. Kali ini
tidak ada lagi acara intip-mengintip.
Usai mandi aku lihat Anneke masih nyenyak. Aku membuat minuman
hangat untuk mengembalikan tenagaku. Hampir 1 jam aku menggeluti
Anneke, sekarang baru terasa tulang-tulangku seperti lolos dari
tempatnya.
Kembali aku masuk kamarnya. Kini aku leluasi memandangi tubuh indah
yang tergolek telanjang di kamarnya itu. Aku kagum dengan dadanya yang
bidang. Buah dada dan pentilnya yang begitu ranum dan selalu menantang
bibirku. Pinggang dan pinggulnya yang sangat mempesona. Tungkai kedua
kakinya yang kubayangkan alangkah gagahnya saat memakai pants sebagai
mayoret, atau saat memakai rok midi saat menjadi Paskibraka. Jari-jari
kakinya yang walaupun hitam manis tetap saja mengingatkan aku akan
patung dewi Aphrodite dari Yunani itu. Dan kini kembali aku merasakan
bagaimana Anneke dengan liar menduduki wajahku, menjejalkan nonoknya ke
mulutku dan menumpahkan seluruh cairan birahinya ke mulutku. Anneke
sungguh-sungguh bunga liar dari Madiun
Bersambung...