"Ohh.. Ahh.. Hhh.. Hhh.. Ahh.." Gelinjang tubuh Asti tampak semakin
liar dan tak terkendali, sehingga Bu Rina segera melepas jarinya dari
kemaluan Asti dan lidahnya dari payudara Asti, karena ia tak ingin Asti
terlalu cepat mencapai puncak. Ia menggesekkan jari tengahnya yang
dipenuhi lendir panas pada bibir Asti. Asti segera menjilati jari basah
Bu Rina, menikmati lendir kewanitaannya sendiri dengan rangsangan yang
telah meledak-ledak dalam dirinya. Pemandangan erotis ini membuat tubuh
Bu Rina panas-dingin, ia mencabut jarinya dari mulut Asti dan duduk
mengangkangi kedua paha Asti hingga rok mininya teratrik sampai ke
pangkal paha, lalu menancapkan payudaranya yang besar itu ke mulut Asti
yang masih setengah terbuka.
"Ohh.. Terus, Sayang.." desah Bu Rina saat Asti mulai menjilati putingnya yang keras dan mencuat.
"Gigit, Sayang.. Oooh.. Ah!" pekik nikmat Bu Rina saat Asti mengigit puting besar itu dengan lembut.
Sadar sepenuhnya bahwa ia telah bisa menikmati semua ini, Asti
meremas payudara Bu Rina yang sebelah lagi, sementara tangan kirinya
diselipkan ke selangkangan atasannya untuk mendapatkan celana dalam
yang telah basah kuyup dibanjiri lendir panas gairah. Tanpa
menghentikan jilatan, hisapan dan remasannya pada dada Bu Rina, Asti
mulai meremas-remas selangkangan basah atasannya ini.
"Hhh.." Bu Rina mendesah, dan Asti semakin menggila dan menyelipkan
jarinya ke balik celana dalam Bu Rina untuk meraba-raba klitorisnya dan
memasukkan jarinya ke dalam lubang kemaluannya."Aahh!" Bu Rina
tersentak, "Nikmat, Sayang. Ohh, pinter kamu, ohh.." Merasakan gejolak
rangsangan yang semakin memuncak, Bu Rina menggoyang pantatnya
naik-turun, menancapkan jari Asti sedalam mungkin ke dalam lubang
kemaluannya, semakin lama semakin cepat, hingga akhirnya, "Aaahh! Aahh!
Sayaang.." sambil menekan kepala Asti ke dadanya, tubuh Bu Rina
tersentak kaku dan Asti merasakan lendir panas tumpah dari kemaluan Bu
Rina ke tangannya. Jarinya yang masih di dalam lubang kemaluan Bu Rina
merasakan kontraksi berulang kali, seirama dengan mengalirnya lendir
orgasme atasannya itu.
"Ohh.."
Bu Rina mendesah dan menjatuhkan tubuhnya ke atas tubuh Asti.
"Aku cinta sama kamu, As," katanya dengan lembut.
"Kamu mau jadi pacarku 'kan, Sayang?"
Asti hanya tersenyum dan mengeluarkan tangannya dari selangkangan
atasannya, lalu menghirup bau lendir orgasme kental itu. Asti belum
pernah mencium atau merasakan lendir vagina wanita lain, ia merasa
baunya menyenangkan dan semakin membangkitkan gairahnya. Dengan
bernafsu, Asti menjilati jari dan tangannya.
Mengetahui kekasih barunya ini ingin dipuaskan, Bu Rina melorotkan
tubuhnya dan berlutut di lantai. Ia melepas kait rok dan menarik
retsleting Asti yang terletak di samping roknya, lalu melorotkan rok
sekaligus celana dalam Asti hingga sekretarisnya kini telanjang bulat
di atas sofa. Diiringi desah lembut Asti, Bu Rina menjilati lutut
sekretarisnya ini dan bergerak ke pahanya. Desah Asti semakin cepat dan
nafasnya mulai tersengal-sengal saat lidah Bu Rina mencapai
selangkangannya dan mulai menjilati lubang pantatnya. "Ungh.." erang
Asti saat tiba-tiba lidah Bu Rina melalap kemaluannya hingga ke
klitorisnya. Kenikmatan yang tiba-tiba ia rasakan ini membakar
rangsangan dalam dirinya dan Asti tak mampu mengendalikannya lagi. Tak
peduli Bu Rina adalah atasannya, Asti menarik kepala Bu Rina dan
menghunjamkan selangkangannya dengan bernafsu ke mulut dan lidah Bu
Rina yang sibuk menghisap dan menjilati klitoris dan kemaluannya.
Bu Rina mengangkat kedua kaki Asti ke pundaknya hingga kini Asti
benar-benar mengangkangi kepalanya. Gerakannya semakin bebas, lidah Bu
Rina semakin liar memasuki lubang kemaluan Asti sedalam-dalamnya,
sementara mulutnya sepenuhnya menguasai bibir kemaluan dan klitoris
Asti. Dengan bernafsu, Bu Rina menghisap klitoris Asti dengan lidah
masih menggeletar di dalam lubang kemaluan sekretaris cantik itu.
"Ohh.. Sayaang.. Nikmat, Sayaang! Rrrhh.." Asti mengerang penuh
kenikmatan sambil mempercepat hunjaman selangkangannya pada mulut Bu
Rina.
"Ohh.. Ohh.. Ohh.. Sayang! Sayang! Ohh, Sayaang!" jeritan Asti yang
mengiringi hujaman selangkangannya yang semakin cepat membuat Bu Rina
tahu, sekretarisnya hampir mencapai puncak kenikmatan. Ia mengeluarkan
lidahnya dari lubang kemaluan Asti dan menjilati klitorisnya dengan
getaran yang sangat cepat. "Aaahh.. Aaahh.." jeritan Asti terdengar
melengking tak terkendali akibat ulah
"vibrator" hidup di selangkangannya ini. Bu Rina lalu meluruskan lidahnya hingga
kaku dan menancapkannya kembali sedalam-dalamnya ke lubang kemaluan
Asti, lalu wajahnya ia hujamkan maju-mundur hingga Asti lepas kendali
dan menjambak rambut Bu Rina lalu menarik kepalanya ke selangkangannya,
seirama dengan hujaman lidahnya ke lubang kemaluannya, sementara
tubuhnya bergelinjang hebat.
"Ahh! Ahh! Nggaak.. Nggaak.. Aaahh! Aaakk.." sambil menjerit liar,
Asti menyentak kepala atasannya sedalam-dalamnya ke selangkangannya,
sementara Bu Rina melahap seluruh kemaluan Asti di dalam mulutnya dan
menghisap lendir orgasme Asti yang muncrat berkali-kali, sambil dengan
nakal kembali menggetarkan lidahnya di kelentit Asti. "Ooohh.. Oohh..
Hhh.." desah Asti semakin pelan dan Bu Rina menghentikan getaran
lidahnya, mengetahui orgasme Asti telah melemah. Ia kini hanya
menghisap klitoris Asti hingga akhirnya Asti melepas kepala Bu Rina dan
bersandar lemas pada sofa.
Bu Rina naik ke sofa dan mencium bibir Asti dengan lembut, tanpa
menduga akan mendapat balasan ciuman bergairah dengan hisapan lidah
yang bernafsu dari sekretarisnya yang telah mendapatkan kepuasan
seksual terhebat sepanjang hidupnya ini. "Kamu masih bisa, As?" tanya
Bu Rina, "Soalnya sebenernya aku belum sampai orgasme puncak dan masih
mau dijilatin ama kam.."jawaban Asti berupa lidah yang menggerayangi
mulut Bu Rina yang belum selesai mengucapkan kalimatnya. "Ohh, nakal
kamu," kata Bu Rina yang segera berdiri melepas rok dan celana
dalamnya, lalu naik ke atas sofa dan berdiri mengangkangi wajah Asti.
Belum pernah melakukan ini pada wanita lain, Asti memulai dengan
menjilati bibir kemaluan Bu Rina yang telah basah kembali. Ternyata
menghisap dan menyetubuhi Asti dengan lidahnya telah merangsangnya
kembali, mungkin karena Bu Rina memang belum mencapai orgasme puncak.
Jilatan Asti pada bibir kemaluan Bu Rina membuat lendir gairahnya
semakin deras mengalir dan menetes-netes ke mulut, pipi dan leher Asti.
Lidah Asti lalu mulai berkonsentrasi pada klitoris Bu Rina, membuat Bu
Rina mendesah, "Hhh.. Nikmat, Sayang.. Ooohh.."
Desahan itu membuat Asti semakin berani dan mulai memasukkan
lidahnya ke dalam lubang kemaluan Bu Rina. "Ahh!" Bu Rina menjerit
kecil, "Terus, Sayang! Ohh, terus.. Ooohh.." Asti berusaha menyetubuhi
Bu Rina dengan lidahnya yang ia hunjamkan keluar-masuk lubang kemaluan
atasannya ini, namun Bu Rina seakan tak puas dan lebih liar
menghujamkan selangkangannya ke wajah Asti."Ohh.. Ohh.. Gigit memekku,
Sayang.. Gigit.." Asti hanya bisa menurut dan menggigit bibir kemaluan
Bu Rina dengan lidah tetap menjilat dengan liar di dalam lubang
kemaluannya."Ahh! Ahh! Aaa.." Bu Rina memekik kecil, tampak menikmati
gigitan lembut Asti pada kemaluannya. "Itilku, Sayang. Oooh, itilku
gatel," desah Bu Rina sambil mempercepat hujamannya pada mulut Asti dan
meremas-remas payudaranya sendiri dengan kasar.
Asti kembali menjilati klitoris Bu Rina sambil menghisap bibir
kemaluannya. Ia berusaha menggetarkan lidahnya secepat mungkin seperti
yang dilakukan Bu Rina padanya. Usahanya berhasil, getaran lidahnya
yang terasa seperti
vibrator di klitoris Bu Rina membuat atasannya ini memejamkan mata dan menggigit
bibirnya dalam kenikmatan, sementara remasannya di dadanya semakin
tampak bernafsu. "Masukin jari kamu ke pantatku, Sayang," kata Bu Rina
dengan napas tersenggal-senggal. Ia lalu memperlebar kakinya agar lebih
mengangkang, membuat Asti semakin tertindih dan terpaksa melorotkan
badannya di atas sofa. Asti menyelipkan jarinya di antara kedua lembar
bibir kemaluan Bu Rina, membasahi jari telunjuknya dengan lendir
rangsangan dari lubang kemaluan Bu Rina serta jilatan lidahnya sendiri.
Setelah itu ia masukkan jarinya ke lubang pantat Bu Rina yang ternyata
membuat Bu Rina menjerit penuh kenikmatan, "Aaakk.. Aaahh.. Sayang.."
Asti semakin bernafsu menancapkan jarinya keluar-masuk pantat Bu Rina
sampai ke pangkal jarinya, tanpa menghentikan jilatannya pada
klitorisnya.
"Aaahh.. Aaahh.. Terus.. Terus.. Jangan berhent.. Aaakk.." pekikan
Bu Rina dan gelinjang tubuhnya semakin liar dengan memuncaknya
kenikmatan dalam dirinya. Asti menjilati klitorisnya dengan bernafsu
dan mempercepat tusukan jarinya pada pantat Bu Rina, hingga akhirnya
kedua paha Bu Rina menjepit kepala Asti dengan keras dan tubuhnya
tersentak kaku, "Aaahh.. Gggaahh.." Kedua tangan Bu Rina menjambak
rambut Asti dan menancapkan wajahnya ke selangkangannya, sementara Asti
menghisap lubang kemaluan Bu Rina selagi rentetan lendir orgasme panas
menyemprot ke dalam mulutnya. Asti melepas jarinya dari lubang pantat
atasannya, tubuh dan paha Bu Rina melemas sesaat, lalu tiba-tiba
tersentak kaku kembali seiring dengan menyemprotnya kembali lendir
puncak kenikmatan dari kemaluannya. Asti yang melepas hisapannya,
mengira Bu Rina telah selesai, tak siap menghadapi ini dan lendir
orgasme dari lubang kemaluan Bu Rina membanjiri bibir, pipi dan
dagunya, lalu meleleh ke leher dan dadanya.
Dengan berakhirnya puncak orgasmenya, Bu Rina ambruk di atas tubuh
Asti dan keduanya lalu rebah di sofa sambil berpelukan erat, seakan
besok sudah tak berjumpa lagi.
"Hhh.. Hhh.. Asti sayang, aku nggak mau kehilangan kamu, Sayang.
Aku cinta kamu," desah Bu Rina di tengah usahanya mengembalikan
nafasnya yang tersenggal-senggal itu.
"Aku juga cinta Ibu. Aku nggak nyang.."
"Jangan panggil aku Ibu," Bu Rina memotong, "Mulai sekarang, kalau kita berduaan aja, kamu panggil aku Sayang atau Rina."
Asti tersenyum manis dan membelai rambut atasannya ini.
"Aku juga cinta kamu, Sayang. Aku nggak nyangka wanita bisa
memuaskan aku lebih dari pria. Aku juga nggak mau kehilangan kenikmatan
ini, Sayang. Aku nggak mau kehilangan kamu."
Bu Rina tersenyum bahagia mendengar jawaban kekasih barunya itu,
lalu mencium bibirnya. "Jilatin yang di wajah dan leherku dong, Sayang.
Aku masih mau nikmatin lendir kamu," kata Asti. Bu Rina menjilati
lendir panas yang berlepotan di wajah dan dada kekasihnya, namun tidak
menelannya. Ia lalu membuka mulutnya di atas mulut Asti yang telah siap
menerimanya, lalu mereka sama-sama menikmati lendir manis itu sambil
saling menghisap lidah.
Setelah 10 menit berpelukan dan saling meraba tubuh tanpa bicara,
pasangan kekasih yang bahagia ini lalu berdiri dan mengenakan pakaian
masing-masing. Asti lalu melanjutkan pekerjaannya dengan lengan Bu Rina
memeluk pinggangnya sambil sekali-sekali bibirnya mengecup pipi atau
telinganya, hingga pekerjaannya selesai. Lalu mereka pun pulang dengan
bayangan indah akan masa-masa yang akan mereka nikmati bersama kelak.
TAMAT