Namaku Indra. Sudah hampir sebulan bulan ini aku menjadi budak seks
ibu Anna, Ibu guru biologi di sekolahku. Dengan bermodalkan foto-foto
diriku (baca "My Teacher"), dia membuatku menuruti semua perintahnya.
Setiap harinya kecuali hari rabu dimana ibu Anna mengajar praktikum
biologi, aku diharuskan datang ke rumahnya, tidak boleh lewat dari jam
satu siang. Jam pulang sekolah adalah jam 12:30, namun karena jarak
rumah ibu Anna yang tidak terlalu jauh (10 menit perjalanan dengan
kendaraan umum) maka itu aku masih sempat untuk makan siang dahulu di
kantin. Walaupun tak urung seorang teman dekatku mulai mencurigai
kegiatanku. Karena memang tidak biasanya aku selalu bergegas pergi
setelah pulang sekolah. Biasanya aku menghabiskan waktu di sekolahan
dengan teman-temanku untuk sekedar ngobrol sambil makan roti bakar atau
juga bermain basket sampai sore.
Dengan sebuah kebohongan yang diikuti kebohongan lainnya aku untuk
sementara dapat meloloskan diri dari kecurigaannya. Di rumah ibu Anna
sudah banyak pekerjaan yang menantiku. Sesudah mencuci piring-piring
kotor, kemudian aku mencuci pakaian-pakaiannya dengan mesin cuci,
sesudah itu baru aku terakhir menyapu dan mengepel lantai. Pada awalnya
pekerjaan itu menghabiskan waktu selama satu jam, kini setelah
terbiasa, aku dapat mengerjakannya dalam waktu 30 menit. Ibu Anna
sendiri biasanya datang pada jam sekitar jam 01:30-02:00 siang.
Ibu Anna pernah memberikan larangan masuk ke kamarnya jika dia
belum datang, namun suatu hari aku pernah memberanikan diri untuk masuk
ke kamarnya untuk mencari foto-foto diriku yang kuperkirakan
disembunyikannya di suatu tempat di kamarnya. Dengan cepat aku
memeriksa dengan seksama kamar itu mencari dimana kira-kira foto-foto
itu disembunyikan. Akhirnya aku menemukan satu laci lemarinya yang
terkunci. Sesudah mencari beberapa saat, akhirnya aku temukan kuncinya
di bawah tumpukan buku.
Namun ketika kubuka laci itu yang kutemukan adalah kumpulan vCD
porno yang semuanya kira-kira berjumlah 30 buah dan juga beberapa
majalah porno keluaran luar negri. Mau tidak mau aku terkagum-kagum
dengan koleksinya. Temanku Agus yang dikenal sebagai "raja bokep" di
sekolahku saja tidak mempunyai koleksi sebanyak ini. Setelah
kuperhatikan semua vCD dan juga buku-buku pornonya bertema perbudakan
kaum pria oleh wanita. Di cover-cover vCD terlihat gambar pria yang
disiksa dengan sadis. Beberapa pernah kualami sendiri, namun banyak
yang memperlihatkan penyiksaan yang lebih menyakitkan dari pada yang
kualami selama ini.
Di salah satu cover vCD yang tampaknya keluaran Jepang aku melihat
seorang pria yang di gantung terbalik kemudian disekelilingnya ada 5
wanita yang mencambukinya. Dapat kulihat expressi kesakitannya dan juga
bekas-bekas pukulan yang sebelumnya mendarat di tubuhnya. Dalam hatiku
berharap ibu Anna tidak tergoda untuk memperlakukan diriku seperti
demikian. Dan entah kenapa ada keinginan dalam diriku untuk
melihat-lihat yang lain, namun segera saja kuurungkan niatku ketika aku
melihat sudah hampir jam setengah dua. Dengan segera aku mengunci laci
itu dan meletakkan kuncinya pada tempat sebelumnya. Yah memang hari itu
aku sedang beruntung, karena jika terlambat satu menit saja ibu Anna
bisa memergokiku yang sedang menggeledah kamarnya.
Sesudah datang biasanya ibu Anna langsung masuk ke kamarnya, dan
tanpa diperintah lagi aku mengikutinya masuk. Disana sudah menunggu
tugas "kebersihan" lainnya. Ibu Anna dengan santai berbaring di
ranjangnya sedangkan aku dengan perlahan melepaskan sepatu hak
tingginya lalu mejilati kedua telapak kakinya dengan lidahku sampai
bersih. Maksudku benar-benar bersih, ibu Anna tidak mau ada bagian yang
terlewat sedikitpun, termasuk disela-sela jarinya. Setelah itu, dia
akan memberiku isyarat untuk melepaskan rok yang dikenakannya,
sedangkan untuk membuka celana dalam yang dikenakannya aku tidak
diperbolehkan menggunakan tanganku, melainkan hanya menggunakan
mulutku.
Pada awalnya aku kesulitan dengan tugas satu itu, baru sesudah
kulakukan berulang kali aku mulai bisa melakukannya dengan mudah.
Sesudah itu vaginanya yang lembab akibat keringat setelah bekerja
mengajar seharian, kukecup dengan lembut berulang kali, sesuai dengan
yang di ajarkannya padaku. Setelah beberapa kali mendapat petunjuknya,
kini bisa dibilang ibu Anna sudah cukup puas dengan keahlianku,
sehingga dia hanya berdiam diri saja memperhatikanku mengerjakan
pekerjaan rutinku, atau biasanya dia dengan santai menonton film porno
yang sebelumnya disetelnya. Sedangkan aku masih terus mencium dan
menjilati vaginanya sampai ibu Anna menyuruhku berhenti. Pernah suatu
kali aku melakukannya selama hampir satu jam. Akibatnya lidahku menjadi
sakit dan kelu. Sedangkan rahangku hampir copot rasanya.
Suatu kali, tanpa terduga ibu Anna memperbolehkanku untuk
memasukkan penisku ke vaginanya. Tentu saja aku kegirangan mendapat
kesempatan ini. Selama aku mengerjakan pekerjaanku mengoral vaginanya
tentu saja aku merasa terangsang, hanya saja biasanya setelah ibu Anna
puas dengan pekerjaanku dia kemudian menggunakan vibrator (penis
buatan) untuk memuaskan nafsunya yang sudah memuncak. Sedangkan diriku
hanya dapat dengan iri melihat vibrator itu melaksanakan tugasnya.
Sesudah selesai, barulah ibu Anna menyuruhku pulang. Baru di rumah aku
menyalurkan nafsuku dengan mansturbasi. Karena itu kesempatan yang kali
ini kudapat tidak akan kusia-siakan begitu saja. Sedangkan ibu Anna
sudah siap dengan posisi menungging. Dengan hati-hati aku mencoba untuk
memasukkan penisku yang tegang ke dalam vaginannya. Secara perlahan aku
melihat penisku masuk ke dalam lubang vaginannya, yang sebelumnya sudah
kujilati sampai basah sekali.
"Kontol kamu kecil" kata ibu Anna dengan nada mengejek.
Panas juga hatiku mendengar perkataannya. Memang ketika sedang
berada di rumah, ibu Anna seperti orang yang berbeda dengan ibu Anna
yang mengajar biologi di sekolah yang biasa berkata-kata dengan sopan
dan santun. Disini dia adalah wanita berumur 30 tahun dengan dengan
birahi yang tidak kunjung terpuaskan. Sesudah seluruh batang penisku
terbenam dalam liang vaginanya barulah aku mencoba menggerakannya
perlahan. Yang terjadi selanjutnya adalah ketika baru 3 kali aku
memompa penisku di dalam vaginanya aku sudah tidak dapat menahannya
lagi.
"Keluarin!" bentak ibu Anna dengan tiba-tiba setelah dia menyadari aku sudah hampir orgasme.
Bersamaan dengan keluarnya penisku, aku mengalami orgasme dahsyat.
Spermaku menyembur mengenai tepat di lubang anusnya yang kemudian turun
ke masuk ke lubang vaginanya dan menetes-netes ke sprei. Sedangkan aku
dengan terengah-engah kenikmatan mengocok-ngocok batang penisku
sehingga makin banyak menumpahkan sperma ke lubang anusnya. Melihat
keadaanku, secara spontan ibu Anna tertawa terbahak-bahak.
"Baru kali ini saya ketemu cowok yang kontolnya nggak ada gunanya kayak punya kamu itu" katanya mengejekku.
Tentu saja ketika itu harga diriku sebagai lelaki terusik mendengar
ejekannya. Dengan menggenggam batang penisku yang masih tegang aku
mencoba memasukannya kembali ke lubang vaginanya.
Zlebb..
Dengan mudah batang penisku masuk ke dalam liang vaginanya yang masih basah.
"Apa-apaan kamu! Keluarin kontol kamu itu" tiba-tiba ibu Anna membentakku dengan keras.
Dengan tergesa-gesa aku menarik batang penisku yang baru saja
terbenam dalam liang vaginanya. Dan tanpa bisa kutahan kembali aku
mengalami ejakulasi. Dengan tubuh gemetar menahan nikmat, aku mengocok
penisku dengan cepat sehingga banyak sperma yang tumpah dan jatuh di
telapak kakinya. Sementara ibu Anna menatapku dengan pandangan jijik,
seakan-akan aku ini adalah gundukan sampah yang menyerupai manusia.
"Heh kontol! Kamu harus membersihkan ini semua" bentaknya.
"Maaf bu" jawabku pelan dengan menundukan kepala karena malu. Aku segera beranjak turun dari ranjang untuk mengambil tissue.
"Pakai mulut" kata ibu Anna dengan dingin.
Tentu saja aku mau protes dengan perintahnya itu. Yang pertama, itu
adalah spermaku dan tentunya aku tidak mau menjilati spermaku sendiri
dan yang kedua adalah setelah dua kali ejakulasi tadi aku kini sudah
tidak mempunyai nafsu lagi. Tapi ketika kulihat tatapan marah di
matanya segera saja hatiku menjadi ciut. Dengan perasaan menyesal aku
memandang ke genangan sperma di lubang anus ibu Anna. Belum pernah aku
menjilati lubang anus ibu Anna sebelumnya, kini mau tidak mau aku harus
melakukannya.
"Cepat!" bentak ibu Anna, "Dan jangan berhenti sebelum disuruh" sambungnya lagi.
Dengan harga diri yang hancur terinjak-injak aku mulai menjilati daerah sekitar lubang anusnya dengan perlahan.
"Heh kontol! Bersihin yang benar," bentaknya sambil melotot padaku.
Kupejamkan mataku dan setelah mengumpulkan kekuatanku aku mulai
menjilati sperma yang tergenang. Dengan segera aku mencium bau khas
sperma dan juga rasa asin dari spermaku yang tadi baru kutumpahkan di
lubang anusnya.
"Lebih cepet!" kembali ibu Anna memberikan perintah.
Hampir menangis rasanya aku mendapat penghinaan seperti ini. Mau
tak mau aku mempercepat gerakan lidahku. Kutempelkan lidahku di lubang
anusnya, kemudian kuseret lidahku di permukaan lubang anusnya sehingga
sperma di lubang anusnya sudah terangkat semua oleh lidahku, ini
kulakukan agar aku tidak berlama-lama dengan pekerjaan yang menyiksaku
ini. Namun kerena ibu Anna belum mengatakan apapun maka aku tidak
berani menghentikan pekerjaanku. Mau tidak mau aku terus menerus
menjilati lubang anusnya, sehingga lubang anusnya yang tadinya basah
karena spermaku kini malah menjadi tergenang oleh air liurku.
Pada awalnya aku menyangka akan mencium bau tidak sedap dari lubang
anusnya itu, namun setelah beberapa saat aku menyadari bahwa aku tidak
mencium dan merasakan apa-apa disana. Selang beberapa lama setelah aku
melakukannya aku mulai merasa menikmatinya. Sementara aku masih dengan
bersemangat menjilati lubang anusnya, ibu Anna mulai merintih-rintih
keenakan.
"Ternyata lidah kamu lebih berguna dari pada kontol kecil kamu itu" katanya padaku dengan seenaknya.
Setelah beberapa saat kemudian, ibu Anna memerintahkanku untuk
menciumi lubang anusnya. Sesudah beberapa kali kulakukan barulah dia
menyuruhku berhenti. Kemudian menyusul vaginanya yang 'kubersihkan' dan
terakhir telapak kakinya. Barulah sesudah itu aku diperbolehkan pulang.