Lia tampaknya, hendak mengutarakan sesuatu, tapi sudah keburu aku
tutup, ia kemudian, kembali memijit bel rumahku, tapi tidak aku gubris,
akhirnya ia pun berjalan ke arah toko di seberang dengan perasan tak
karuan, karena malu ia melipat tangannya di depan dadanya, agar
guncangan dadanya tidak terlalu nampak. Akupun naik ke lantai atas
untuk bisa melihatnya lagi.
Tampak Lia dengan kikuk berbicara dengan Mas Yus, begitu aku biasa
memanggil pemilik toko itu, karena kebetulan di sana sedang ramai
pembelinya, itu memang biasa terjadi karena walaupun tak seberapa
besar, tapi barang yang disediakan cukup lengkap, dan tidak terlalu
beda jauh dengan di toko grosir.
Tampak Lia yang sedang berbincang sering diamati dari atas ke bawah
oleh bapak-bapak dan mas-mas yang kebetulan sedang berbelanja,
sepertinya mereka tahu kalau Lia tidak memakai bra, karena aku yang
melihatnya memakai teropong dari arah belakang tak sedikitpun melihat
ataupun tersamar tali BH, padahal pakaian Lia cukup transparan karena
mungkin usianya yang cukup lama, karena mungkin tanggung bagi Lia untuk
membeli baju seragam baru, karena sekarang sudah mendekati kelulusan.
Gerakan badannya saat mengambil uang di saku roknya pun mendapat
perhatian dari semua laki-laki yang ada di sana, payudaranya kembali
berguncang hebat, karena sepertinya dia cukup sulit mengambil uang yang
ada di saku roknya, mungkin karena roknya pun sepertinya dibuat pada
waktu dia masih baru kelas dua, jadi dengan ukuran tubuhnya yang
sekarang rok itu terlihat mini dan sangat pas di pantatnya. Akupun jadi
teringat bahwa akupun menyuruhnya untuk tidak memakai CD di balik
roknya. Dan ternyata memang tidak terlihat bentuk CD dibalik roknya
yang ketat itu, dan gerakan dua belahan pantatnya terlihat cukup
menggairahkan. Bergoyang dengan sangat natural saat ia bergerak.
Pantas saja laki laki yang melihatnya di sana memandangnya seperti
hendak menelanjanginya, memandangi dari atas ke bawah. Ternyata Lia
memang sangat sexy dengan keadaan yang seperti itu. Dengan tanpa
memakai penutup dada alias BH dengan pakaian seragam yang transparan
karena termakan usia, dan roknya yang sepertinya dua ukuran di bawah
ukurannya yang sekarang.
Kemudian tampak, ia kembali merogoh seluruh sakunya, baik baju dan
roknya, gerakannya itu kembali mengundang tatapan para lelaki di
sekitarnya, karena kali ini terlihat jelas guncangan di payudaranya dan
jelas sekali kalo dia tidak memakai BH, karena goyangan paudaranya
terlihat sangat jelas. Sepertinya dia terlihat panik dan menunjuk ke
arah rumahku, mungkin uang yang dimilikinya kurang untuk membayar rokok
dan tali yang kuminta, atau dompetnya tertinggal barangkali. Itu yang
ada di benakku saat melihatnya kebingungan.
Karena tak tega melihatnya kebingungan dan jadi tontonan gratis
terlalu lama. Akhirnya kutelepon Mas Yus dengan HP-ku, dan pura-pura
menanyakan apakah ada temanku cewek yang beli tali pramuka dan rokok,
karena aku beralasan bahwa aku khawatir kok lama banget, dan ternyata
benar, Mas Yus menerangkan bahwa Lia memang mengaku duitnya kurang
karena dompetnya tertinggal di rumahku, dan tadinya Mas Yus curiga apa
betul Lia temanku dan disuruh beli tali dan rokok olehku, karena ia
baru pertama kali ini melihat Lia, tidak seperti temanku yang lain yang
sering membeli barang ke tokonya kala main ke rumahku, begitu katanya.
Akhirnya Lia bisa meninggalkan toko itu, setelah aku bilang bahwa
kekuranganya nanti akan diantarkan, dan bahwa benar Lia itu temanku. Di
akhir pembicaraan Mas Yus sempet bilang bahwa Lia itu sexy banget
dengan keadaan seperti ini, suruhlah sering sering ia belanja ke
tokonya. Dan aku yakin Lia mendengarnya, karena tempat Mas Yus menerima
telepon hanya berjarak setengah meter dari tempat Lia berdiri, sedang
saat ia mengucapkanya Mas Yus berbicara biasa, tidak berbisik. Jadi aku
yakin Lia pasti mendengarnya. Aku pun menyanggupi bahwa Lia juga nanti
yang akan mengantarkan kekurangan pembayarannya.
Mereka tidak tahu kalau aku mengamati semua yang terjadi sejak tadi dari jauh.
Saat Lia berjalan ke arah rumahku, para pembeli yang sedari tadi
ada di sana tampak ribut ada yang bertepuk tangan, bersiul (terlihat
dari bibirnya yang monyong), ada juga yang bersuit dengan "irama
menggoda" karena terdengar juga olehku.
Lia kini tambah kikuk dan malu, karena kini dia sadar bahwa semua
orang yang ada di sana telah tahu bahwa ia tidak memakai BH, karena
saat ia panik tadi ia tidak dapat lagi menutup-nutupi lagi keadaannya
yang tanpa pakaian dalam, dan gerakanya tadi membuat orang semakin
jelas melihat payudaranya yang terguncang kesana kemari, saat ia
merogoh saku baju dan rok pendeknya. Tapi Lia enggan berlari karena
takut akan lebih memepertontonkan payudaranya yang bergoyang jika ia
berlari. Ia hanya berjalan sedikit cepat untuk mencapai rumahku.
Aku telah menunggunya di depan pintu pagar yang telah aku buka, dan
menyambutnya dengan tersenyum. Satu rencanaku telah tercapai.
Lia yang masih terlihat malu, semakin malu, karena akulah yang
jelas tahu jika dibalik seragamnya ia tidak memakai apa-apa lagi,
karena akulah yamg memintanya melakukan semua ini. Tapi aku bersikap
wajar saja, dan itu membuat Lia tenang berada di dekatku. Memang selama
ini aku dikenal sebagai cowok yang baik, dan cenderung pemalu, karena
itu banyak cewek yang tertarik padaku.
Setelah ngobrol ini-itu, akhirnya meunuju ke pokok permasalahan,
bahwa ia butuh uang untuk membayar tunggakan SPP dan uang bangunan,
yang sebenarnya telah orang tuanya berikan, tapi telah ia pergunakan
untuk beli ini dan itu serta "biaya kenakalannya" seperti narkoba dan
minuman keras. Dan aku menyanggupi untuk meminjaminya tapi semua itu
ada timbal baliknya kataku padanya.
"Seperti yang kubilang tadi, mau nggak, sebagai jaminanya aku foto
kamu dengan pose yang sexi dan dengan pakaian seadanya?!" tanyaku
padanya.
"Ya mau gimana lagi, toh aku sudah datang ke sini sesuai dengan keinginanmu, nggak pake BH dan CD".
"Sudah kepalang basah, lagian hanya kamu yang bisa menolong aku.
So, mo gimana lagi.. Ak.. Aku terima deh! Tapi janji nggak akan
menyebarkan foto-fotoku khan?!", Ia bertanya dengan sedikit
terbata-bata.
Rupanya ia sudah terlalu sering berbohong pada orang tuanya,
tentang ke mana saja barang barang yang mereka berikan untuknya,
seperti HP, jam tangan (bermerk) serta beberapa perhiasan emas kecil
seperti anting, yang sering ia katakan hilang, tertinggal di rumah
teman dll. Padahal semua itu sudah ia jual. Dan tampaknya orang tuanya
sudah mulai curiga dengan semua itu, karena itu HP yang ia miliki
sekarang tidak berani ia jual, karena takut akan menambah kecurigaan
orang tuanya, lagi pula kalau di jual paling hanya laku sedikit karena
itu adalah HP keluaran lama. Itu ceritanya kemudian, saat aku mulai
mempersiapkan peralatanku.
Saat kutanya kenapa dia mau menerima syaratku untuk di foto dengan
pakaian minim dan sexy, ia menjawab bahwa ia percaya denganku, bahwa ia
yakin, aku adalah cowok yang bisa dipercaya, dan tidak akan berbuat
yang tidak-tidak, karena ternyata selama ini Widi sering bercerita
padanya mengenai apa saja yang telah ia lakukan untukku, tentang foto
sexy Widi yang aku buat, tentang aku yang mengajaknya jalan tanpa
memakai BH dan memutuskan kancing bajunya, tentang aku yang selama ini
tidak pernah minta yang macam-macam (ML) pada Widi, sehingga Widi
percaya padaku, begitu ceritanya (tapi soal yang tentang Widi hanya
memakai celana pendek saja selama menemani aku yang berkunjung ke
rumahnya, sepertinya tidak Widi beritahukan), itu pulalah yang membuat
Lia percaya padakku, bahwa aku senang melihat cewek sexy dan mem-foto
mereka. Karena selama ini ternyata Widi dan Lia berteman cukup dekat
sejak SD, hanya saja ia beda SMP dengan Widi dan juga denganku, jadi
aku baru mengenalnya di SMA/SMU. Selain alasan yang pasti dia butuh
duit juga tentunya.
Karena keadaan rumah sepi, lagi pula pintu gerbang sudah aku kunci,
rasa isengku muncul, seberapa percayanya Lia padaku. Lalu akupun mulai
melakukan aksiku.
"Lia, kamu kan aku suruh ke sini, hanya boleh memakai seragam tanpa BH dan CD, tapi aku belum liat buktinya tuh!".
"Idih lu Yurie.. Masa sih dari tadi kau gak liat toket gue yang
terayun ayun gini" katanya sambil memegang toketnya denga dua
tangannya.
Tampaknya dia sudah mulai rilex denganku karena sudah memakai bahasa lu-gue.
"Iya serius, aku belum bisa liat jelas tuh!"
Kemudian ia menarik baju seragamnya ke belakang, sehingga toketnya
yang tadinya tersamar di balik seragamnya. Kini makin jelas terlihat,
putingnya yang kecil, menonjol di seragamnya,
"Wah mana, tetep gak jelas" kataku.
"Mungkin kalo gini baru jelas" lanjutku sambil menyambar satu gelas
air es yang memang sedari tadi ada di meja depanku sebagai obat kalau
aku haus kala menunggu dia datang tadi. Kemudian menyiramkannya ke arah
dada Lia yang sedang memamerkan puting payudaranya.
Kontan seragam di bagian depannya basah kuyup, karena air es yang
tersisa masih cukup banyak, karena aku memang tidak begitu lama
menunggu Lia datang.