Dewa membasahi penisnya dengan air liur. Diusapkan juga air liur di
atas lubang anus Edward. Dewa mulai menyodokkan penisnya. Ketika
menyentuh lubang anus, Dewa berhenti sejenak dan menggesek-gesekkan
ujung penisnya ke atas dan ke bawah, Edward merasakan nikmat geli yang
luar biasa. Nikmat sekali. Tangan Edward yang bebas berusaha mengocok
penisnya sendiri.
"Wa.. Ambilin biore yang ada di gayung itu.!" kata Edward ketika
dirasanya kocokan di penisnya tidak nikmat. Dewa lalu memberikan biore
itu pada Edward. Edward lalu mencampur biore dengan air liurnya dan
dioleskan ke kepala penis milik dia dan Dewa.
Mereka lalu kembali ke posisi semula. Dewa tetap menggesek-gesekkan
kepala penisnya di lubang anus. Dan Edward tetap mengocok penisnya
perlahan-lahan. "Wa.. Mulai Wa masukin, udah nggak kuat.!" pinta Edward
sambil memejamkan matanya.
Dewa lalu mulai menekan penisnya perlahan. Terasa pijitan yang kuat
di seluruh penisnya. Penisnya terasa seperti disedot-sedot oleh rongga
anus temannya. Pelan-pelan Dewa terus memasukkan penisnya hingga
akhirnya seluruh penisnya masuk sampai ke pangkalnya. Dewa memejamkan
matanya meresapi kenikmatan yang dialaminya. Penisnya terasa disedot
dan dikenyot oleh lubang anus Edward.
Sebaliknya Edward ketika seluruh penis sudah masuk, lubangnya
serasa penuh, hangat dan berdenyut-denyut. Edward merasakan senjata
Dewa memenuhi lubangnya dari luar sampai dalam, hangat berkejat-kejat.
Indah sekali. Langsung Dewa menariknya keluar dan menyentakkannya lagi
masuk. Edward tercekat. Sodokannya nikmat sekali. Ditariknya lagi, dan
dihentakkannya lagi senjatanya. Edward berteriak kalau batang
kejantanannya menyentak ke dalam, dan sebaliknya, mendesah kalau batang
kejantanannya ditariknya keluar. Edward merasakan nikmat di
seluruhsyarafnya.
Gesekan kulit batang kelamin dengan lubang anus antara keduanya
memberikan perasaan gatal-gatal nikmat. Sambil merasakan sodokan demi
sodokan kejantanan Dewa, Edward menggoyang-goyang, dan
mengejang-ngejangkan otot lubangnya supaya Dewa merasakan senjatanya
diurut-urut. Edward ahli dalam hal ini.
Meskipun belum pengalaman. Reaksi Dewa ketika merasakan senjatanya
digigit-gigit oleh lubang anus Edward jelas terlihat. Dia
mendesis-desis, merem melek. Pasti nikmat sekali. Kerjasama yang indah.
Batang kejantanannya memberi Edward rasa nikmat yang luar biasa,
sementara Dewa pasti merasakan nikmat yang luar biasa pula.
Sodokan-sodokan Dewa kurang lebih selama sepuluh menit. Selama itu
Edward mengocok-ngocok batang penisnya sendiri karena nikmatnya dahsyat
sekali kalau ngocok sambil pantatnya ditusuk begitu. Tiba-tiba Edward
merasakan senjata Dewa semakin besar, lubang Edward terasa semakin
penuh, dan Dewa mencapai orgasmenya. Edward merasakan ada cairan hangat
mengalir dalam perutnya. Badan Dewa mengejang, lalu lemas, lunglai, dan
jatuh ke depan menindih Edward.Dia mencium bibir Edward, dan bilang
terima kasih. Rupanya Dewa lebih berani sekarang. Edward mencium balik.
Mereka berpagutan beberapa saat. Tubuh mereka berkeringat, basah
sekali.
Edward belum keluar, jadi tangannya meraih penisnya sendiri yang
masih tegang, dan mulai mengocoknya. Dewa tidak diam melihat Edward
mengocok penisnya begitu. Kini dia sudah benar-benar berani.
Dijilat-jilat dan dihisap-hisapnya puting susu Edward satu demi satu
dandipelintir-pelintirnya dengan jarinya. Hanya dalam beberapa saat,
Edward mengejang dan tiba-tiba Dewa menggeser tangan teman dekatnya
itu. Tangan Edward diganti dengan tangannya. Dia mau berganti peran.
Begitulah. Dia kulum senjata Edward dan disedot-sedotnya. Dewa
benar-benar sudah berani. Sementara Edward melakukan perangsangan
sendiri dengan memelintir-melintirkan putingnya.
Karena nikmat yang amat sangat dari atas dan di selakangannya,
Edward pun menyeburkan maninya dengan keras. Rasanya nikmat sekali.
Edward melenguh karena geli, lalu mencium bibir Dewa dan menciuminya di
mana-mana.
Sejak kejadian itu mereka jadi lebih akrab, dan selalu menyisihkan waktu yang ada untuk melakukan hubungan seks.
JUMAT, 23 FEBRUARI 2001
Sudah 3 tahun 11 bulan Dewa menjalani hukuman, berarti satu bulan
lagi dia dibebaskan, hal ini karena dia mendapat remisi selama 1 tahun
setelah dianggap berkelakuan baik. Edward sendiri sudah keluar 6 bulan
yang lalu. Dia bisa kembali ke pacarnya dan tidak harus melakukan seks
dengan pria lagi jika dia mau. Kalau di LP pilihannya hanya pria.
Memang ada fasilitas menginap semalam untuk istri setiap bulan. Tapi
Dewa dan Edward belum menikah, jadi mau tidak maujika mereka ingin
melampiaskan nafsunya, selain onani ya tentu saja dengan teman se-LP.
Sudah 6 bulan Dewa mengeluarkan spermanya dengan tangannya sendiri.
Dia sudah tak tahan untukmengeluarkan spermanya dengan kuluman atau
dekapan hangat rongga tubuh orang lain. Andai saja dia punya uang, dia
akan menyuap sipir penjara untuk membawakannya pelacur sehingga dia
bisa menyelipkan penisnya ke dalam vagina. Tapi apa daya dia tidak ada
uang.
Mengingat uang, dia jadi ingat dengan Wedi. Wanita keparat yang
menjebloskan dia ke dalam penjara ini. "Cuih..!" Dewa ingin sekali
membunuh wanita itu. "Pasti dia sekarang setiap saat bertukar pasangan
menikmati penis yang berbeda-beda dalam vaginanya. Dasar cewek matre
nggak tau diri..! Duit suaminya dipake selingkuh..!" Dewa berujar dalam
hati.
"Dewa.. ada tamu mencari kamu..!" terdengar dari speaker ruang tamu
nada panggilan untuk Dewa."Tamu..?" dengan heran Dewa berjalan menuju
ke ruang tamu. Selama ini tak ada saudaranya yang menjenguk. Paling
juga ibunya, tapi itu juga 2 tahun yang dulu sebelum beliau terserang
parkinson. Kini dia dibawa oleh paman Dewa yang di Surabaya. "Maafkan
aku Ibu..!" lirih Dewa berguman. Dewa benar-benar menyesal atas
perbuatannya setiap dia ingat akan ibunya.
Dewa melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang tamu. Diamati siapa
tamu yang menjenguknya. Ternyata tamu yang sedang menunggunya adalah
seorang wanita yang sangat dia benci, wanita yang menghancurkan
hidupnya, Wedi. Amarah Dewa timbul, mereka bertatapan. Dia ingin sekali
menerjang wanita itu dan merobek-robek tubuhnya. Tapi dia ingat, bahwa
hukumannya selesai 1 bulan lagi. Dia tidak ingin menghancurkan
kebebasannya, dia takut jika dia tetap di sini, dia akan benar-benar
membunuh. Dasar wanita sialan. Selalu saja bikin masalah. Kebencian
Dewa padanya semakinmemuncak. Dia membalikan badannya, segera melangkah
keluar.
"Dewa..! Tunggu..!" teriak Wedi ketika dilihatnya Dewa tidak ingin menemuinya. Dewa tetap melangkah seakan tidak mendengarnya.
"Dewwaa.. suamiku meninggal.!" teriak Wedi untuk mencegah Dewa melangkah lagi.
"Dewa, apa kau pikir aku senang dengan apa yang kita alami. Aku
tiap hari dibayangi perasaan berdosa karena menyebabkan kau di
penjara..!" teriak Wedi lagi.
Dewa tidak mengerti arah pembicaraan Wedi, suami meninggal, lalu dibayangi rasa berdosa.
"Huh, apakah dia mau menunjukkan bahwa dia juga menderita seperti
aku. Huh, penderitaanmu tidakapa-apanya dibanding aku," guman Dewa
dalam hati sambil terus melangkah.
"Dewaa..! aku mencintai kamu..!" akhirnya keluar juga perasaan
yang dipendam oleh Wedi sejak dia bercinta dengan Dewa. Perasaan itu
berlipat oleh perasaan berdosa kepada Dewa. Cintanya makin besar.
Walaupun Dewa seorang napi. Dia kini tidak takut untuk memilih sendiri
calon suaminya. Dia kini wanita kaya. Harta suaminya jatuh kepadanya
setelah suaminya meninggal.
Tapi ternyata Dewa memikirkan hal lain, Dewa memikirkan balas
dendam. Jika dia menikahi Wedi dan Wedi mati, tentu saja dia akan
menikmati seluruhnya harta Wedi.
"Ini pembalasan yang terbaik..!" guman Dewa. Dia lalu membalikkan
badannya dan berjalan mendekati Wedi. Ditahan sekuat tenaga amarah yang
ada.
"Apa maksud dari semua ucapanmu Wed..?" suara Dewa tetap bergetar walaupun dia berusaha tenang.
"Aku ingin kau menikahiku Wa, aku sangat mencintaimu.!" air mata
menetes dari pelupuk mata Wedi ketika dia mengucapkan kata-kata itu.
"Air mata buaya," Dewa mengguman dalam hati.
"Kamu yakin akan ucapanmu?" Dewa tetap dengan susah payah menahan emosinya untuk tidak merobek mulut wanita itu.
"Aku ingin menikahimu Wa. Apa yang bisa lebih meyakinkan dari itu?"
"Ada.. kamu mati untukku," guman dewa dalam hati.
Tiba-tiba Dewa teringat akan nafsu seksnya yang tidak tersalurkan selama ini.
"Aku ingin kamu gimanapun caranya, menyuap atau apapun, menginap di
LP ini untuk semalam. Jika kamu bisa aku percaya kamu mencintai aku.!"
ujar Dewa sambil membalikkan badannya.
"Dewwaa..! aku akan memenuhi permintaanmu, malam ini juga. Dewa
percayalah padaku.!" teriak Wedi sambil menyeka air matanya yang
menetes. Sedangkan Dewa terus berjalan meninggalkan ruang tamu LP.
Ternyata benar perkataan Wedi, karena malam harinya ada panggilan
untuk Dewa agar datang ke ruang bermalam. Panggilan ini di sampaikan
diam-diam oleh sipir penjara.
Dewa masuk ke dalam kamar itu. Di dalam sudah ada Wedi yang duduk
dengan menggunakan gaun tidur yang sama dengan yang dulu dia pakai 4
tahun yang lalu. Tubuhnya masih seksi seperti dulu, kulitnya yang
putih, perutnya yang ramping serta bibirnya yang ranum membuat penis
Dewa berdesir kecil. Dewa mendekati tubuh Wedi. Tangannya maju ke depan
berusaha memegang payudara."Ets.. Tunggu dulu," tepis Wedi. "Hhmm..
ternyata dia pikir aku seperti dulu yang nurut saja sama dia, ini
daerahku jadi aku yang berkuasa." guman Dewa. Dewa ingin melampiaskan
kebenciannya malam ini pada wanita itu.
Dia mencengkram rambut Wedi dengan tangan kiri. Lalu digamparnya
pipi Wedi dengan tangan kanan sekuat tenaga. Wedi terkejut diperlakukan
begitu, tapi sebelum dia protes tubuhnya sudah didorong secara kasar
oleh Dewa ke atas kasur. Sehingga kini Wedi berada dalam
posisitelentang, dengan rambut masih tertarik oleh tangan Dewa.
"Waa..! kamu kenapa sih? Wa ampun Wa..!" teriak Wedi merasakan
tarikan di rambutnya. Dewa seperti tidak mengacuhkannya, dia naik
berlutut di atas kepala Wedi dengan badan menghadap ke kaki.
Dikeluarkan penis dari celananya dan dimasukkan ke dalam mulut wanita
itu. "Bleep.. Wa.. Bleepp.." Wedi sepertinya ingin mengucapkan sesuatu
tapi gerakan bibirnya itu malah membuat pijatan-pijatan di penis Dewa.
Dewa merasakan penisnya disedot-sedot. Nikmat sekali rasanya. Dewa
menaikturunkan penisnya sambil tangan satunya tetap menjambak rambut,
dan satunya lagi menampar-nampar payudara Wedi yang masih tertutup gaun
sekuatnya. Wedi merintih-rintih kesakitan. Tapi tetap saja rintihannya
itulah yang membuat Dewa semakin bersemangat.
Dari tempat Dewa berlutut dia bisa melihat gaun tidur Wedi
tersingkap, celana dalamnya yang berwarna putih transparan tak mampu
menyembunyikan bukit kemaluannya yang montok dan tebal. Tangan kanan
Dewa yang menampar payudaranya lalu dialihkan untuk menampar gundukan
vagina yang tebal itu. Ditamparnya sekuat tenaga lubang kemaluan itu
yang membuat tubuh bagian atasWedi terangkat setiap Dewa menamparkan
tangannya. Hal ini makin membuat penis Dewa makin tersedot ke dalam
tenggorokan Wedi sampai ke pangkalnya. Dan tiap kepala Wedi turun, tiap
saat itu pula Dewa merasakan sedotan di penisnya itu makin keras sampai
ke pangkalnya. Nikmatnya luar biasa. Penis Dewa kini semakin besar dan
penuh, setiap gerakan yang dibuat Wedi makin terasa remasan di
urat-urat kemaluan Dewa.
Dewa merasa penisnya sudah ereksi penuh. Dicabutnya penisnya lalu
pindah menuju ke bawah selangkangan Wedi. Sepertinya dia tidak sabar
lagi ingin menyelipkan penisnya ke lubang vagina Wedi yang belum
terangsang itu. Dewa membayangkan betapa nikmat merasakan penis di
antara vagina yang masih sempit itu. Ditariknya dengan sekuat tenaga
celana dalam putih yang menutupi daerah kenikmatan wanita itu. Wedi
berusaha menahan celana dalamnya agar tidak melorot.
"Wa.. aku belum siap..!" hanya lirih Wedi berkata, karena dia tahu itu akan sia-sia.
Dengan sekali tarik celana dalam itu langsung melorot. Dewa jadi
semakin sangat terangsang saat melihat gundukan kemaluan Wedi yang
lebat ditumbuhi rambut-rambut hitam keriting. Gundukan itu masih
mengatup. Bibir kemaluannya masih rapat. Sangat nikmat bila bisa
meneroboskan penis ke dalam vagina seketat ini. Dewa berlutut di depan
selangkangan Wedi dan menggesekkan kepala penis ke klitoris Wedi. Uuhh
gelinya..
Wedi semakin meronta dan mencoba duduk, tapi cengkeraman tangan
Dewa pada pinggulnya membuatusahanya sia-sia belaka. Dewa sudah tidak
sabar ingin menusukkan penisnya. Kedua tangannya memegang pinggul Wedi,
sedangkan penisnya yang sudah tegak berdiri diletakkan tepat di depan
lubang vagina Wedi. Tiba-tiba Wedi berteriak keras sekali. Rupanya Dewa
berhasil menembus lubang kemaluan Wedi dengan penisnya. Secara cepat
Dewa menggerak-gerakkan pinggulnya maju mundur. Sempitnya lubang vagina
Wedi membuat penis Dewa seperti di remas-remas dan disedot-sedot.
Nikmat-nikmat geli rasanya. Tulang-tulang penis Dewa seperti mau copot.
Dewa memejamkan matanya menikmati isapan lubang kemaluan Wedi.
Rontaan Wedi melemah setelah beberapa saat. Kini dia hanya
menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menggigit bibirnya. Tak berapa
lama Wedi mulai menggerak-gerakkan pinggulnya. Gerakan itu menambah
sedotan yang dirasakan pada penis Dewa. Sepertinya Wedi sudah
terangsang.
"Uhh.. sshh.." serunya sesak ketika batang kemaluan Dewa dihujamkan
ke liang kenikmatan itu. Goyangan demi goyangan membuat erangannya
semakin ganas. Tentu saja Dewa semakin beringas. Dia sangat ingin
melihat Wedi kesakitan.
"Dewaa.. bajiingann!" untuk pertama kalinya Wedi mengumpat. Entah
apa maksudnya. Dewa kini tidak tahu apakah wanita yang vaginanya sedang
diisi oleh penisnya ini sangat menikmati permainan atau kesakitan.
Kepalanya terlempar ke sana ke mari dan nafasnya mendesah hebat.
"Wed.. aku akan merobek punyaahh.. kamuu..Oughh.." seru Dewa ketika
denyutan liang kemaluannya terasa sekali memijat batang kemaluan Dewa.
"Waa.. aku.. akan.. bunuh.. kamuu.. buu.nu.uuhh.."
"Silakan.. saajahh.."
Mereka berdua berbicara tak karuan.
"Oughh.. aihh.. sshh.." teriaknya menggelinjang sambil meremas-remas sisi ranjang.
"Waa.. kamu.. kamu.." dia tidak melanjutkan kata-katanya.
Tiba-tiba, "Waa.. Waa.. bajingan.. ah.." serunya keras sekali,
sambil menggoyang pantatnya naik turun dengan cepat dan menari-nari
seperti kilat. Bunyi becek di bawah sana menandakan dia telah orgasme
dan memuntahkan cairan beningnya. Tapi goyangannya tidak surut. Dewa
mencabut batang kemaluannya dan menyuruh Wedi membelakanginya.
Dibukanya kedua paha Wedi, terlihat dari belakang vagina Wedi memerah
karena gesekan-gesekan yang tadi terjadi, dan lendir mengalirkeluar
dari belahan vaginanya. Tapi sasaran Dewa bukanlah lubang kenikmatan
itu, Dewa menginginkan lubang yang lebih sempit. Diarahkan batang
kemaluannya dari belakang. Dewa benar-benar ingin melihat Wedi
menderita. Dipegangnya pantat Wedi dengan tangan kiri, dan tangan
kanannya mengarahkan penisnya agar bisa masuk ke lubang anus Wedi.
Wedi menjerit saat anusnya ditembus penis Dewa. Mendengar itu Dewa
malah semakin kesetanan. Diamenjambak rambut Wedi ke belakang hingga
wajah Wedi menengadah ke atas. Kini tangan satunya meremas-remas
payudara Wedi dengan kasar. Dicubit-cubit seluruh permukaan payudara
Wedi hingga kebiru-biruan.
"Aduhh.. sudah dong Waa.. ampun.. sakit Waa.." Tapi Dewa tidak menghiraukannya.
"Oughh.. sempit sekali," teriak Dewa mengomentari lubang dubur Wedi
yang lebih sempit dari vaginanya. Setiap Dewa menarik penisnya terlihat
dubur Wedi monyong. Sebaliknya saat Dewa menusukkan penisnya, dubur
Wedi menjadi kempot.
Dewa memajumundurkan penisnya dengan semangat. Terasa pijitan yang
kuat diseluruh penisnya. Penisnya terasa seperti disedot-sedot oleh
rongga anus Wedi. Secara cepat Dewa terus memompa penisnya keluar masuk
hingga ke pangkal. Dewa memejamkan matanya meresapi kenikmatan yang
dialami. Penisnya terasa disedot dan dikenyot. Nikmat sekali rasanya.
Kulit penis Dewa yang bergesekan dengan lubang anus Wedi memberikan
perasaan gatal-gatal nikmat. Sambil merasakan sodokan demi sodokan
kejantanan Dewa, Wedi mulai menggoyang-goyang, dan mengejang-ngejangkan
otot lubangnya supaya Dewa merasakan senjatanya diurut-urut. Wedi kini
mulai menikmati perlakuan kasar Dewa.
Dewa masih memajumundurkan penisnya selama kurang lebih selama
sepuluh menit. Wedi merasakan lubang anusmya semakin panas dan semakin
penuh. Terasa penis Dewa makin membesar dan ada denyutan di dalamnya,
seperti ada lonjakan-lonjakan yang ingin dikeluarkan. Dewa memdesis,
melenguh dan berteriak, lubang anus Wedi terasa semakin penuh.
"Oughh..!" Dewa mencapai orgasmenya. Wedi merasakan ada tembakan
hangat di dalam perutnya. Badan Dewa mengejang, pantatnya menekan ke
depan, lalu lemas, lunglai dan jatuh ke depan, menindih Wedi. Tubuh
mereka berkeringat, basah sekali.
Dewa mencium bibir Wedi dengan lembut, kini mereka mulai
berpagutan. Mereka berpelukan, tubuh mereka menyatu, dada mereka saling
menekan. Penis Dewa yang mulai mengendur masih bergesekan dengan bibir
vagina Wedi.
Dewa lalu menarik bibir dan tubuhnya. Sambil memakai baju dia
berkata, "Entah bagaimana cara kamu, aku ingin setiap minggu kamu
datang ke sini."
"Wa.. kalau kamu ingin begitu, aku bakal ngelakuinnya.." sambil
menatap Dewa dengan tatapancinta. Dia memang benar-benar mencintai
Dewa. Apapun rela dia perbuat untuk Dewa.
Setelah berpakaian Dewa segera meninggalkan kamar itu. Di luar lalu
dia berkata dalam hati,"Wanita keparat! Aku akan merobek vaginamu
setiap minggu. Lalu setelah kita kawin, aku akan membunuhmu. Itu
balasan yang setimpal buatmu," Dewa masuk ke selnya setelah digoda
terlebih dahulu oleh sipir yang disuap Wedi. "Wa.. Asyik niyee..!"
TAMAT.