Tanpa melepaskan kulumannya di putingku, tangan Koh Anton mulai membuka celana jeans-ku dan istrinya membantu menarik turun hingga tinggal celana dalam mini menempel di tubuhku, tapi tak berlangsung lama ketika Cindy menarik turun hingga membuatku dalam keadaan telanjang dihadapan suami istri ini. Tangan Koh Anton langsung mengelus paha mulusku, dan menjelajah disekitar daerah kewanitaanku, Cindy mengikuti dengan melepas pakaiannya.
Kulihat buah dadanya juga montok dan padat, mulus layaknya chinesse, dia kemudian melepas celana suaminya, kembali mulutnya bermain dengan kejantanan itu. Kubuka baju versace Koh Anton, kini dia telanjang sedang mendapat keroyokan dari dua wanita cantik. Cindy dengan gairahnya menjilati kejantanan suaminya hingga ke pangkal dan kantong bolanya, ternyata dia mahir dalam permainan oral, entahlah apa aku bisa sehebat dia.
Aku makin mendesis ketika jari tangan Koh Anton mulai keluar masuk liang vaginaku yang sudah basah, apalagi kuluman dan jialtannya masih tetap bergairah.
Cindy dan suaminya berganti posisi, kini Koh Anton jongkok di depan kami yang duduk berdampingan di sofa dengan kaki dan vagina terbuka lebar menghadapnya, kepala Koh Anton langsung menuju selangkanganku sedang tangannya mengocok vagina istrinya, dua wanita cantik dalam kendalinya, aku dan Cindy mendesah bersamaan, terlalu nikmat jilatan Koh Anton di vaginaku, kakiku sudah menjepit kepalanya, tak kupedulikan apakah dia masih bisa mempermainkan istrinya atau tidak, lidahnya tetap lincah menyusuri klitoris dan vaginaku. Aku sungguh kecewa ketika dia kemudian berpaling ke istrinya, berganti dengan jarinya di vaginaku, Cindy mendesah desah mendapat jilatan dari suaminya, tangannya meremas tanganku erat, kemudian Koh Anton berganti lagi ke vaginaku, begitu seterusnya, sepertinya dia sedang mempermainkan birahi kami.
Aku berharap Koh Anton segera memasukkan penisnya ke vaginaku, tapi dia kemudian berdiri dan menyodorkan penisnya ke kami, dengan segera Cindy menggapai penis suaminya dan langsung mengulumnya, lalu dia menyodorkan ke mulutku, aku agak ragu mengulum penis itu, apalagi dari mulut Cindy langsung tentu banyak ludahnya di batang penis suaminya. Belum pernah aku merasakan ludah seorang wanita, kalo laki laki sih udah kerjaannya, kupegang dan kukocok sejenak sambil memandang Cindy dan suaminya bergantian. Aku sudah menikmati ciuman dan jilatan suaminya, tentu dia tersinggung kalo aku menolak mengulum penis itu, sepertinya tak ada pilihan lagi dan akhirnya penis Koh Anton mulai menyentuh bibirku dan melesak terus memenuhi mulutku. Koh Anton memegang kepalaku dan mengocokkan kejantanannya di mulutku, sama seperti dia melakukannya pada istrinya, kemudian dia berpaling kembali ke istrinya dengan hal yang sama dan berganti lagi ke mulutku, begitu secara ber-ulang ulang.
Koh Anton sudah kembali berlutut di depan kami, sepertinya dia sedang memilih vagina yang mana duluan, aku berharap dia memilihku sebelum istrinya, dan harapanku terkabul. Justru Cindy yang memberiku kesempatan terlebih dahulu, dia memegang kejantanan suaminya lalu menuntunnya ke vaginaku, bukan main begitu kompak kerjasama mereka, dia menyapukan penis suaminya ke vaginaku, masih dalam genggaman istrinya, perlahan Koh Anton mendorong masuk hingga melesak semua ke dalam. Aku mendesis menikmati penis Koh Anton, Cindy hanya tersenyum melihat expresiku, dan desahku makin keras ketika Koh Anton mulai mengocokku, makin lama makin cepat. Cindy mendekati suaminya, mereka berciuman sambil tangan suaminya meremas buah dadaku.
Melihat mereka berciuman gairahku ternyata makin naik, kugoyangkan pinggulku mengimbangi gerakan Koh Anton, remasannya di buah dadaku makin keras, kepala Cindy turun ke perut suaminya, diluar dugaanku dicabutnya penis itu dari vaginaku dan langsung dimasukkan ke mulutnya, tanpa risih Cindy mengulum penis suaminya yang masih bercampur cairan vaginaku, aku kaget melihatnya, penis itu sudah keluar masuk mulutnya lalu Cindy mengembalikan lagi ke vaginaku, aku terbengong melihat Cindy bisa seperti itu, hampir pasti aku tak sanggup melakukannya, mengulum penis yang baru keluar dari vaginaku, jangankan vagina orang lain, dari vaginaku sendiripun aku jarang sekali mau. Berulang kali Cindy melakukan hal itu, berulang kali juga aku takjub akan Cindy, tapi lama kelamaan aku menikmatinya ketika Cindy melahap penis suaminya yang baru dikeluarkan dari vaginaku, entahlah ada sensasi tersendiri ketika Cindy menjilati cairan vaginaku yang ada di penis suaminya, tapi tetap aku sepertinya tak akan mampu melakukan sebaliknya.
Kembali aku dikejutkan ketika tangan Cindy ikut ikutan menstimulasi klitorisku saat suaminya mengocokku, agak risih aku menerimanya, belum pernah vaginaku disentuh seorang wanita, apalagi dalam keadaan begini, sedang dikocok enak, aku mau protes tapi ketika mulai kurasakan lebih nikmat, maka kubiarkan tangan Cindy bermain di klitorisku.
"Auuwww..gila..yaa" desahku tanpa kusadari tiba tiba meluncur dari mulutku, mereka berdua tersenyum melihatku menggelinjang kenikmatan.
Tangan Koh Anton meremas buah dadaku dan buah dada istrinya secara bersamaan, mungkin dia hendak membandingkan. Cindy duduk di sebelahku, sepertinya minta giliran, segera Koh Anton beralih ke Cindy, tanpa membersihkan terlebih dahulu Koh Anton langsung memasukkan penisnya ke vagina istrinya, Cindy langsung mendesah kenikmatan, dan semakin keras desahannya ketika suaminya mengocoknya dengan cepat dan keras, kupeluk Koh Anton dari belakang, tanganku mengelus kantong bolanya, kugesek gesekkan tubuhku di punggungnya, seperti yang dilakukan istrinya tadi, desahan Cindy makin keras, ternyata dia lebih berisik dariku.
Cindy memintaku untuk nungging di sampingnya, Koh Anton menciumi lagi vagina dan lubang anusku, aku menjerit kaget dan nikmat, dia memasukkan penisnya ke vaginaku kembali, agak risih aku menerima penis Koh Anton langsung dari istrinya, tentunya cairan vagina kami bercampur, tapi mengingat Cindy bahkan sudah merasakan cairan vaginaku di mulutnya, dan penis itu sudah meluncur keluar masuk vaginaku, maka tak ada pilihan lain kecuali menikmati kocokan Koh Anton yang makin menggairahkan. Cindy mengikuti nungging di sebelahku, kembali Koh Anton menggilir vagina kami, dari satu vagina ke vagina lainnya, entah apa dia bisa merasakan perbedaan diantara vagina kami.
Desahanku saling bersautan dengan desahan Cindy, seperti opera, terkadang diselingi desis kenikmatan darinya, aku terpengaruh hingga ikutan mendesah keras atau lebih tepat menjerit.
Lebih setengah jam Koh Anton merasakan nikmat tubuhku dan istrinya secara simultan, hingga akhirnya sampailah kami di puncak kenikmatan, pertama Cindy yang menjerit dalam orgasme, jeritannya sungguh bebas lepas tanpa beban, kemudian suaminya beralih ke vaginaku, dia mengocokku keras seolah berpacu menuju puncak, tubuhku menegang dan kurasakan vaginaku berdenyut keras, aku orgasme, tanpa kusadari keluar teriakan dari mulutku, teriakan orgasme, kuremas tangan Cindy merasakan nikmat orgasme, tiba tiba kurasakan denyut hebat dan teriakan dari Koh Anton, dia mengalami orgasme juga beberapa detik setelah aku, denyutan demi denyutan kurasakan menghantam dinding dinding vaginaku, semprotan demi semprotan sperma membasahi rahimku, begitu nikmat saat kami berdenyut secara bersamaan, dipeluknya tubuhku dari belakang beberapa saat lamanya..
Cindy mengeluarkan penis suaminya dariku, dikulum dan dijilatinya seolah membersihkan penis itu dari sisa sisa sperma dan cairan vaginaku, ada rasa jijik aku melihatnya, meski sudah lebih dua minggu bekerja aku masih belum bisa menikmati aroma sperma. Mereka berciuman, akhirnya Koh Anton lemas duduk di sofa di antara aku dan istrinya, kami bertiga duduk telanjang dengan napas turun naik.
Seperti biasa sehabis bercinta, aku ke kamar mandi membersihkan tubuhku, Cindy mengikutiku meninggalkan suaminya sendirian di sofa.
"Cik Cindy kok bisa menemani dan melihat suami bercinta dengan wanita lain, apa nggak cemburu" tanyaku ketika kami di kamar mandi.
"Mulanya sih cemburu, tapi dilarangpun aku yakin dia akan sembunyi sembunyi mencari wanita lain, ya lebih baik ikutin saja permainannya, bakan terkadang kami juga membayar laki laki untuk melakukan hal yang sama, jadi bisa sama sama enjoy" jelasnya tanpa ada perasaan menyesal.
"Apa dia nggak cemburu melihat Cik Cindy bercinta dengan laki laki lain" tanyaku bodoh.
"Nggak boleh cemburu, lha kita melakukan bersamaan kok, tidak boleh sendiri sendiri, tapi syaratnya harus dengan orang yang tidak kami kenal. Eh aku sebenarnya masih punya fantasi lain, yaitu main berempat, dua pasang, bila perlu tukar pasangan, tapi Koh Anton masih belum bisa terima tuh" dengan enteng dia menjelaskan, aku kaget, ternyata dunia sudah gila, benar benar pasangan edan, dulu aku cerai karena suamiku main perempuan, tapi sekarang malah mereka saling melegalkan selingkuh bersama. Dia banyak cerita tentang petualangan mereka tapi aku tak menanggapi, malah bikin aku pusing.
"Kalau kamu mau, ntar aku akan atur kita main berempat, laki laki lainnya aku yang cari, banyak kok langgananku yang mau, terus terang aku suka sama penampilanmu, cantik, sexy, mulus dan tidak norak seperti lainnya, entahlah rasanya aku tak cemburu kalau suamiku main sama kamu, kapan kapan kamu tidur di rumah saja, kita bisa tidur bertiga di tempatku"
"Entahlah Cik, ini baru pertama kali aku main bertiga, perlu waktu untuk menyesuaikan diri, maklum masih belajaran"
"Dengan penampilanmu yang seperti ini aku yakin akan banyak laki laki yang ngiler sama kamu"
Aku tak menjawab, kusiram tubuhku dengan air hangat menghilangkan keringat yang menempel di tubuhku, tanpa kusadari ternyata Koh Anton sudah berada di kamar mandi bersama istrinya memperhatikanku mandi, aku dikagetkan pelukan dari belakang yang kukira Cindy, ternyata Koh Anton sudah berada di belakangku, menyabuni punggung dan tubuhku, tangannya dengan bebasnya menjelajah ke bagian tubuhku yang lain dan berhenti di buah dadaku, Cindy hanya duduk di meja westafel melihat kami sambil menyalakan Marlboro putihnya, kulihat dia tersenyum melihat kelakuan suaminya terhadapku.
Air shower sudah kumatikan ketika tangan Koh Anton berada di selangkanganku, mempermainkan klitorisku, aku mendesah nikmat. Kuangkat kakiku ke bibir bathtub memberi jalan lebih bebas ke tangan Koh Anton, sambil tangannya menjelajah di dada dan selangkanganku, bibirnya ikutan menjelajahi leher dan telingaku yang belum kena sabun, tak mau kalah akupun membalas dengan remasan dan kocokan di kejantanannya yang perlahan mulai menegang. Busa sabun sungguh menambah erotis sentuhan tubuh kami. Koh Anton memutar tubuhku, kami berhadapan lalu berpelukan, peganganku pada kejantanannya tak kulepaskan, dia mencium bibirku dan kubalas dengan gairah. Kembali kakiku kunaikkan ke bibir bathtub, kuusapkan penisnya pada tubuhku, sebelum dia melakukannya lebih jauh ternyata Cindy sudah menghampiri kami.
Ciuman Koh Anton berpindah ke bibir istrinya, aku masih tetap mengusapkan penisnya di sekitar selangkangan dan klitorisku. Cindy menyalakan air shower hingga membasahi tubuh kami bertiga, Koh Anton memelukku dan Cindy memeluk suaminya dari belakang, bertiga kami telanjang di bawah siraman air shower yang hangat sambil saling meraba dan mencium. Koh Anton yang berada di antara kami harus sering membalikkan badannya untuk secara bergantian memeluk dan mencium antara aku dan istrinya.
Ketika Koh Anton kembali menghadapku, aku berlutut di depannya dan mengulum kejantanannya yang sudah tegang, dia langsung mengocok mulutku, istrinya memeluk dari belakang sambil memegangi kejantanannya yang sedang keluar masuk mulutku. Cindy menggeser posisinya, duduk di tepi bathtub di samping kami, bergantian Koh Anton memasukkan kejantanannya ke mulut istrinya, bibir Cindy mengunci erat kejantanan suaminya yang sedang keluar masuk, ku elus elus kantong bolanya saat dia mengocok mulut istrinya.
Koh Anton menarikku berdiri dan memintaku berbalik membelakanginya, kucondongkan tubuhku ke depan dan kunaikkan kaki kananku ke tepi bathtub, setelah kejantanannya keluar dari mulut istrinya, dia menyapukannya ke bibir vaginaku, dengan sekali dorong melesaklah kejantanannya ke vaginaku dan langsung mengocok dengan cepatnya, dia memegang pinggangku dan menarik dorong tubuhku berlawanana dengan gerakan kejantaanannya sliding di vaginaku, makin lama dia memompa makin cepat dan keras seperti piston mobil yang tancap gas. Aku mendesis nikmat, kurasakan makin nikmat ketika Koh Anton mulai meremas remas buah dadaku sambil mempermainkan putingku. Cindy hanya tersenyum melihatku mendesis desis dalam kenikmatan mendapat kocokan suaminya, entah apa yang ada di benaknya, aku tak tahu dan tak mau tahu, yang aku tahu aku sedang mendapatkan kenikmatan dari suaminya dan aku harus memberikan kenikmatan pada suaminya.
Cukup lama kami bercinta sambil berdiri, tiba tiba kurasakan Cindy menutup tubuhku dan suaminya dengan handuk, dengan telaten dia menyeka air bercampur keringat di tubuh suaminya, begitu juga dengan penuh pengertian dia mengusapkan handuk di tubuhku yang sudah mulai kedinginan bercampur peluh nafsu birahi.
Bersambung...