"Ampun omm, jangannnn…. Jangan…"
Namun ngga digubrisnya, dia menciumi bibirku, memasukkan lidahnya. Menciumi telingaku, menjilatnya sampai basah. Ciumannya turun ke leher, digigitnya kecil-kecil. Aku ngga sanggup meronta lagi, tanganku dibekap. Lalu dia berhenti menciumiku.
"Toket kamu bagus banget, Vi. Om suka. Pacar kamu pasti pernah ngemut toketmu kan? Tadi aja om liat kamu remas-remas toketmu sendri! Sekarang om kasi yang lebih enak tapi jangan melawan ya! Ingat, kalo kamu melawan, om sundut kamu pakai rokok!"
Perlahan tanganku dilepasnya. Lalu dia mengelus-elus dadaku sampai ke perut.
"Jangan, om… Plisss…"
Tangisku memang sudah berhenti, hanya tersisa sesengukan. namun kata-kataku pun sepertinya ngga akan menghentikan om sialan itu.
Tangannya mulai meraba-raba kedua toketku. Diremas-remasnya dengan kencang, sambil dicium-cium. Pentilku dimainkan dengan lidahnya, dihisap, lalu dimainkan lagi dengan lidahnya.
"Ahh…"
Aku tak sengaja mendesah.
"Tuh kan!! Om bilang juga apa, pasti enak kan!"
Lalu dia lanjutkan lagi kuluman pentilnya.
Sungguh, hisapan om memang lebih enak dibandingkan pacarku. Pentilku dipelintir dengan kedua jarinya, dijepit, ditarik-tarik. Walopun sedikit sakit, tapi enak.
"Nahh sekarang kamu isep punya om nih!"
"Ta tapi Vi belom pernah ngisep 'itu' om! Vi takut"
"Sini om ajarin ya"
Lalu dia turunkan celana pendeknya. Om ngga pakai celana dalam, jadi penisnya langsung menyembul keluar. Aku kaget, dan merasa aneh dengan bentuknya. Baru kali ini aku melihat penis cowo secara langsung. Biasanya hanya lewat film porno.
Om menuntun tanganku untuk mengocok batang penisnya. Maju mundur. Lalu mengarahkan ujung penisnya kebibirku.
"Emut ini, tapi jangan sampe kena gigi."
Aku emut ujung penisnya perlahan, kurasakan cairan asin keluar dari situ.
"Ahhh ya bener, Vi, enak banget! Coba masukin lebih dalam lagi!"
Ku masukkan batang penis lebih dalam lagi ke mulut sambil kukocok batangnya. Kulihat om merem melek saat kulakukan itu. Kepalaku didorong maju mundur olehnya. Kadang juga badannya yang bergerak maju mundur. Lalu om memasukkan penisnya jauh kedalam mulutku, rasanya sampai ke kerongkongan, aku terbatuk-batuk, ku dorong pinggulnya menjauh dari mukaku.
"Hahaha.. Keselek ya, Vi? Tapi yg barusan itu enak banget loh, lama-lama juga kamu terbiasa!"
"Udah, om. Vi ngga mau lagi.." Aku mulai menangis lagi.
"Ngga!!! Udah tanggung nih, om mau jilat memek kamu Vi!"
"Jaa jangan…"
belom sempat kuberontak, om sudah mendorong badanku hingga terjatuh di tempat tidur. Kakiku digeser ke pinggir tempat tidur, dia mulai menciumi perutku, lalu menciumi celana dalamku.
Aku coba menahan kaki untuk rapat, tapi percuma saja, pahaku ditahan oleh kedua tangannya.
Dia mulai lagi menciumi, menjilat dan menggigit vaginaku yang masih tertutup celana dalam.
"Aaahh oohh jang jangan ommmmm…"
Tapi dia terus menggerakkan bibirnya di vaginaku.
Sekarang jarinya meraba-raba celana dalamku yang sudah basah.
"Celana kamu udah basah tuh! Enak ya? Bentar lagi om kasi yang lebih enak!"
"Nggaaaaa!!! Jangaannn ommm!! Pliisssss!!!!"
Tapi jarinya udah menggelitik bagian klit ku. Walopun masih tertutup cd, rasanya seperti nyata.
Klit ku ditekan-tekan, kadang digerakan seperti gerakan menggaruk.
"Uhhh om.. Udahhhhh!!! Pliissss!"
Kakikuu dibukanya makin lebar. Kepalanya berada diantara selangkanganku. Jarinya masih bermain di klitku. Lalu dia berhenti, berdiri, menyuruhku bangun dengan posisi duduk. Dia pindah duduk dibelakangku. Dadanya menempel di punggungku. Diciumi pundakku, tangan kanannya meremas payudaraku dan tangannya satunya memainkan klitku.
"Gimana, Vi? Enak kan? Kamu kaya gini juga ngga ke pacarmu?"
Bibir om tepat di telingaku, aku ngga tau mau jawab apa, rasanya cuma desahan pelan yang keluar dari mulutku.
Lalu tangannya masuk kedalam celanaku.
"Wah, kamu udah becek banget, Vi. Enak nih, licin!"
Tangannya berputar-putar di vaginaku, sesekali menyentuh klit. Aku mendesah agak keras saat jarinya menyentuh klit. Om menyadari itu, lalu dengan sengaja, dia mainkan jarinya di klitku sementara tangan satunya lagi memilin pentilku dengan cepat.
"Ahhh om.. U udah udahhh!!!"
Tapi gerakan jarinya makin cepat di klitku. Ku rasakan darahku mengalir sampai ke ubun-ubun. Aku ngga tau perasaan apa ini. Sangat aneh tapi enak sekali. Jarinya bergerak makin cepat dan ditekan semakin dalam. Sektika aku merasakan sesuatu yang aneh yang membuat seluruh tubuhku mengejang.
"Ahhh om!!! Apaan ini!!!"
"Nikmatin aja, Vi, ini pasti bakalan enak banget kok, percaya deh sama om!"
Ternyata benar, seketika itu tubuhku mengejang, kurasakan denyutan di klit dan diseluruh tubuhku.
"Ommm udah, udah!!! St stoppp!"
"Gimana? Enak kan?"
Aku ngga menjawab, seluruh tubuhku masih terasa ngilu.
Lalu om bangun dari tempat tidurku, dia berlutut diantara kedua kakiku. Diturunkan cdku perlahan. Toketku dan pentilku diciumi sambil melepaskan cdku.
Sekarang aku benar-benar telanjang di depan omku. Aku lihat dia berdiri dengan penis yang tegak. Dia memuji-muji tubuhku sambil mengocok penisnya. Vaginaku diusap-usap sambil sesekali memainkan klitku yang masih ngilu karena orgasme tadi. Lalu dia jilat-jilat vaginaku. Lidahnya masuk kedalam lubang vaginaku.
"Jangan!!! Jangan dimasukin om!! Plisss"
Tapi lidahnya terus masuk kedalam vaginaku, membuat sensasi geli dan enak, tapi aku juga takut. Takut kalo selaput daraku akan sobek karena jilatan itu. Lidah nya terus menari-nari di liang vaginaku. Sepertinya banyak sekali cairan yang aku keluarkan, tapi om ngga peduli, dia jilat habisss semua cairanku. Jarinya semakin menggila memainkan klit ku. Dan aku mendapatkan orgasme yang kedua.
"Ahh ommm, ahhhhhh uhhh"
Ngga ada lagi kata yang bisa kuucapkan selain desahan. Vaginaku berkedut hebat seiring detak jantung. Klitku terasa ngilu sekali.
"Vi, kalo kamu orgasme kaya tadi, bikin memek kamu makin lebar. Sini om kasi yang lebih enak lagi dibanding yang barusan!"
"Ja jangan om! Vi masih perawan, Vi ngga mauu!!! Ja jangannn om!!!"
Bersambung...