Hari Minggu seperti biasa adalah hari yang
tidak sibuk, tidak banyak tamu yang datang di hari itu, maklum sebagian
besar dari mereka lebih banyak dihabiskan bersama keluarga, kecuali
mereka yang lagi sedang dinas keluar kota. Hari biasa kuterima rata
rata 3-4 tamu tapi kalo di Hari Minggu paling banyak 2 tamu, malah
terkadang hanya satu. Selama aku tinggal di hotel tak pernah kulewatkan
hari tanpa tamu, tiada hari tanpa tamu. Entah itu karena kepintaran
"marketing" Om Lok atau karena kepintaranku melayani tamu, aku tak
tahu, tapi sesepi apapun pasti selalu ada laki laki yang memerlukan
pelayanan dan kehangatan tubuhku.
Jarum jam baru menunjukkan pukul 7:38 pagi, aku masih terlelap
dalam tidur, kemarin tenagaku habis terkuras dengan banyaknya tamu yang
memerlukanku, 5 tamu yang datang secara beruntun sejak pagi, hanya
berselang tak lebih dari 45 menit tamu berikutnya sudah nongol di depan
pintu kamar, benar benar hari yang melelahkan dan baru tidur hampir
pukul 3 dinihari.
Telepon berbunyi, biasanya Om Lok membawakan masakan kesukaanku
saat Hari Minggu seperti ini sambil menemaniku ngobrol dengan
keluarganya, mungkin karena aku primadona yang menjadi andalan
(tepatnya sapi perahan) utama maka dia memperlakukanku dengan agak
istimewa. Ternyata kali ini dia tidak datang, malahan berpesan akan ada
tamu pagi ini, sekitar jam 9 dia akan datang. Mataku masih berat,
tubuhku terasa habis memikul beban berat, capek semua rasanya, tulangku
seakan copot. Sebenarnya aku berencana memanggil Massage Service yang
ada di hotel pagi itu, tapi keduluan instruksi dari Om Lok, dan seperti
biasanya aku tak mungkin menolak.
Ingin kulanjutkan tidurku tapi aku takut kebabalasan, biasanya kalo
Minggu begini aku memang bangun telat terkadang jam 10 bahkan jam 11,
toh biasanya tamu akan datang setelah jam 12 atau bahkan sore.
Sambil ngedumel menahan kantuk yang masih bergelayut aku mandi,
kurendam tubuhku dalam air hangat di bathtub, terasa nyaman. Pelarianku
dalam capek adalah berendam di air panas, bisa lebih 30 menit kulakukan
itu, kali ini aku ingin berendam lebih lama sambil mencoba aroma
therapy rempah rempah yang diberi tamuku kemarin.
Pukul 9:50 ternyata tamuku sudah datang, diluar dugaanku ternyata
orangnya relativ masih muda, tak lebih 40 tahun, penampilan simpatik
dan cukup ganteng dibanding tamu lainnya. Aku terpesona akan
penampilannya, beruntunglah aku hari ini, teriak hatiku, langsung
hilang rasa capek yang masih menggelayutiku. Namanya Hari, aku tak tahu
apakah dia chinesse atau bukan, karena kulitnya yang kecoklatan tapi
matanya sipit, tapi kini aku tak peduli lagi siapa tamuku.
Karena masih pagi, kami tidak terburu buru, bahkan masih sempat
makan pagi bersama di kamar, kulayani dia sarapan seperti layaknya
seorang istri yang melayani suaminya di meja makan, aku begitu antusias
karena teringat saat saat indah dulu, suatu rutinitas membosankan saat
itu tapi sungguh terasa mambahagiakan kalau aku mengingatnya. Sudah
lama aku tak melayani makan pagi seperti ini, ada kesenangan tersendiri
bagiku dan ini membawaku terpengaruh suasana pagi yang ceria itu, meski
yang kulayani sarapan pagi itu bukan suamiku, bahkan baru satu jam yang
lalu kukenal.
Hampir satu jam kami melakukan acara makan dilanjutkan bersantai
sambil nonton Doraemon, acara anak anak kesukaanku, karena berarti itu
adalah hari minggu, dimana kebanyakan orang berkumpul bersama keluarga,
terkadang aku menangis sendirian sambil nonton acara itu, teringat
begitu ramai dengan anak anak tetangga kalau Doraemon sudah main.
Kuminta room boy membersihkan meja kamarku, mereka sudah
mengenalku, makanya agak terheran ketika melihatku dengan seorang laki
laki sepagi ini karena tak pernah ada tamu yang menginap di kamarku,
tentu saja tak berani dia mengatakannya.
Sambil nonton kami duduk di sofa yang entah sudah berapa puluh kali
kupakai bercinta, kami memang sangat santai saat itu, kukenakan celana
pendek dan T-shirt putih snoopy, seperti dulu kalo aku di rumah,
sungguh suasananya tidak seperti sedang bekerja, tapi seperti sedang
berlibur di hotel bersama suami atau pacar, bahkan kubiarkan rambutku
yang masih basah, sengaja tak kukeringkan.
Kusajikan snack seadanya yang ada di kamar dan kubikinkan kopi,
sesekali kusuapkan ke mulutnya, aku terbawa suasana santai yang
mengharukan. Perlahan tapi pasti tangan Hari sudah mulai menjamah
tubuhku, paha, punggung dan tubuh lainnya, tapi masih dalam batas
normal seperti orang pacaran.
Ketika Doraemon sudah habis, dia mulai mencium pipiku, entah kenapa
tiba tiba aku merinding dibuatnya, kutoleh dia dan dibalas dengan
senyuman manis, dia mengangkat daguku, dipandangnya dalam dalam, dengan
lembut bibirnya menyentuh bibirku, mesra sekali dia melumat bibirku,
tiba tiba jantungku berdetak kencang, kurasakan sentuhan yang lain saat
bibir kami beradu, begitu pula saat lidah kami saling menyapa lembut.
Pagi itu suasana hatiku begitu gembira, terlupa sudah capek
semalam, tanganku mulai meraba raba pahanya, begitu juga rabaan tangan
Hari sudah sampai ke dadaku, dia mengelus mesra buah dadaku sambil kami
tetap berciuman.
Tak lama kemudian dia melepas kaos yang kupakai, dipandanginya
dadaku yang masih terbungkus bra putih, bra polos biasa yang tidak
biasa kupakai kalau lagi terima tamu.
"Kamu cantik deh meski tanpa make up" pujinya lalu kembali menciumi
pipi dan bibirku seraya memulai remasannya di dadaku. Tanganku
mengimbangi remasannya pada selangkangan, sudah tegang, kubuka sabuk
dan reslitingnya, kususupkan tanganku ke dalam celana dalamnya dan
kuremas remas kejantanannya, dia mendesah sambil menciumi leherku.
Kami saling melucuti pakaian sambil tetap berciuman, sepuluh menit
kemudian kami sudah sama sama telanjang, kembali pujian keluar darinya,
aku hanya tersenyum dengan sedikit bangga meski aku tak tahu apakah itu
pujian tulus atau sekedar basa basi.
Hari membopongku dan merebahkan ke ranjang, dilepasnya satu satunya
penutup tubuhku, kusambut ciuman dan cumbuannya yang penuh kemesraan,
tangannya mulai mempermainkan klitorisku ketika mulutnya mengulum liar
putingku, aku mendesah nikmat. Ciumannya turun ke perut diteruskan ke
selangkangan, dia tidak langsung ke vaginaku tapi justru menciumi paha
dan sekitar selangkangan, aku makin mendesah terbakar birahi, jeritku
akhirnya keluar tak tertahankan ketika lidahnya menyentuh klitorisku,
terasa nikmat sekali, apalagi ketika lidah itu menari nari menyusuri
vagina, melayang aku dibuatnya, tak sadar kuremas remas rambutnya.
Aku tak tahan lebih lama lagi, kuminta ber-69 dengan begitu kami
bisa saling memberi kenikmatan, hampir aku orgasme duluan kalau saja
tidak dihentikan. Dia memandangku dengan senyum puas karena berhasil
mempermainkan dan membawaku terbang melayang. Aku sudah telentang
menantinya, siap untuk melayani kemauannya, kali ini dengan senang
hati, bukan seperti biasanya saat melayani tamu. Kusambut dan kupeluk
tubuhnya ketika dia mulai menindihku, ciumannya mendarat di bibirku,
sambil saling melumat dia menyapukan kepala penisnya ke vaginaku yang
basah.
Aku mendesah tertahan saat penisnya menguak liang kenikmatanku,
suatu kenikmatan menjalar dari vagina ke seluruh tubuhku, aku menegang
sesaat merasakan kenikmatan itu, dan semakin nikmat dikala Hari mulai
mengocok perlahan penuh perasaan diiringi ciuman mesra, semakin cepat
membawaku melayang tinggi. Kujepitkan kakiku ke punggungnya, penisnya
semakin dalam mengisi relung vaginaku, meski tidaklah terlalu besar
tapi terasa begitu memenuhi ruangan kenikmatan tubuhku, aku mendesah
lepas disaat kocokannya makin cepat. Kupeluk erat tubuhnya, apalagi
ketika dia menjilati telingaku, aku menggelinjang geli dan nikmat,
semakin erat pelukanku.
Kakiku diangkat ke pundaknya, lebih dalam lagi penisnya menyodok,
aku menjerit dalam kenikmatan yang tak bisa kugambarkan, terlalu indah
permainan pagi ini hingga aku merengkuh puncak kenikmatan begitu cepat.
Jerit kenikmatanku mengiringi denyutan otot vagina yang meremas penis
Hari, dia menatapku tajam seakan menikmati expresi kenikmatan dari
wajahku, malu juga aku dibuatnya, tapi dia hanya tersenyum melihatku
orgasme.
Tanpa memberi istirahat Hari membalik tubuhku, kuperhatikan dia
memasangkan kondom yang bentuknya aneh, tapi tak kuperhatikan lebih
lanjut karena dia sudah melesakkan penisnya kembali, kurasakan
kenikmatan yang lain dari kondom itu, entah kondom macam apa yang
dipakai, bagiku semakin nikmat saja. Kami melakukannya dengan posisi
dogie, posisi favoritku biasanya, tapi dengan Hari aku membenci posisi
ini karena tidak bisa melihat wajah tampannya, sodokan Hari makin keras
mengaduk aduk vaginaku, sungguh luar biasa pengaruh kondom itu
terhadapku, antara geli, nikmat, sakit tapi semua bercampur menjadi
desah dan jerit kenikmatanku.
Semakin keras aku mendesah semakin keras pula dia menyodokku, dan
tak lama kemudian akupun mencapai puncak kenikmatan yang kedua kalinya
dipagi itu. Jeritan kenikmatanku tak menghentikan kocokannya, justru
semakin cepat dan liar gerakannya, maka akupun dengan cepat segera naik
kembali menuju puncak kenikmatan. Belum setengah jam kami bercinta tapi
aku sudah orgasme dua kali, sementara tamuku belum menunjukkan tanda
tanda orgasme, malu aku untuk minta istirahat lagi, kutahan kenikmatan
demi kenikmatan, dan orgasme lainnya menyusul tak lama kemudian.
Melihat aku kewalahan menghadapinya akhirnya dia memberiku istirahat lagi setelah hampir 45 menit mengocokku.
"Ih, kamu kuat banget deh, ampun aku" komentarku, dia hanya tersenyum tak menjawab.
Aku telentang mengatur napasku yang masih turun naik menderu, sendiku terasa ngilu.
"Kamu marah nggak kalo aku pakai tali?" tanyanya dengan ragu
"Maksudnya?"
"Kamu kuikat di ranjang, kalau kamu nggak keberatan sih, tapi kalo kamu nggak mau ya nggak maksa kok" jawabnya memelas.
Hampir saja emosiku naik, marah aku dibuatnya, permintaannya aneh
bagiku, tapi karena dia minta dengan memelas begitu, apalagi dia telah
memberiku kepuasan demi kepuasan, rasanya tak tega aku menolaknya, toh
tak ada salahnya mencoba sesuatu yang baru, tanpa menjawab aku langsung
telentang dengan tangan dan kaki terbuka.
Kulihat wajahnya bersinar gembira, segera dia mengambil traveling
bag yang tadi dia bawa, dikeluarkannya tali atau lebih tepatnya kain
yang dipilin menyerupai tali, mungkin supaya tidak melukai kulit,
dengan cekatan dia mengikat kedua tangan dan kakiku ke ke empat kaki
ranjang.